SUAMI ONLINE 3
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Kehadiran orang yang mendadak apalagi dengan cara yang luar biasa nyeleneh, tentu akan menimbulkan rasa sungkan. Mungkin tepatnya ... risih. Dan belum terbiasa.
Pikiran aneh dan menggila bisa saja hadir di kepala. Apalagi ditambah sikapnya yang bergaya. Lagaknya sok ganteng. Akan tetapi, emang lumaya sih ... cukup mewah kalau diajak kondangan dan pergi-pergi.
Kenes menggeleng beberapa kali, mengenyahkan pikiran gaib yang sempat singgah sebentar. Tidak etis kalau bibir bilang tidak tapi hati malah bertindak memuji.
"Aku nggak disuruh masuk, Dek?" tanyanya. Mungkin heran dari tadi masih berdiri di ambang pintu.
"Dek?! Emang aku adek kamu apa?" jawab Kenes kesal. Pun wajahnya berubah judes.
Danesh tersenyum tipis melihat sikap Kenes yang sengaja galak. Menurutnya, judesnya itu semakin menambah kecantikannya.
"Ya udah, Sayang ... aku mau masuk dulu. Dikit capek karena perjalanan. Soalnya semalam gak bisa tidur karena terlalu memikirkan acara tadi," ucap Danesh lalu masuk melewati wanita yang masih berdiri mematung.
"Apa? Sayang?! Hei ...! Tunggu dulu! Emang kamu tahu kamarku di mana?" teriak Kenes sembari menutup pintu rumah. Kemudian berlari mengejar Danesh, suami online-nya yang dirancang oleh sang ibu.
Danesh berhenti, menunggu Kenes sampai di depannya. Ia tentu tidak tahu di mana kamarnya, hanya asal masuk. Untuk kelas rumah kontrakan, Danesh mengira kamar tidurnya hanya ada dua ruangan. Jadi kalau bukan ini, ya, yang itu.
"Ya udah, buruan. Tunjukkan di mana kamarmu? Aku mau menata baju-bajuku," titahnya layaknya yang punya rumah.
Kenes terpaksa memimpin jalan, diikuti oleh sang pria. Masih ada rasa tidak rela harus berbagi kamar dengan orang asing yang membuat kepalanya hampir pusing.
"Ini kamarnya. Kamu masukin aja baju-bajunya di lemari," ucap Kenes lalu pergi begitu saja.
Danesh melihat sekeliling. Kamarnya cukup rapi untuk seorang wanita. Meski ada beberapa baju yang bergantungan di belakang pintu.
Ia menaruh tas ransel di atas tempat tidur. Lagi, senyumnya merekah melihat sprei berwarna hijau dengan gambar bunga matahari.
"Apa dia seorang pencinta alam?" gumamnya dalam hati.
Danesh mengeluarkan baju-bajunya, lalu menata di lemari. Akan tetapi, saat lemari terbuka, matanya membesar menatap isinya.
Dari rak atas sampai bawah, semua bajunya Kenes. Lah terus bajunya mau ditaruh di mana? Tempatnya sudah tidak ada lagi. Padahal bajunya paling butuh tempat satu rak saja.
Apakah semua wanita juga seperti Kenes?
Danesh menata kembali baju Kenes dan merapikannya sampai ada rak yang tersisa. Setelah berjuang keras, akhirnya mendapat bagian setengah rak. Lumayan lah dari pada tidak ada tempat sama sekali.
Celana santai dan resmi ia taruh bertumpuk menjadi satu dengan baju. Sampai menggunung menyentuh rak atasnya.
Ada rasa takjub tentang sifat belanja seorang wanita. Terutama Kenes. Koleksi bajunya banyak tapi hanya menjadi penghuni lemari. Sedangkan yang dipakai di rumah hanya yang disukai saja.
'Perlu dikasih tempe nih, eh, tahu. Kalau memilki baju banyak tak terpakai maka bajunya akan menangis. Udah dibeli tapi tak pernah dipakai,' pikirnya dalam hati.
Setelah semua selesai, Danesh menyusul Kenes yang mungkin sedang rebahan manja di sofa sembari menonton TV. Ia berjalan terus menyusuri tiap ruangan dengan mata mencari Kenes, wanita yang dinikahinya secara online.
"Sayang ... kamu di mana?" teriaknya sebelum menemukan sosok wanita yang sudah menjadi istrinya.
"Haish! Sayang?! Kenal juga belum udah sayang-sayangan," geram Kenes. Kedua kakinya menghantam pelan punggung sofa. Sebagai tanda protesnya akan kenyataan.
"Aku di sini ...!" Kenes ikut berteriak agar terdengar oleh sang pria.
Kan, betul ... baru sedetik, wajahnya sudah terlihat di pelupuk mata. Kenes sempat terpesona melihat Danesh memakai kaos berwarna putih dan celana jeans sebatas lutut.
Cakep ....
Ia bergegas menyadarkan diri sendiri. Ia tidak mau tergoda oleh pria sepertinya. Baginya Danesh masih seperti orang asing karena informasi tentangnya tidak terperinci. Jadi, simpatinya sama sekali belum terpancing.
Danesh berjalan mendekat, kemudian ikut duduk di sampingnya. Aroma wangi khas pria langsung tercium oleh Kenes. Membuatnya terasa tenang saat menghirupnya.
Ternyata ia pria yang peduli dengan penampilan dan kenyamanan untuk orang lain. Ia tahu bagaimana cara berdandan di depan wanita.
Kenes melirik sekilas pria di sebelahnya. Rasa kagum tergambar dalam benaknya. Membuatnya ingin menatap ketampanannya. Namun, ia urungkan karena takut ketahuan sedang memperhatikan.
"Cari makan yuk? Kamu nggak lapar?" tanya Danesh pura-pura menatap ke arah lain. Ia ingin memberikan ruang pada Kenes untuk mengagumi pesonanya.
"Enggak. Aku udah kenyang karena nurutin kemauannya Ibu," jawab Kenes asal. Hatinya masih saja berperang antara menerima dan meminta pisah. Namun, ucapan Bu Hesti kembali terngiang di kepalanya.
"Tambah kenyang lagi kalau nuruti mauku. Gimana?" tawar Danesh lagi mencoba merayunya.
Seketika mata Kenes melebar. Maksudnya apa coba? Mau ngajak makan di Malindo gitu? Atau ngajak yang iya-iya?
Hih ...! Kenes berrgidik geli membayangkan maksud ucapan Danesh. Pikirannya terlalu jelek tentangnya. Padahal dia suami sendiri, walaupun cara mendapatkannya terlalu menjatuhkan harga diri.
Kenes menatap pria di sampingnya. Saat empat mata bertemu, entah kenapa pandangannya tidak mau beralih. Serasa ada sesuatu yang ingin tetap menatapnya tanpa jeda.
Mungkin ... sihir?
"E-- emang maumu apa?" Akhirnya Kenes mampu mengeluarkan suaranya. Tatapannya pun sudah berganti ke layar televisi.
"Jalan-jalan bentar yuk? Deket juga kalau ke Alun-Alun. Sambil kencan pertama dan nyari makan. Ya, itung-itung tahap awal perkenalan biar kamu bisa terkesan," tuturnya tanpa malu. Namanya juga lagi usaha, semua stok malu sudah didiskon besar-besaran.
Kenes berpikir sejenak. Lagian ini malam menjelang akhir pekan, sekalian bisa buat refreshing kepala. Biar kewarasan tetap terjaga.
"Ya udah. Tunggu bentar, mau ambil jaket dulu. Tapi nanti sekalian mampir warung. Mau ngecek keadaan," jawab Kenes yang langsung disetujui oleh Danesh.
Sementara menunggu Kenes mengambil jaket, Danesh berjalan menuju garasi. Satu unit motor merk ya-maha yang lagi digandrungi emak-emak kece terparkir manis.
Senyum Danesh merekah membayangkan dirinya boncengan mesra dengan Kenes. Pasti auto jadi perhatian semua orang. Ternyata seleranya hampir mirip. Hanya berbeda warna kesukaan.
Danesh juga memiliki motor seperti itu, hanya saja warnanya putih. Sedangkan Kenes menyukai warna gelap. Mungkin agar tidak terlalu mencolok kalau kotor.
"Kenapa cuma diliatin? Bukannya dikeluarin dari garasi," ucap Kenes tiba-tiba yang sudah berada di dekatnya.
Danesh sedikit terkejut. Namun, terus bersikap biasa. "Tadi bayangin dulu," jawabnya asal lalu mengeluarkan motor dari garasi.
'Bayangin? Dasar cowok! Otaknya selalu ngeres,' batin Kenes sambil mengunci garasi. Karena sebelumnya sudah mengunci pintu rumah utama.
Kenes sedikit merasa canggung boncengan berdua dengan pria. Karena biasanya ia selalu sendiri. Tapi kali ini ... berdua, Gaes!
Hidupnya kini berbeda. Apalagi statusnya. Ia bukan lagi perawan tua tapi wanita yang sudah menikah. Jadi mau tidak mau, Kenes harus bisa berdamai dengan keadaan. Keadaan yang entah bagaimana nasib akan membawanya.
"Udah kan?" tanya Danesh sebelum melajukan motornya.
"Udah. Ayo berangkat. Entar keburu pingsan karena kelaparan," jawab Kenes yang mendapatkan respon tawa kecil dari sang pria.
"Pegangan dong, Sayang ...."
"Enggak!"
"Entar jatuh nggak ketahuan gimana?"
"Biarin aja. Asal bukan hatiku yang jatuh dan ketahuan."
Kenes lama-lama emosi beradu mulut seperti ini. Padahal ini hari pertama loh ... apalagi hari kedua dan seterusnya. Pasti lebih menguras mental jiwa.
"Hahahaha ... ya udah lah. Mau pegangan kek, mau enggak kek ... yang penting bisa pergi berdua." Danesh mencoba tak mau memperpanjang masalah ini. Karena memang perutnya sudah lapar.
Sebenarnya bisa saja makan di rumah, tetapi sebagai pengantin baru ia ingin menjajagi dan mengenal lebih dalam seperti apa istrinya.
Tanpa ada pegangan tangan kecil di perut, Danesh melajukan motor dan membawa Kenes hingga keluar dari area rumah kontrakan. Suara deru kendaraan lain seakan berlomba untuk sampai tujuan.
Danesh menunggu dengan sabar di pertigaan agar bisa menyeberang. Sama halnya hatinya yang siap menunggu agar bisa menyeberangi perasaan wanita yang tengah menarik ujung kaosnya erat.
Ketika jalan sudah kosong, Danesh menarik gas motornya. Sedetik kemudian, Danesh mengerem mendadak karena ada jalan berlubang.
Kenes yang terkejut langsung berinisiatif memeluk Danesh untuk berpegangan kuat. Jantungnya sedikit berantakan karena rasa syok yang tiba-tiba motor berhenti.
Danesh tersenyum lebar. Jalanan saja mengerti kalau pasangan itu harus pegangan. Sedangkan wanita di belakangnya justru mengabaikan dengan alasan belum ada perkenalan apalagi perasaan.
"Maaf ... gak liat jalannya bolong," sesal Danesh dengan hati bahagia.
"Kembali maaf. Makanya fokus ... jangan melenceng pikirannya," jawab Kenes sambil melepaskan pegangan.
Akan tetapi, Danesh menahannya. Membuat Kenes ingin bersembunyi di balik helm.
"Biarin aja begini. Biar kelihatan mesra," kata Danesh lirih.
Seketika Kenes mengurungkan niatnya melepaskan tangannya. Mendengar Danesh meminta dengan lembut dan sopan, hatinya merasa tersentil. Tidak ada salahnya berpegangan seperti ini.
Bukankah wajar jika pasangan selalu pegangan?
Heh? Mulai terkena jebakan Batman kayaknya.
Merasa tangan Kenes masih di tempat yang sama, Danesh melajukan kembali motornya. Tidak ada lima menit, pemandangan Alun-Alun kota di malam hari sudah memanjakan mata.
Banyak orang yang menikmati malam menjelang akhir pekan membuat Danesh merasa iri. Oleh karena itulah, ia mengajak Kenes. Ia iri dengan pasangan remaja yang selalu mesra, padahal belum tentu menjadi pasangan yang sah.
Sedangkan dirinya? Sudah menjadi pasangan sah tapi belum bisa bersikap seperti pasangan para remaja.
Kan, kebalik ya?
Danesh menepikan motor tepat di depan Masjid Agung Kebumen. Di depannya ada mi goreng yang lumayan enak dengan harga terjangkau.
Kenes menunggu sang pria menepikan motor. Lalu berjalan bersama. Beberapa orang menatapnya. Mungkin mereka berpikir orang dewasa yang belum pernah kenalan sama cinta. Karena jalannya saja tidak bergandengan tangan.
Harga diri merosot bebas kala mendengar para remaja mulai menggoda.
"Cie ... cie ... jalannya gak pegangan tangan. Pasti kenalnya karena perjodohan."
"Jangan-jangan kenal lewat media sosial lalu nikah juga di media sosial."
"Awas, Mbak ... kesandung cinta kalau nggak pegangan."
Danesh dan Kenes hanya saling diam mendengar banyaknya godaan yang sepenuhnya mengarah kebenaran.
Astaga ... begini sangat nasib menikah tanpa perkenalan. Padahal ini niatnya juga mau memulai perjuangan.
Masa harus berhenti sebelum permulaan?
---------***--------
Bersambung
SUAMI ONLINE 4Oleh: Kenong Auliya Zhafira Banyak jalan ketika memilih mengawali sebuah pernikahan. Ada yang mulai proses pengenalan diri lebih dulu, ada juga yang langsung menuju ke pernikahan tanpa tahu perasaan mereka. Danesh dan Kenes berada di posisi kedua. Di mana pernikahan tidak dibarengi oleh perkenalan dan perasaan.Untuk bisa mengawali keduanya, Danesh memilih dengan caranya sendiri. Mendekati dan menggali wujud Kenes secara pelan.Jadi wajar saja kalau kode tubuh masih kaku menyampaikan perasaan. Baik suka atau tidak suka.Sebagai lelaki, tentunya harus bisa menutupi kelemahan hubungan mereka berdua. Termasuk dari godaan receh para remaja. Danesh tidak ingin wanita yang tengah diperjuangkan mengalami hal tidak menyenangkan."Em ... kamu gak apa-apa kan?"
SUAMI ONLINE 5Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seseorang yang baru dikenal karena perjodohan terkadang membutuhkan sedikit kebohongan untuk memancing seberapa yakin hatinya akan hubungan yang ada. Kepekaan bisa saja goyah karena kenyataan yang ditampilkan berbeda dengan bayangan.Kenes masih tidak peka persamaan antara Emran dan Danesh. Padahal jelas-jelas nama pria yang menikahinya secara online adalah Danesh Emran.Wanita bisa menjadi makhluk pengingat terbaik soal kesalahan pria. Akan tetapi, terkadang kepekaannya bisa berkurang drastis hanya karena bingung antara yakin atau tidak.Kenes menjadi salah satunya, di mana ia tidak mampu mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan hingga membentuk pembenaran yang sempurna.Dalam diam, Danesh berterima kasih pada remaja yang menggoda mereka. Ia jadi bisa tahu kalau Kenes merasa salah tingk
SUAMI ONLINE 6 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Perasaan memang bisa hadir karena terbiasa berjumpa dan saling menggoda. Begitu juga cemburu. Ia bisa hadir tanpa melihat waktu dan tempat. Meskipun terkadang merasa kewalahan karena selalu hadir di saat akal hilang kesadaran. Kenes mulai merasa aneh melihat tatapan Silviana yang tertuju pada Danesh. Nada bicaranya seakan begitu mengenal suaminya. Akan tetapi, mendengar kejujuran Danesh yang tidak menyembunyikan statusnya membuat satu kebanggan tersendiri di hati Kenes. Mungkin seharusnya ia juga ikut membuka diri untuk kehadiran Danesh yang memang telah resmi menjadi pasangan hidupnya. Ia sudah menghilangkan julukan perawan tua darinya. Wajah Silviana nampak meredup mendengar jawaban Danesh. Ada binar yang memudar di sorot matanya. "Jadi kamu beneran menerima per
SUAMI ONLINE 7 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Wanita merupakan makhluk paling benar di muka bumi. Wanita juga sebagian tulang rusuk dari pasangannya. Sebagai pria sekaligus suami, jangan pernah berharap akan ada pembelaan tentang rumah tangga dan perasaan. Apa yang kita lakukan bisa selalu salah di mata istri. Ada beberapa hal sensitif yang memicu emosi wanita, seperti handuk basah yang tertinggal di atas kasur, mengambil baju dengan asal, dan masih banyak lagi. Jiwa dan mental harus bersiaga setiap saat jika sewaktu-waktu mereka komplain. Seperti sekarang .... Danesh masih tidak percaya kalau apa yang ia lakukan menjadi kesalahan. Bibirnya masih kaku untuk menjawab pertanyaan sang wanita. "Jawab, Mas?! Ini baju-bajunya kenapa? Kok, malah berantakan?" Kene
SUAMI ONLINE 8AOleh: Kenong Auliya Zhafira Menikah karena perjodohan dengan cara online memang terkadang bisa menyisakan sedikit ketakutan serta keraguan. Kedua rasa itu akan selalu menyelimuti kalbu karena hati yang belum bisa berdamai dengan keadaan. Apalagi jika harus melakukan sesuatu yang belum diinginkan, termasuk ci*man. Kenes terpaku, nalarnya masih belum mencerna pertanyaan Danesh itu sesuatu yang hanya membutuhkan jawaban atau tindakan. Tubuhnya mulai berkeringat dingin. Ia belum siap sama sekali jika harus bersentuhan dengan hati yang bergej*lak karena cinta.Danesh dengan sabar menunggu jawaban dari Kenes. Ia sadar kalau pertanyaannya mungkin terlalu cepat di awal pendalaman karakter. Namun, ada rasa ingin menc*umnya agar bisa seperti pasangan sah yang lain. Hal ini juga yang tidak bisa ia lakukan saat menikah ka
SUAMI ONLINE 8BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDanesh bisa mengerti ketakutan itu. Ia hanya mengambil langkah yang sebisa mungkin masih memenuhi syarat sahnya pernikahan. Sebelumnya para orang tua juga sudah memikirkan hal ini sebelum pernikahan terjadi."Aku sempat mencari tahu sedikit di internet. Pernikahan online yang dihadiri wali dari perempuan dan calon suami juga para saksi bisa dinyatakan sah. Apalagi dilakukan di satu ruangan. Tapi nanti aku coba cari tahu lagi pada orang yang lebih ahli. Selama menunggu, aku tidak akan meminta hakku. Setidaknya sampai kamu benar-benar mau menerimaku sebagai belahan jiwamu," jawab Danesh dengan senyum khasnya.Kenes mengerutkan dahinya. Ia berpikir kalau pria di depannya sudah tahu kebenaran tentang pernikahan dua hari yang lalu. Namun, ia bersyukur Danesh mau memahami rasa takutnya. Apalagi dia mau memutuskan menunda hal yang menjad
SUAMI ONLINE 9Oleh: Kenong Auliya Zhafira Hubungan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bisa menyisakan rasa sakit. Sakit yang mampu mengubah manusia menjadi pend*ndam. Padahal, dirinya hanya memerlukan kebesaran hati untuk menerima kenyataan.Pria itu masih saja menatap kemesraan wanita yang selalu menjadi incaran hidupnya. Ada rasa tidak rela kalau Kenes bisa bahagia, sedangkan dirinya masih saja meratapi lukanya. Di bawah pohon mangga, ia menyaksikan adegan yang membuat hatinya semakin lara.Kenes tidak pernah menyadari bahwa keinginannya untuk sendiri akan menyakit hati orang lain. Akan tetapi, bukan salahnya juga jika tidak bisa menerima mereka. Masalahnya adalah tentang hati. Hati akan memilih sendiri siapa yang membuatnya berada dalam kenyamanan.Begitu juga apa yang tengah ia rasak
SUAMI ONLINE 10AOleh: Kenong Auliya Zhafira Kecurigaan yang tidak ada buktinya bisa menjadi fitnah dan berujung kesalahpahaman. Kenes masih berusaha membuang jauh pikirannya tentang dia. Ia tidak berpikir negatif sebelum mendapatkan bukti. Dulu, ia sudah menjelaskan banyak alasan karena tidak bisa menerima hubungan yang pernah ditawarkan olehnya.Patah hati memang sakit, tetapi jika sampai membuatnya menjadi pengunt*t, itu cukup keterlaluan. Kenes tidak bisa membayangkan jika dia benar-benar melakukannya. Atau mungkin penolakan itu membekas begitu kuat?Kenes sudah pernah meminta maaf padanya saat malam purnama di depan warungnya. Bulan dan bintang yang menjadi saksinya. Malam itu, ia terlihat legowo dan bisa menerima keputusannya. Akan tetapi, dalamnya hati tidak ada yang tahu. Bisa saja ia terluka karen
SUAMI ONLINE 44 C Last Episode Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di tempat prasmanan, Kenes melihat romantisnya Ratan mengambil banyak makanan untuk Silviana yang tengah merasakan ngidam. Ternyata ia bisa menjadi suami siaga. Meski pesonanya masih kalah jauh dibanding Danesh–suaminya. Setelah puas menikmati hidangan acara, Kenes memutuskan pulang. Apalagi Athalla terlihat mengantuk. Kasian kalau harus tidur dalam gendongan. Keduanya berpamitan, lalu meninggalkan acara. Danesh sengaja melajukan motor kecepatan sedang agar sampai ke rumah dengan cepat. Hanya sepuluh menit akhirnya mereka bisa menidurkan Athalla di kamar. Tubuh mungilnya menggeliat merasakan pergerakan. Suasana kamar yang sejuk membuat tidurnya kembali anteng. "Mas, tungguin ya ... aku mau ganti baju dulu," pinta Kenes sembari menuju ke lemari untuk
SUAMI ONLINE 44 BLast EpisodeOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tampah menahan air matanya menjawab penuh binar bahagia. "Wah, makasih, Mbak Bos!"Inilah yang membuat Yuyun bertahan di sini. Mempunyai juragan royal dan tidak pelit. Selain itu kepercayaan yang diberikan itu penuh totalitas. Kali ini mereka bisa bertemu dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahkan banyak kebaikan yang menyertai kehidupan mereka.Kebahagiaan mereka bertambah kali lipat kala mendapati kedatangan orang tua dan mertuanya. Mereka terlihat tengah berjalan memasuki warung. Setelah menangkap gerombolan orang yang dikenal, mereka menghampiri dengan binar penuh kerinduan.Athalla yang tengah anteng dalam gendongan mendadak tertawa mendapati ciuman bertubi-tubi dari kedua neneknya."Ibu ke sini, kok, nggak bilang
SUAMI ONLINE 44 ALast EpisodeOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelihat orang yang telah lama tidak bertemu dengan penampilan berbeda pasti merasa terpesona. Apalagi jika itu mengarah hal lebih baik. Ditambah lagi itu adalah sesuatu yang memang menjadi kewajiban wanita muslim.Yuyun masih menatap takjub kecantikan Mbak Bosnya. Ada keinginan merayap ke hati jika nanti sudah siap lahir batin berpenampilan seperti wanita panutannya dalam bekerja.Rasa haru tersingkir untuk menyapa kehadiran pemilik warung seblak yang tiap hari bertambah ramai."Ya, Allah, Mbak Bos! Tambah cantik aja tidak bertemu berbulan-bulan. Dari tadi kenapa nggak bilang, malah diem aja!" protes Yuyun sambil melepaskan pelukan. Kemudian beralih menatap bayi mungil yang tengah memperhatikannya dengan seksama. Seperti ada rasa takut bertemu orang baru."Dika
SUAMI ONLINE 43 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraEnam bulan kemudian ....Athalla yang kini berusia enam bulan lebih terlihat menggemaskan. Momen terbaik perkembangan Athalla menjadi memori yang tidak akan terlupakan oleh keduanya. Bagaimana lelahnya begadang dan memahami tangisannya menjadi pengalaman melelahkan tapi membahagiakan.Mereka saling bahu membahu menjaga buah hati bergantian. Ketika Kenes membersihkan diri, maka Danesh bertugas menjaga anaknya. Mengajak bercanda dan bermain cilukba telah menjadi candu yang mengembalikkan rasa penat."Sayangnya Ayah, sekarang udah bisa ketawa ... bajunya juga bagus, jadi tambah ganteng," puji Danesh sembari menciumi perut Athalla. Suara tawanya terdengar begitu bahagia.Kenes yang baru selesai mandi menjadi gemas dengan tingkah suaminya. Ia s
SUAMI ONLINE 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendapat menu sarapan lain dari biasanya, rasanya sedikit menurunkan nafsu makan. Hidup sekarang bukanlah seperti zaman orang tuanya. Di mana sudah banyak kemajuan di bidang teknologi dan ilmu kesehatan. Akan tetapi, sekarang harus disuguhkan kehidupan yang sama seperti ibunya dulu.Kenes menatap isi meja makan. Meski rasa masakan ibunya selalu menjadi juara di hati, tetapi jika harus menu seperti ini setiap hari dipastikan bosan.Sang ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangnya mengamati gerak anaknya. Ia tahu kalau menu sarapannya pasti tidak sesuai selera."Kenapa hanya diliatin? Ayo, sarapan. Biar ASI kamu lancar," ucap wanita yang melahirkannya 32 tahun lalu.Kenes menoleh, menatap sang ibu. "Apa cuma ini, Bu? Masa sayur bening sama rebusan tempe?" keluhnya.
SUAMI ONLINE 42Oleh: Kenong Auliya ZhafiraKekuatan memberi senyum pada pasangan kadang bisa menjadi penyemangat diri sendiri untuk terus berjuang melawan ribuan luka. Melihat pasangan menangis bukan hal yang ingin dilihatnya saat ini.Kekuatan itu mampu memberi sugesti positif untuk tetap bertahan menghadapi berbagai macam keadaan. Walaupun dalam kondisi terlara sekali pun.Kenes yang mulai menemukan kembali kekuatannya langsung fokus pada arahan Bu Rose. Tekadnya berjuang perlahan membara demi kehidupan yang didambakan keluarga. Memiliki buah hati sebagai penerus adalah imipan bagi setiap perempuan. Sedangkan dirinya hanya tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan malaikat kecil."Sekali lagi ya, Mbak ... tarik napas dalam ... lalu mengejan." Bu Rose tidak lelah memberi arahan.Kenes menghirup napas sedalam mu
SUAMI ONLINE 41Oleh: Kenong Auliya ZhafiraMerasakan sakit luar biasa pertama kali karena proses spesial menjadi seorang ibu merupakan pertaruhan hidup dan mati. Di mana harus berjuang memberikan kehidupan baru tanpa memedulikan kehidupannya sendiri.Kenes tengah merasakan awal perjuangan itu. Perut yang semakin terasa kencang dan sakit dalam durasi lebih lama membuat perasaan tidak menentu. Apalagi ditambah tidak ada orang yang dikenal melewati depan rumahnya.Kepala Kenes sudah dipenuhi berbagai pikiran buruk. Daripada menunggu orang lain, lebih baik ia masuk mengambil ponsel dan menghubungi sang suami. Namun, baru saja berbalik rungunya mendengar suara yang cukup dikenalnya."Mbak Kenes ... Mbak Kenes ... Mbak, nggak apa-apa? Apa perutnya sakit?" Bu Hesti mengelus lengan wanita di
SUAMI ONLINE 40Oleh: Kenong Auliya ZhafiraDebaran dada akan selalu mewarnai jika berbicara soal hubungan. Rasa semakin bergelora dan tidak menentu meski hanya lewat tatapan mata. Momen indah dalam rumah tangga yang tidak akan pernah habis memberikan sensasi istimewa untuk sebuah keharmonisan.Kenes tahu betul jika prianya kini ingin membuktikan ucapannya. Senyum itu terlihat nyata, menyiratkan satu gairah cinta. Akan tetapi, semua itu tertahan karena keadaan yang tidak lagi sama seperti dulu. Ada sesuatu yang lebih membuatnya berharga dari apa pun. Namun, sorot matanya seolah mengunci setiap gerakannya.Pria di depannya kian mendekat, hingga embusan napasnya terasa hangat menerpa wajah. Kenes menggenggam erat bajunya ketika bibir yang sering menyesap manis madu hampir menempel di atas bibirnya.Danesh t
SUAMI ONLINE 39 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKenes mengerutkan dahi, memikirkan ucapan wanita yang seperti ibunya sendiri. "Em ... kalau perutnya ke bawah pertanda itu kah? Memang bulan ini udah sembilan bulan jalan," terangnya sembari menatap wajah Bu Hesti yang terlihat jelas guratan kerutan di matanya.Bu Hesti mengangguk sebagai jawaban. Banyak doa terselip dalam malamnya untuk kesehatan keluarga kecil Mbak Kenes. Sedetik kemudian, Bu Hesti berjalan mendekat sambil membisikkan sesuatu. "Satu rahasia lagi biar bayinya mau cepat keluar," ucapnya.Wanita yang masih bingung itu menatap Bu Hesti penuh tanda tanya. Rahasia apa yang sebenarnya dimaksud olehnya. "Ra--rahasia? A--apa?" tanya Kenes terbata."Berhubungan. Sekalian sebagai tanda kalau sang ayah menengok keadaan bayinya," jawab Bu Hesti lalu tersenyum ja