Share

ADA RAHASIA

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

123

“Maksud Om?” Bastian menatap heran. Terbukti dari beberapa kerutan yang menghiasi keningnya. Wajahnya yang semula penuh nyinyiran kini berubah serius. Dan di saat laki-laki dua puluh lima tahun itu masih menunggu jawaban Samudra, seseorang melewati ruangan di mana mereka tengah bicara.

Semua orang di ruangan itu menoleh ke arah pintu di mana ternyata Novita lewat dan menghentikan langkahnya. Pun dengan Samudra yang merasa momen tepat datang di saat ia ingin menyampaikan tujuannya ke sana.

“Istrimu tadi pagi datang ke apartemenku, Bas. Dia ingin menyerang Mentari.”

Tiga kepala kembali menoleh ke arah Novita yang memucat setelah sebelunya mereka menatap Samudra. Raut sama tergambar di wajah ketiganya.

“Maksud Om apa dengan menyerang?” Bastian yang beberapa saat lalu tampak terkejut, berhasil menguasai dirinya. “Jangan lebay, Om. Mungkin Om baru mengenal satu perempuan, jadi saat sedikit saja ada yang nyenggol, langsung mereog. Hah, membagongkan.” Bastian tertawa mengejek di akhir ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Fastabiqul Nur Amanah
gems bisa d ubah jd poin ga sih?
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
sabar samudra smoga nanti ada hikmahnya
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
klau memang benar ...si ibu sdh tau klau mentari orng baik ....n Sam lm gak menikah kan jg nunggu mentari
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ABANG VS ADIK

    124Samudra tertegun. Untuk beberapa lama ia hanya berdiam mencoba mencerna kalimat sang kakak yang jujur saja membuatnya terkejut. Benarkah apa yang dikatakan Benny barusan? Atau ….Samudra mengerjap seraya memperbaiki posisi berdirinya. Sungguh, Benny salah jika mengira ia masih Samudra yang dulu yang mudah terintimidasi olehnya. Jika pun yang disampaikannya barusan adalah fakta yang belum ia ketahui, ia harus tetap bersikap tenang. Jangan sampai wajah-wajah meremehkan yang barusan tersenyum karena ucapan Benny bertambah girang.Samudra mengembus napas, kemudian mengedarkan tatapan ke semua orang yang ada di sana.“Maaf, jika aku tidak bisa mempercayai ucapan Abang untuk saat ini. Mungkin aku akan bertanya pada ibu. Dan aku akan lebih mempercayai ibu daripada Abang yang jelas-jelas sejak dulu tak suka melihatku sedikit saja bernapas lega.”Wajah Benny pun serta-merta merengut. Semburat merah langsung menutupi wajah itu pertanda hatinya kesal.“Namun ….” Seolah tidak peduli perubahan

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SURPRISE

    125Hari-hari berlalu. Berkat kerja keras Samudra, perusahaan ayah Mentari perlahan stabil meski masih jauh dari kata maju. Tidak nombok untuk membayar karyawan setiap bulan saja itu sudah suatu kemajuan untuk Samudra dan Mentari. Mereka sadar segala sesuatu butuh proses. Tidak ada kesuksesan yang dibangun dalam satu malam. Butuh kerja keras, keuletan dan kesabaran untuk bisa mencapai titik yang diinginkan.Hari-hari mereka semakin disibukkan dengan mengurus perusahaan. Mentari tidak pernah absen menemani sang suami meski kadang berangkat siang. Bukan sekadar menemani, tapi tentu saja sekaligus menimba ilmu darinya. Bahkan keinginan untuk kuliah ia tunda dulu demi fokus membantu Samudra mengembangkan perusahaan.Wanita itu berpikir toh ilmu bisa didapat dari mana saja. Tidak mesti dari bangku kuliah. Bahkan kini hari-harinya diisi dengan menimba ilmu dari sang suami. Bukan hanya teori di kelas, ia bahkan langsung mempraktekan di perusahaan.Ia yang dasarnya mudah menyerap apa pun yang

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SIAPA?

    126Walaupun seharian ini didera rasa mual, tapi Mentari menjalani hari dengan bersemangat. Untung rasa mual itu masih dapat ditahan dan disembunyikan dari sang suami yang hari ini terlihat sangat sibuk. Padahal jika saja ia sudah memberikan kejutan ini dan Samudra tahu dirinya hamil, ingin rasanya bermanja walaupun sekadar minta diolesi minyak kayu putih atau dipijat tengkuk.Namun, demi surprise yang sudah ia rencakan, semua harus ditunda.Sekali lagi Mentari tersenyum di depan cermin toilet. Lalu membasuh mulutnya yang baru saja mengeluarkan sedikit cairan efek mualnya. Kemudian memejam sebentar untuk membayangkan wajah Samudra dan Nenek Widya yang terkejut tetapi bercampur kebahagiaan saat mendapat kabar darinya jika di rahimnya kini tengan tumbuh benih Samudra.Wanita itu mengelap bibirnya sebelum sekali lagi tersenyum. Setelah ini hidupnya akan lebih sempurna. Suami yang sangat baik dan meratukannya, ibu mertua yang bak iku kandung. Perusahaan ayahnya yang semakin stabil bahkan s

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MANTAN

    127“Sayang, kamu yakin nggak mau ikut?” Pria berjas warna krem itu menatap wajah cantik yang tersenyum. Namun, senyuman itu nyatanya tidak bisa menyembunyikan sesuatu di wajahnya.“Iya, Mas. Aku mau langsung pulang ke rumah nenek saja. Kepalaku sedikit pusing. Aku mau istirahat saja,” balas wanita bertubuh mungil dengan yakin. Rasa tidak nyaman di perutnya membuatnya ingin cepat pulang. Dan sebenarnya ia ingin pulang ke apartemen saja agar bisa langsung istirahat. Namun, rencana memberikan surprise untuk dua orang tercintanya sekaligus tidak mungkin ditunda. Ia ingin malam ini juga berita baik itu sampai ke telinga mereka.Sayangnya, perusahaan yang mulai menggeliat mengharuskan sang suami lebih keras dalam bekerja. Dan perusahaan yang menggeliat mulai dilirik banyak calon investor. Terlebih saat mereka tahu siapa yang mengelola saat ini.“Ya, sebaiknya memang begitu. Wajahmu terlihat pucat,” balas sang suami juga sambil mengelus pipi istrinya yang tidak seranum biasanya. Ia harus mak

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   APA INI?

    128Sambil berjalan, Mentari mengusap dada untuk menetralkan jantung yang sempat melonjak dan terasa ingin copot efek emosi yang meluap. Bagaimana Bastian begitu berani menyentuhnya dengan tangan kotornya. Lai-laki itu benar-benar tidak tahu malu di mata Mentari.Tentu saja ia menolak ajakan Bastian untuk bicara. Baginya, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi antara dirinya dengan laki-laki itu. Apalagi berdua saja tanpa sang suami. Apa pun yang ingin dibicarakan Bastian, baginya tidak penting.“Apa Novita tidak di rumah, Mbak?” tanya Mentari ke pelayan yang menyertainya. Mereka kembali menuju kamar Nenek Widya.“Saya belum melihat Nona Novita, Non. Tuan muda dan istrinya jarang terlihat bersama belakangan ini.”Mentari tidak menanggapi apa-apa, selain karena tidak peduli apa pun yang terjadi dengan pernikahan mereka, ia juga sudah tiba di tempat yang dituju. Pelayan itu mengetuk pintu kamar sebelum membukanya. Tentu saja setelah ada sahutan dari dalam. Lalu mempersilakan Mentari masu

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MAKAR

    129Mentari masih belum mengerti apa yang terjadi saat seseorang masuk dari pintu dengan wajah yang sama merah padam seperti pria yang masih menudingnya.“Ada apa ini?” tanya pria yang baru saja masuk seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Wajah merahnya semakin merengut melihat Mentari yang mulai ketakutan, juga laki-laki tanpa pakaian di sampingnya.Mentari menggelengkan kepala dengan keras. Jangan tanya bagaimana perasaannya saat ini. Mendapati tubuh sendiri tak berpakaian di atas ranjang bersama laki-laki yang bukan suami adalah ketakutan yang hakiki. Lihatlah bagaimana tatapan Samudra yang seolah ingin menelannya hidup-hidup.“Bastian, Mentari, apa yang kalian lakukan?” Pria yang baru saja masuk dan tidak lain Benny bertanya lagi. Suaranya lebih tinggi dari sebelumnya.Mentari yang tiba-tiba merasa tertarik ke pusaran hitam dengan tubuh seringan kapas, tak bisa berpikiran apa pun. Ia tak ingin bicara apa pun dengan siapa pun. Saat ini yang ingin dilakukannya adalah m

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DRAMA PICISAN

    130Dengan tangan gemetar, Mentari meraih salah satu lembaran foto yang terserak di pangkuannya. Wanita itu menahan napas saat mendekatkan benda itu ke wajahnya. Matanya memicing sebelum akhirnya membola. Lalu diambilnya foto lainnya dan memperlihatkan ekspresi wajah yang sama seperti sebelumnya.Terus dan terus, Mentari memunguti hampir semua foto itu dengan dadanya yang mulai naik turun dengan cepat.Setelahnya wanita itu menggeleng keras. Darahnya terasa mendidih, kepalanya terasa terbakar. Bagaimana tidak, semua foto itu memperlihatkan keintiman dirinya dan Bastian yang sangat natural. Bahkan adegan tadi sore saat mereka berpapasan dan Bastian menahan tangannya juga ada. Tetapi diambil dengan jepretan anggel yang pas, hingga mereka terlihat seperi sedang berpegangan tangan dan saling menatap dalam jrak dekat.Siapa pun yang tidak berada di tempat kejadian memang akan mengira jika ia daan Bastian tengah saling berpegangan tangan dengan mesra.Lalu, ada juga foto ia dan Bastian dudu

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TAK PERCAYA

    131“Mas …?” Bibir Mentari bergetar. Matanya sudah diliputi awan tebal. Tak percaya rasanya jika kalimat barusan terlontar dari mulut pria yang begitu dicintainya. Pria yang ia pikir akan lebih mempercayainya daripada makar yang dibuat orang-orang berhati busuk. Pria yang beberapa saat lalu masih saling melontarkan kemesraan dengannya.Perlahan, kepala wanita itu menggeleng. Napasnya tersengal karena dadanya seolah dihimpit ribuan ton beban hingga terasa sangat sesak. Bulir-bulir bening sudah tak lagi terelakkan meleleh cepat dari sudut matanya. Saling menyusul hingga berjatuhan membasahi selimut yang masih dipegangnya erat.“Mas ….” Kembali ia bersuara. Ingin rasanya bicara panjang lebar untuk menjelaskan jika semua ini hanya fitnah yang ingin menhancurkan pernikahan mereka.Bukankah Samudra sangat tahu bagaimana sifat keluarganya? Bukankah Samudra lebih faham bagaimana watak saudara dan keponakannya itu? Ingin juga Mentari melaporkan bagaimana sikap Bastian belakangan ini padanya ji

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status