SUAMI ONLINE 2
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Jumat adalah hari yang tidak diinginkan Kenes. Hari ini ia akan melepas statusnya. Sebenarnya ia ingin melawan dan berlari sejauh mungkin, ke tempat di mana tidak ada aturan perjodohan dan pernikahan. Maka tidak akan ada istilah yang menyebut 'Perawan Tua' untuk wanita belum menikah.
I'm single, very happy. Single? Why not?
Perawan tua itu sudah mengenakan kebaya seadanya. Berdiri menatap cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Kebaya yang sering dipakai untuk undangan hajatan tetangga, sebentar lagi akan menjadi saksi pernikahan konyol ini.
Untuk menghindari fitnah dan kehaluan, Kenes meminta Bu Hesti, tetangga sebelah rumah, agar mau menemani melewati hari yang cukup menorehkan sejarah baru dalam hidupnya.
Ia masih mengingat dengan jelas wajah Bu Hesti yang terkejut saat Kenes meminta bantuannya menjadi saksi. Meskipun begitu, Bu Hesti ikut berbahagia karena tetangganya tidak perlu lagi hidup sendiri. Bu Hesti kadang merasa kasian melihat Kenes selalu pulang menjelang petang bahkan malam, tanpa ada yang menyambutnya.
Sebagai tetangga yang baik, Bu Hesti selalu mendoakan kebahagiaan untuk Kenes. Walaupun tahu kalau pernikahan ini karena perjodohan, tetapi selalu mendoakan agar awet sampai nanti. Bu Hesti menatap Kenes yang terlihat cantik meski dengan dandanan seadanya.
"Mbak Kenes, selamat ya ... semoga bisa saling menerima satu sama lain. Terkadang cinta juga bisa datang karena terbiasa," ucap Bu Hesti sambil tersenyum. Tangannya mengelus lembut punggung wanita yang sudah bersiap di depan ponsel.
"Makasih, Bu, atas doanya." Kenes memberikan senyumnya untuk Bu Hesti.
"Cukup satu dalam pernikahan, Mbak ... ikhlas," pesan Bu Hesti. Ucapannya bagaikan pedang yang siap mengajak perang dengan akalnya. Mungkin benar, ikhlas adalah sikap yang harus ia lakukan saat ini.
Meskipun ikhlas mulai setengah merayap, Kenes tetap memilih tidak menghias diri seperti pengantin pada umumnya. Ia ingin membuat sang pria itu tidak begitu mengaguminya.
Tatanan rambutnya tergerai sederhana tanpa hiasan jepit rambut. Bibirnya pun tidak berwarna. Hanya sedikit diolesi pelembab bibir. Agar tidak pecah seperti hatinya yang kini pecah karena menikah dadakan.
Dalam video call, Kenes melihat Ibu dan Bapak sudah duduk di kursi ruang tamu. Bahkan wajah calon suaminya menghiasi layar ponsel.
Kenes akui, wajahnya lumayan, pun dengan tubuhnya. Akan tetapi, nama Emran masih belum mau hilang dari kepalanya setelah pertemuan kemarin. Padahal hanya melihat matanya, tetapi nyatanya bisa mencuri seperempat hatinya.
Ia tidak menyangka nasibnya dipertemukan suami secara online tanpa ada perkenalan terlebih dahulu. Bahkan tidak memberikan kesempatan sama sekali untuk menggali perasaannya sendiri.
Kepalanya terus mengingat Emran. Dia juga akan menikah di hari yang sama. Kenes masih sangat mengingat wajahnya yang cukup bahagia menerima pernikahannya.
Haruskah mendoakannya? Tapi mungkin tidak begitu perlu. Dia, kan, menerima dengan senang hati penikahannya.
Justru dirinyalah yang membutuhkan banyak doa untuk diri sendiri, supaya suaminya tidak betah dan memilih pergi meninggalkan dirinya.
"Apa semua sudah siap?" tanya penghulu dari seberang telepon.
"Sudah, Pak ...." Semua yang hadir menjawab, termasuk Kenes. Meski mereka di tempat berbeda, Kenes bisa mendengar dan melihat dengan jelas yang berada di layar ponsel.
Kenes juga bisa melihat kala pria itu berjabat tangan dengan bapaknya. Lamunan tentang Emran langsung buyar seketika.
"Baiklah ... kita bisa mulai. Silakan, Pak ...." Penghulu terlihat memberikan waktu untuk sang bapak dengan calon suami.
Semua adegan itu terpampang jelas di layar ponsel. Hatinya berdebar melihat sang bapak membuka mulutnya. Wajah calon suami juga terlihat menegang. Mungkin gerogi.
"Mas Danesh siap?" tanya penghulu memastikan sekali lagi.
Danesh mengangguk. Dengan duduk di dampingi sang ayah, ia menerima uluran tangan calon mertua. Saudara dari Ayah juga ikut menjadi saksi. Ayah dan pamannya memang berangkat lebih dulu menemui calon besannya. Katanya sekalian melepas kangen.
Maklum, dulunya pernah menjadi tetangga dan menjalin pertemanan yang lumayan erat. Makanya perjodohan ini bisa sampai terlaksana. Beberapa tetangga dekat juga turut serta menjadi saksi pernikahan mereka.
Kenes melihat lagi sang bapak yang meminta persetujuan penghulu untuk memulai acara.
"Nasibku tinggal menghitung detik," rutuknya dalam hati. Matanya fokus ke layar ponsel menyaksikan detik-detik proklamasi, eh, detik-detik ijab qabul.
Akan tetapi, hatinya malah berdebar tidak karuan. Bukan saking bahagianya, melainkan saking terkejut karena statusnya sebentar lagi akan kawin. Bukan single apalagi cerai.
Bu Hesti yang melihat kecemasan Kenes, mencoba menggenggam jemarinya. Ia ingin Kenes tidak terlalu gugup.
"Saya nikahkan dan kawinkan engkau Danesh Emran dengan putri saya, Kenes Nismara binti Karta Sanjaya dengan mas kawin uang sebesar dua ratus ribu dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan kawinnya Kenes Nismara binti Karta Sanjaya dengan mas kawin uang sebesar dua ratus ribu rupiah dibayar tunai."
Semua yang hadir saling tatap.
"Bagaimana saksi? Sah?" tanya penghulu mencari jawaban.
"Saaahhh!"
"Alhamdulillah."
Kenes menitikan air matanya menyaksikan pria di sana sudah menjadi suaminya. Pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Akan tetapi, ia jadi mengingat pertemuannya dengan Emran. Ia juga pasti sudah selesai mengucapkan ijab.
Mungkinkah orang yang sama? Tapi dia namanya Danesh. Jadi itu tidak mungkin. Eh, tapi semua bisa saja mungkin di dunia ini. Tidak ada salahnya jika sedikit berharap akan hal itu.
Kenes mencubit lengannya sendiri. Agar terbangun dari semua khayalan. Dirinya sekarang harus ikhlas menerima semuanya. Apalagi wajah suaminya lumayan tampan, tidak terlalu jelek untuk diajak jalan dan kondangan.
Bu Hesti masih setia menemani Kenes menyaksikan pernikahannya hingga selesai. Sesekali mereka berdua memakan cemilan kue bolu yang disediakan Kenes. Tiga puluh menit berlalu begitu saja setelah acara selesai. Petuah pernikahan dari Bu Hesti, Kenes menyimpannya dalam hati.
Suara ketukan pintu yang cukup keras membuat Kenes dan Bu Hesti saling pandang. Mereka berdua berjalan menghampiri pintu untuk melihat siapa yang datang. Ketika pintu terbuka, ternyata tetangga belakang rumah ibu, Om Heru sedang berdiri dengan mengenakan pakaian batik.
"Om Heru ngapain ke sini? Emang gak bantuin Bapak di sana?" tanya Kenes heran.
"Ini lagi bantuin. Aku disuruh nganter mas kawin dari Mas Danesh. Tolong diterima. Tadi pas ijab selesai, saya langsung berangkat ke sini dengan mode ninja," jawab Om Heru sembari menyerahkan amplop berwarna putih.
"Makasih, Om ... sudah jauh-jauh ke sini." Kenes menerima amplop dan menggenggamnya erat.
"Mas Danesh orangnya ramah, Nes. Ganteng, lagi. Insya Allah pilihan bapakmu itu terbaik buatmu. Lagian Mas Danesh anak temannya, jadi pasti bapakmu sudah tahu baik dan buruknya hingga pernikahan ini terlaksana. Sekali lagi, selamat ya ... Om, pulang dulu," jelasnya panjang lebar. Kemudian berlalu pergi meninggalkan Kenes.
"Tuh, bener kan, Mbak. Suami Mbak orang baik. Dari wajahnya sudah keliatan auranya," ucap Bu Hesti sekali lagi.
Mereka berdua kembali lagi ke ruang tamu. Menatap layar ponsel yang masih menampilkan sang suami sedang berbicara dengan penghulu.
Buku nikah yang harusnya ditanda tangani berdua, hanya pria bernama Danesh saja yang menandatangani. Punya Kenes menunggu Danesh mendatanginya. Tentunya sebagai lelaki dan suami.
Penghulu menatap layar ponsel, untuk menyampaikan selamat.
"Selamat, ya, Mbak ... semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Mas kawinnya sudah diterima, kan?," ucap penghulu dengan senyum menghiasi penuh layar ponsel.
"Makasih, Pak. Sudah, ini barusan pulang yang nganter."
Wajah Danesh tertangkap tersenyum sembari menatap ponsel. Entah apa yang membuatnya lucu. Atau dia bahagia sendiri?
Setelah penghulu berpamitan, giliran wajah Ibu yang menghiasi layar ponsel. Kenes tahu, pasti ia sangat bahagia di atas penderitaan anaknya. Meskipun begitu, ia masih percaya kalau orang tuanya tidak akan menikahkan dengan lelaki sembarangan.
"Enes ... jadi istri yang baik ya? Insya Allah, Nak Danesh pria yang baik buat kamu. Nanti habis Ashar, ia akan berangkat menuju tempatmu. Inget, kamu harus sopan. Bagaimana pun dia sudah jadi suamimu. Sah secara agama dan hukum," kata Ibu dengan begitu jelas. Nadanya terdengar seperti perintah.
"Iya, Bu. Kenes inget. Tapi kalau lupa, maaf." Kenes merasa tidak bersemangat menjalani hari. Pernikahan ini tidak begitu diinginkan. Menurutnya belum sah karena ada unsur pemaksaan. Namun, mengingat wejangan Bu Hesti harus ikhlas menjalani, hati Kenes merasa tidak terlalu terbebani.
"Jangan lupa! Tidak boleh menunda memiliki momongan. Usiamu sudah tidak sehebat saat muda. Ibu juga ingin cepet punya cucu."
Danesh tertawa lirih mendengar ibu mertuanya berpesan begitu. Sebenarnya Danesh sudah mulai klik saat pertama kali melihat foto Kenes yang ditunjukkan mamanya.
Kenes cantik, dari fotonya. Aslinya sangat cantik malah. Nyatanya, ia menyetujui untuk menikahinya. Namun, hatinya menciut kala tahu Kenes sering menolak beberapa pria. Entah karena alasan apa.
Makanya ia sengaja menyambangi Kenes di tempat kerjanya sebelum melakukan acara ini. Sengaja memakai masker agar Kenes tidak curiga padanya.
Kenes tipe orang yang manut sama orang tua. Walau sempat menolak beberapa pria tapi akhinya kali ini egonya menyerah.
Ia sadar diri kalau usianya sudah tidak lagi muda. Belum lagi ditambah julukan perawan tua. Yang dijamin bakal terpatri dalam hingga ke relung jiwa.
Danesh mengintip percakapan ibu dan anak itu. Meski wajahnya belum rela mengabdikan diri sebagai seorang istri.
Kenes yang merasa diperhatikan langsung membuang muka ke arah lain. Menyembunyikan jauh sisi penolakannya. Lama kelamaan merasa jenuh digoda perawan tua, gak laku, dan sebagainya.
Rasanya sakit, dan ... malu.
"Awas aja ... aku akan buat Danesh mundur perlahan dan mengakhiri pernikahan tak normal ini," janjinya dalam hati. Kenes melupakan tentang ungkapan benci dan cinta bisa seperti mata uang yang perbedaannya sangat tipis.
"Ya sudah. Ibu mau nyiapin keperluan mantu untuk ke tempatmu. Assalamu'alaikum."
"W*'alaikumsalam."
Video call terputus setelah hampir satu jam lamanya. Badan pun sudah terasa gerah memakai kebaya. Apalagi hatinya ... gerah melihat Danesh yang sok manis di depan ibunya.
Bu Hesti pun berpamitan setelah memberinya selamat. "Sekali lagi selamat, ya, Mbak. Kalau begitu saya pamit."
"Sama-sama, Bu. Oh, ya, ini ada bingkisan sedikit. Sebagai ucapan terima kasih." Kenes menyodorkan sesuatu ke tangan Bu Hesti, lalu mengantarnya sampai ujung pintu.
Kenes berbalik kembali ke kamar dan melepaskan kebaya dengan asal. Lalu membuangnya dalam keranjang pakaian kotor.
Kemudian mandi dengan air hangat agar suasana hatinya sedikit tenang.
Hidup sendiri dalam rumah kontrakan membuat Kenes bebas mau melakukan apa saja. Mau bermalas-malasan, mau rumah kaya kapal pecah, mau sibuk kerja, tidak ada yang mengomel.
Tapi sekarang? Semua berbeda.
Statusnya sebagai istri dari Danesh Emran pasti akan membuatnya mawas diri. Kenes memang belum tahu sifat dan pekerjaan Danesh. Ibu tidak memberi informasi detail tentangnya. Yang ia tahu, Danesh adalah anak teman bapaknya.
"Haish! Kenapa juga aku mau ngelakuin pernikahan konyol ini. Kenal Danesh juga enggak, tahu-tahu jadi istrinya. Nasib ... nasib."
Kenes masih merutuki diri sendiri.
Dengan memakai baju tidur bergambar hello kitty, Kenes rebahan manja dan menonton TV. Mumpung hari cutinya masih dua hari lagi, ia ingin bersantai ria di rumah. Kesibukannya telah merenggut rasa bebasnya. Jadi sekarang ia ingin menikmati masa ini.
Akan tetapi, baru lima menit merebahkan tubuhnya di sofa, rungunya mendengar suara ketukan pintu.
Tok ... tok ... tok!
Sedikit malas Kenes menuju ruang tamu untuk membuka pintu. Persis di depannya tampak seorang pria menggendong tas ransel warna hitam.
"Maaf ... cari siapa?" tanya Kenes.
Pria itu menoleh. Lalu tersenyum manis.
Beda dengan Kenes. Ia justru merasa kaget akan kedatangan pria di depannya yang secepat ini.
"Kenes Nismara?" Pria itu bertanya dengan menyebut nama lengkap sang wanita. Membuat Kenes semakin yakin kalau pria itu adalah pria yang telah berani menikahi dirinya secara virtual.
"Iya, betul. Apa ka--kamu ... Danesh?!" Kenes bertanya sedikit ragu. Takut salah orang. Soalnya jaman sekarang marak orang dengan wajah berbeda di telepon dan dunia nyata.
"Tidak salah. Ternyata ingatan kamu lumayan bagus. Padahal cuma berjumpa saat acara tadi pagi. Tapi bisa langsung paham kalau itu aku. Berarti itu tanda-tanda kamu mulai menyukaiku," jawabnya dengan percaya diri.
"Hih?! Kamu gede rasa sekali. Paham bukan berarti suka ya ...!" jawab Kenes angkuh.
"Pantes jadi perawan tua. Gengsi sama perasaan sendiri sih ... jadi wanita itu gak usah gengsi. Kalau suka bilang suka ...." Sindiran Danesh membuat mata Kenes membulat sempurna.
Pria baik apaan? Kelakuan aja begini. Ibu pembohong besar. Tega menipu anak sendiri demi pria di depannya.
Mau minta cerai juga tidak mungkin. Yang ada Ibu nanti sakit hati dan pria ini semakin menjadi lagaknya.
Mungkin perlu dikerjain sedikit.
Harus nyuruh tidur di sofa kayaknya, atau ... tidur di luar?
---------***---------
Bersambung
SUAMI ONLINE 3Oleh: Kenong Auliya Zhafira Kehadiran orang yang mendadak apalagi dengan cara yang luar biasa nyeleneh, tentu akan menimbulkan rasa sungkan. Mungkin tepatnya ... risih. Dan belum terbiasa.Pikiran aneh dan menggila bisa saja hadir di kepala. Apalagi ditambah sikapnya yang bergaya. Lagaknya sok ganteng. Akan tetapi, emang lumaya sih ... cukup mewah kalau diajak kondangan dan pergi-pergi.Kenes menggeleng beberapa kali, mengenyahkan pikiran gaib yang sempat singgah sebentar. Tidak etis kalau bibir bilang tidak tapi hati malah bertindak memuji."Aku nggak disuruh masuk, Dek?" tanyanya. Mungkin heran dari tadi masih berdiri di ambang pintu."Dek?! Emang aku adek kamu apa?" jawab Kenes kesal. Pun wajahnya berubah judes.Danesh tersenyum tipis melihat sikap Kenes yang sengaja
SUAMI ONLINE 4Oleh: Kenong Auliya Zhafira Banyak jalan ketika memilih mengawali sebuah pernikahan. Ada yang mulai proses pengenalan diri lebih dulu, ada juga yang langsung menuju ke pernikahan tanpa tahu perasaan mereka. Danesh dan Kenes berada di posisi kedua. Di mana pernikahan tidak dibarengi oleh perkenalan dan perasaan.Untuk bisa mengawali keduanya, Danesh memilih dengan caranya sendiri. Mendekati dan menggali wujud Kenes secara pelan.Jadi wajar saja kalau kode tubuh masih kaku menyampaikan perasaan. Baik suka atau tidak suka.Sebagai lelaki, tentunya harus bisa menutupi kelemahan hubungan mereka berdua. Termasuk dari godaan receh para remaja. Danesh tidak ingin wanita yang tengah diperjuangkan mengalami hal tidak menyenangkan."Em ... kamu gak apa-apa kan?"
SUAMI ONLINE 5Oleh: Kenong Auliya Zhafira Seseorang yang baru dikenal karena perjodohan terkadang membutuhkan sedikit kebohongan untuk memancing seberapa yakin hatinya akan hubungan yang ada. Kepekaan bisa saja goyah karena kenyataan yang ditampilkan berbeda dengan bayangan.Kenes masih tidak peka persamaan antara Emran dan Danesh. Padahal jelas-jelas nama pria yang menikahinya secara online adalah Danesh Emran.Wanita bisa menjadi makhluk pengingat terbaik soal kesalahan pria. Akan tetapi, terkadang kepekaannya bisa berkurang drastis hanya karena bingung antara yakin atau tidak.Kenes menjadi salah satunya, di mana ia tidak mampu mengumpulkan kepingan-kepingan ingatan hingga membentuk pembenaran yang sempurna.Dalam diam, Danesh berterima kasih pada remaja yang menggoda mereka. Ia jadi bisa tahu kalau Kenes merasa salah tingk
SUAMI ONLINE 6 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Perasaan memang bisa hadir karena terbiasa berjumpa dan saling menggoda. Begitu juga cemburu. Ia bisa hadir tanpa melihat waktu dan tempat. Meskipun terkadang merasa kewalahan karena selalu hadir di saat akal hilang kesadaran. Kenes mulai merasa aneh melihat tatapan Silviana yang tertuju pada Danesh. Nada bicaranya seakan begitu mengenal suaminya. Akan tetapi, mendengar kejujuran Danesh yang tidak menyembunyikan statusnya membuat satu kebanggan tersendiri di hati Kenes. Mungkin seharusnya ia juga ikut membuka diri untuk kehadiran Danesh yang memang telah resmi menjadi pasangan hidupnya. Ia sudah menghilangkan julukan perawan tua darinya. Wajah Silviana nampak meredup mendengar jawaban Danesh. Ada binar yang memudar di sorot matanya. "Jadi kamu beneran menerima per
SUAMI ONLINE 7 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Wanita merupakan makhluk paling benar di muka bumi. Wanita juga sebagian tulang rusuk dari pasangannya. Sebagai pria sekaligus suami, jangan pernah berharap akan ada pembelaan tentang rumah tangga dan perasaan. Apa yang kita lakukan bisa selalu salah di mata istri. Ada beberapa hal sensitif yang memicu emosi wanita, seperti handuk basah yang tertinggal di atas kasur, mengambil baju dengan asal, dan masih banyak lagi. Jiwa dan mental harus bersiaga setiap saat jika sewaktu-waktu mereka komplain. Seperti sekarang .... Danesh masih tidak percaya kalau apa yang ia lakukan menjadi kesalahan. Bibirnya masih kaku untuk menjawab pertanyaan sang wanita. "Jawab, Mas?! Ini baju-bajunya kenapa? Kok, malah berantakan?" Kene
SUAMI ONLINE 8AOleh: Kenong Auliya Zhafira Menikah karena perjodohan dengan cara online memang terkadang bisa menyisakan sedikit ketakutan serta keraguan. Kedua rasa itu akan selalu menyelimuti kalbu karena hati yang belum bisa berdamai dengan keadaan. Apalagi jika harus melakukan sesuatu yang belum diinginkan, termasuk ci*man. Kenes terpaku, nalarnya masih belum mencerna pertanyaan Danesh itu sesuatu yang hanya membutuhkan jawaban atau tindakan. Tubuhnya mulai berkeringat dingin. Ia belum siap sama sekali jika harus bersentuhan dengan hati yang bergej*lak karena cinta.Danesh dengan sabar menunggu jawaban dari Kenes. Ia sadar kalau pertanyaannya mungkin terlalu cepat di awal pendalaman karakter. Namun, ada rasa ingin menc*umnya agar bisa seperti pasangan sah yang lain. Hal ini juga yang tidak bisa ia lakukan saat menikah ka
SUAMI ONLINE 8BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDanesh bisa mengerti ketakutan itu. Ia hanya mengambil langkah yang sebisa mungkin masih memenuhi syarat sahnya pernikahan. Sebelumnya para orang tua juga sudah memikirkan hal ini sebelum pernikahan terjadi."Aku sempat mencari tahu sedikit di internet. Pernikahan online yang dihadiri wali dari perempuan dan calon suami juga para saksi bisa dinyatakan sah. Apalagi dilakukan di satu ruangan. Tapi nanti aku coba cari tahu lagi pada orang yang lebih ahli. Selama menunggu, aku tidak akan meminta hakku. Setidaknya sampai kamu benar-benar mau menerimaku sebagai belahan jiwamu," jawab Danesh dengan senyum khasnya.Kenes mengerutkan dahinya. Ia berpikir kalau pria di depannya sudah tahu kebenaran tentang pernikahan dua hari yang lalu. Namun, ia bersyukur Danesh mau memahami rasa takutnya. Apalagi dia mau memutuskan menunda hal yang menjad
SUAMI ONLINE 9Oleh: Kenong Auliya Zhafira Hubungan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bisa menyisakan rasa sakit. Sakit yang mampu mengubah manusia menjadi pend*ndam. Padahal, dirinya hanya memerlukan kebesaran hati untuk menerima kenyataan.Pria itu masih saja menatap kemesraan wanita yang selalu menjadi incaran hidupnya. Ada rasa tidak rela kalau Kenes bisa bahagia, sedangkan dirinya masih saja meratapi lukanya. Di bawah pohon mangga, ia menyaksikan adegan yang membuat hatinya semakin lara.Kenes tidak pernah menyadari bahwa keinginannya untuk sendiri akan menyakit hati orang lain. Akan tetapi, bukan salahnya juga jika tidak bisa menerima mereka. Masalahnya adalah tentang hati. Hati akan memilih sendiri siapa yang membuatnya berada dalam kenyamanan.Begitu juga apa yang tengah ia rasak
SUAMI ONLINE 44 C Last Episode Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di tempat prasmanan, Kenes melihat romantisnya Ratan mengambil banyak makanan untuk Silviana yang tengah merasakan ngidam. Ternyata ia bisa menjadi suami siaga. Meski pesonanya masih kalah jauh dibanding Danesh–suaminya. Setelah puas menikmati hidangan acara, Kenes memutuskan pulang. Apalagi Athalla terlihat mengantuk. Kasian kalau harus tidur dalam gendongan. Keduanya berpamitan, lalu meninggalkan acara. Danesh sengaja melajukan motor kecepatan sedang agar sampai ke rumah dengan cepat. Hanya sepuluh menit akhirnya mereka bisa menidurkan Athalla di kamar. Tubuh mungilnya menggeliat merasakan pergerakan. Suasana kamar yang sejuk membuat tidurnya kembali anteng. "Mas, tungguin ya ... aku mau ganti baju dulu," pinta Kenes sembari menuju ke lemari untuk
SUAMI ONLINE 44 BLast EpisodeOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tampah menahan air matanya menjawab penuh binar bahagia. "Wah, makasih, Mbak Bos!"Inilah yang membuat Yuyun bertahan di sini. Mempunyai juragan royal dan tidak pelit. Selain itu kepercayaan yang diberikan itu penuh totalitas. Kali ini mereka bisa bertemu dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahkan banyak kebaikan yang menyertai kehidupan mereka.Kebahagiaan mereka bertambah kali lipat kala mendapati kedatangan orang tua dan mertuanya. Mereka terlihat tengah berjalan memasuki warung. Setelah menangkap gerombolan orang yang dikenal, mereka menghampiri dengan binar penuh kerinduan.Athalla yang tengah anteng dalam gendongan mendadak tertawa mendapati ciuman bertubi-tubi dari kedua neneknya."Ibu ke sini, kok, nggak bilang
SUAMI ONLINE 44 ALast EpisodeOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelihat orang yang telah lama tidak bertemu dengan penampilan berbeda pasti merasa terpesona. Apalagi jika itu mengarah hal lebih baik. Ditambah lagi itu adalah sesuatu yang memang menjadi kewajiban wanita muslim.Yuyun masih menatap takjub kecantikan Mbak Bosnya. Ada keinginan merayap ke hati jika nanti sudah siap lahir batin berpenampilan seperti wanita panutannya dalam bekerja.Rasa haru tersingkir untuk menyapa kehadiran pemilik warung seblak yang tiap hari bertambah ramai."Ya, Allah, Mbak Bos! Tambah cantik aja tidak bertemu berbulan-bulan. Dari tadi kenapa nggak bilang, malah diem aja!" protes Yuyun sambil melepaskan pelukan. Kemudian beralih menatap bayi mungil yang tengah memperhatikannya dengan seksama. Seperti ada rasa takut bertemu orang baru."Dika
SUAMI ONLINE 43 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraEnam bulan kemudian ....Athalla yang kini berusia enam bulan lebih terlihat menggemaskan. Momen terbaik perkembangan Athalla menjadi memori yang tidak akan terlupakan oleh keduanya. Bagaimana lelahnya begadang dan memahami tangisannya menjadi pengalaman melelahkan tapi membahagiakan.Mereka saling bahu membahu menjaga buah hati bergantian. Ketika Kenes membersihkan diri, maka Danesh bertugas menjaga anaknya. Mengajak bercanda dan bermain cilukba telah menjadi candu yang mengembalikkan rasa penat."Sayangnya Ayah, sekarang udah bisa ketawa ... bajunya juga bagus, jadi tambah ganteng," puji Danesh sembari menciumi perut Athalla. Suara tawanya terdengar begitu bahagia.Kenes yang baru selesai mandi menjadi gemas dengan tingkah suaminya. Ia s
SUAMI ONLINE 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendapat menu sarapan lain dari biasanya, rasanya sedikit menurunkan nafsu makan. Hidup sekarang bukanlah seperti zaman orang tuanya. Di mana sudah banyak kemajuan di bidang teknologi dan ilmu kesehatan. Akan tetapi, sekarang harus disuguhkan kehidupan yang sama seperti ibunya dulu.Kenes menatap isi meja makan. Meski rasa masakan ibunya selalu menjadi juara di hati, tetapi jika harus menu seperti ini setiap hari dipastikan bosan.Sang ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangnya mengamati gerak anaknya. Ia tahu kalau menu sarapannya pasti tidak sesuai selera."Kenapa hanya diliatin? Ayo, sarapan. Biar ASI kamu lancar," ucap wanita yang melahirkannya 32 tahun lalu.Kenes menoleh, menatap sang ibu. "Apa cuma ini, Bu? Masa sayur bening sama rebusan tempe?" keluhnya.
SUAMI ONLINE 42Oleh: Kenong Auliya ZhafiraKekuatan memberi senyum pada pasangan kadang bisa menjadi penyemangat diri sendiri untuk terus berjuang melawan ribuan luka. Melihat pasangan menangis bukan hal yang ingin dilihatnya saat ini.Kekuatan itu mampu memberi sugesti positif untuk tetap bertahan menghadapi berbagai macam keadaan. Walaupun dalam kondisi terlara sekali pun.Kenes yang mulai menemukan kembali kekuatannya langsung fokus pada arahan Bu Rose. Tekadnya berjuang perlahan membara demi kehidupan yang didambakan keluarga. Memiliki buah hati sebagai penerus adalah imipan bagi setiap perempuan. Sedangkan dirinya hanya tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan malaikat kecil."Sekali lagi ya, Mbak ... tarik napas dalam ... lalu mengejan." Bu Rose tidak lelah memberi arahan.Kenes menghirup napas sedalam mu
SUAMI ONLINE 41Oleh: Kenong Auliya ZhafiraMerasakan sakit luar biasa pertama kali karena proses spesial menjadi seorang ibu merupakan pertaruhan hidup dan mati. Di mana harus berjuang memberikan kehidupan baru tanpa memedulikan kehidupannya sendiri.Kenes tengah merasakan awal perjuangan itu. Perut yang semakin terasa kencang dan sakit dalam durasi lebih lama membuat perasaan tidak menentu. Apalagi ditambah tidak ada orang yang dikenal melewati depan rumahnya.Kepala Kenes sudah dipenuhi berbagai pikiran buruk. Daripada menunggu orang lain, lebih baik ia masuk mengambil ponsel dan menghubungi sang suami. Namun, baru saja berbalik rungunya mendengar suara yang cukup dikenalnya."Mbak Kenes ... Mbak Kenes ... Mbak, nggak apa-apa? Apa perutnya sakit?" Bu Hesti mengelus lengan wanita di
SUAMI ONLINE 40Oleh: Kenong Auliya ZhafiraDebaran dada akan selalu mewarnai jika berbicara soal hubungan. Rasa semakin bergelora dan tidak menentu meski hanya lewat tatapan mata. Momen indah dalam rumah tangga yang tidak akan pernah habis memberikan sensasi istimewa untuk sebuah keharmonisan.Kenes tahu betul jika prianya kini ingin membuktikan ucapannya. Senyum itu terlihat nyata, menyiratkan satu gairah cinta. Akan tetapi, semua itu tertahan karena keadaan yang tidak lagi sama seperti dulu. Ada sesuatu yang lebih membuatnya berharga dari apa pun. Namun, sorot matanya seolah mengunci setiap gerakannya.Pria di depannya kian mendekat, hingga embusan napasnya terasa hangat menerpa wajah. Kenes menggenggam erat bajunya ketika bibir yang sering menyesap manis madu hampir menempel di atas bibirnya.Danesh t
SUAMI ONLINE 39 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKenes mengerutkan dahi, memikirkan ucapan wanita yang seperti ibunya sendiri. "Em ... kalau perutnya ke bawah pertanda itu kah? Memang bulan ini udah sembilan bulan jalan," terangnya sembari menatap wajah Bu Hesti yang terlihat jelas guratan kerutan di matanya.Bu Hesti mengangguk sebagai jawaban. Banyak doa terselip dalam malamnya untuk kesehatan keluarga kecil Mbak Kenes. Sedetik kemudian, Bu Hesti berjalan mendekat sambil membisikkan sesuatu. "Satu rahasia lagi biar bayinya mau cepat keluar," ucapnya.Wanita yang masih bingung itu menatap Bu Hesti penuh tanda tanya. Rahasia apa yang sebenarnya dimaksud olehnya. "Ra--rahasia? A--apa?" tanya Kenes terbata."Berhubungan. Sekalian sebagai tanda kalau sang ayah menengok keadaan bayinya," jawab Bu Hesti lalu tersenyum ja