SUAMI ONLINE 6
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Perasaan memang bisa hadir karena terbiasa berjumpa dan saling menggoda. Begitu juga cemburu. Ia bisa hadir tanpa melihat waktu dan tempat. Meskipun terkadang merasa kewalahan karena selalu hadir di saat akal hilang kesadaran.
Kenes mulai merasa aneh melihat tatapan Silviana yang tertuju pada Danesh. Nada bicaranya seakan begitu mengenal suaminya.
Akan tetapi, mendengar kejujuran Danesh yang tidak menyembunyikan statusnya membuat satu kebanggan tersendiri di hati Kenes.
Mungkin seharusnya ia juga ikut membuka diri untuk kehadiran Danesh yang memang telah resmi menjadi pasangan hidupnya. Ia sudah menghilangkan julukan perawan tua darinya.
Wajah Silviana nampak meredup mendengar jawaban Danesh. Ada binar yang memudar di sorot matanya.
"Jadi kamu beneran menerima perjodohan dari mamamu?" Silvi bertanya seakan meminta penjelasan.
"Iya. Maaf ya ... aku yakin kamu bisa mendapat pria yang lebih baik lagi dariku," jawab Danesh. Lalu menatap Kenes yang kemungkinan mulai bertanya-tanya akan hubungan mereka.
"It's oke. Tidak apa. Selamat ya ...."
"Makasih. Ya udah, aku mau lanjut jalan lagi. Bye ...."
Danesh langsung menarik lengan Kenes agar melanjutkan langkahnya sampai ke tempat penitipan motor. Ia memilih pergi meninggalkan Silviana demi keputusan memiliki Kenes.
Kenes mencoba menahan semua pertanyaan yang membuat kepalanya hampir meledak. Rasanya ia ingin cepat sampai rumah dan tiduran di kamar. Logikanya mencegah untuk bertanya tapi hatinya menjerit ingin tahu. Kan, membuat kepala pusing.
"Aku mau pulang," ucap Kenes lirih. Ia merasa bingung dengan hatinya sendiri. Ada cemburu di antara gengsi dan bimbang.
Danesh menatap lekat wanita yang kini resmi menjadi miliknya. Ia tahu, kalau Kenes pasti sudah tidak berselera lagi setelah bertemu Silviana. Entah apa yang ia pikirkan tentangnya. Ia akan membahasnya di rumah saja. Malu, kalau harus bertengkar di depan umum.
"Katanya mau ke warung dulu? Nggak jadi?" tanya Danesh mengingatkan tujuan lainnya keluar malam ini.
"Enggak. Sekalian aja besok hari Senin. Sekarang aku mau pulang." Kenes tiba-tiba merasa lelah. Hatiya mendadak lemas karena hal yang belum ia tahu.
Akalnya yang mati-matian menolak hubungan ini berbanding terbalik dengan logikanya yang mulai merasa tidak rela ia berdekatan dengan wanita lain.
Apa terlalu serakah? Bukankah sebagai istri juga memiliki hak untuk melarang suami berhaha hihi dengan wanita selain dirinya? Ya ... meskipun perasaannya saat ini belum yakin sepenuhnya.
Kenes menghentakkan ujung sandalnya di aspal berkali-kali. Ia berharap rasa dalam dada sedikit berkurang. Akan tetapi, masih sama saja.
Danesh masih menerka sikap Kenes yang mulai berubah pendiam. Tidak secerewet sebelumnya.
"Kamu marah?" tanya Danesh yang tak tahan melihat sikap Kenes.
Kenes terdiam. Ada sesuatu yang menghujam ulu hatinya. Kenes sengaja menantang sorot mata kehitaman milik Danesh. Ia ingin mencari arti tentangnya.
'Benarkah dunia dalam matanya itu milikku?' tanyanya dalam hati.
"Ken-ken ... kamu marah?" Danesh mengulang pertanyaan yang sama. Karena ia masih melihatnya mematung.
"Aku nggak marah. Kamu bebas, kok, mau bicara sama siapa pun. Sekarang aku mau pulang. Cepetan!" jawab Kenes langsung naik ke boncengan. Ia mengalihkan segera tatapan matanya.
Danesh hanya bisa menghela napas dalam. Menghadapi wanita memang rumit. Semua serba salah di matanya jika menyangkut tentang hati.
Padahal belum tentu apa yang ia lihat dan ia dengar adalah sebuah kebenaran. Bisa saja hanya untuk menjaga keakraban dan sopan santun.
"Ya udah. Kita pulang. Lagian udah malem," jawab Danesh tak ingin membuat masalah ini semakin panjang. Ia hanya ingin perasaannya yang bertambah panjang dan semakin sayang.
Motor melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan Alun-Alun kota yang masih ramai. Ketika memasuki area perumahan, Kenes tidak bicara sedikit pun selama perjalanan. Ia diam membisu dengan seribu bahasanya.
Bahkan sesampai di rumah kontrakan, ia hanya membuka kunci garasi tanpa kata. Kemudian berlalu ke kamar tanpa menunggu Danesh memarkir motor.
"Ternyata begini rasanya kalau lagi didiemin sama wanita. Ngeri. Apa-apa ditinggal. Untung sayang, coba kalau enggak ... aku pasti udah ngacir," ucap Danesh lirih.
Perjuangannya membuka jalan agar pernikahan ini bisa tetap berlanjut masih panjang. Danesh harus bisa lebih kuat mental menghadapi Kenes.
Ia harus membuatnya jatuh hati, juga membuat Kenes kembali seperti semula. Cerewet dan galak. Dengan begitu ia menjadi seperti diri sendiri.
Danesh melangkah ke kamar setelah memastikan motor dalam keadaan terkunci. Takut ada maling berkeliaraan.
Ketika pintu terbuka, Danesh melihat Kenes tidur menghadap arah yang berlawanan dengannya. Ia mungkin masih belum mau bertatap muka.
"Ken ... Kenes ... kamu udah bobo?" tanya Danesh lembut sembari duduk di tepi ranjang.
Tidak ada sahutan apalagi jawaban. Sepertinya dia benar-benar tidak ingin melihatnya. Apa segitu marah-kah?
"Kalau kamu nggak mau lihat aku, kamu cukup denger aja apa yang mau aku omongin. Kamu gak perlu menjawab. Tapi aku harap kamu mau memikirkannya." Danesh menjeda ucapannya sejenak. Mengumpulkan sedikit kekuatan untuk sebuah pembenaran akan kenyataan.
Kenes masih terdiam. Ia pura-pura tidur, padahal memasang telinganya dengan benar agar mendengar semua kebenaran yang ingin disampaikan.
"Silviana adalah temen sekolahku dulu. Entah kenapa aku selalu menolak meski dia terus menerus menyatakan isi hati. Dan saat aku dijodohkan, ia pun tahu. Aku menerima semua ini karena memang sudah menyukai saat pertama kali melihat fotomu. Aku ingin menjalani pernikahan ini seperti pasangan yang lain. Aku tahu, di antara kita belum ada cinta, tapi aku pastikan akan segera ada. Percayalah, Ken," terang Danesh yang masih belum mendapat respon apa pun. Kenes masih saja tidur miring tanpa ada gerakan.
"Kalau kamu belum mau menerima, aku tidak mengapa ... aku akan menunggu," imbuh Danesh lagi.
Ia kemudian ikut merebahkan diri di samping Kenes dengan jarak yang sengaja dibuat jauh. Danesh tidak sampai hati mendekati wanita yang tengah berdiam diri.
Setiap kata yang terucap dari Danesh semakin terasa menghujam ulu hati. Bahkan hingga ke jantung. Rasanya sakit tapi tidak tahu penyebabnya. Ingin marah tapi pada siapa.
Lain dengan yang dirasakan Danesh. Ingin berpikir kalau tidak ada yang patut untuk disalahkan, itu tidak mungkin. Karena setiap diamnya seseorang pasti akan ada alasannya. Atau mungkin ini salahnya tidak memberitahukan siapa dirinya yang sebenarnya.
'Aku janji, setelah kamu mulai merasa yakin akan hatimu, aku akan memberitahu siapa aku, Ken. Tapi tidak untuk hari ini. Aku takut kamu berlari dan pergi tanpa pernah kembali,' batin Danesh dalam hati. Kemudian memejamkan kedua mata untuk bersiap menyambut hari baru. Hari di mana ia akan berusaha lebih sabar dan lebih kuat.
Tidur saling membelakangi membuat perasaan seolah sedang bertengkar. Padahal mereka hanya saling meminta waktu untuk berdamai dengan hati dan juga keadaan.
Kenes menutup kedua matanya agar terlihat terlelap. Meskipun pikiran dan hatinya masih saja terbuka lebar. Ia masih berusaha menyelami semua ucapan yang dikatakan Danesh hingga mendapatkan pembenaran. Pembenaran yang membuat hati merasa yakin.
Kenes perlahan memejamkan matanya dibarengi menghilangnya semua gundah dalam dada. Mencoba sejenak bermimpi akan hidupnya sendiri.
~~
Suara alarm ponsel bergetar di meja samping tempat tidur. Danesh memaksa membuka kedua matanya. Ia menatap sekilas jam di ponselnya. Jam ternyata sudah menunjukkan setengah lima pagi.
Danesh merasa ada sesuatu di atas tubuhnya. Dan ternyata, satu kaki Kenes berada manis di atas tubuhnya. Ia melirik wajah Kenes yang terlihat manis saat tertidur. Lalu menatap tangan kecil Kenes yang memeluk perutnya. Seulas senyum menghiasi pipi, ketika melihat wajah Kenes yang begitu alami.
Kata orang jaman dulu, kecantikan alami seorang wanita adalah saat bangun dari tidurnya.
Dan Kenes ... terlihat begitu cantik.
Danesh lagi dan lagi tersenyum bisa melihat wanita yang masih acuh padanya bisa terlelap dengan memeluknya tanpa kesadaran. Rasanya ia ingin mengecup pucuk kepalanya. Karena ia tidak melakukan ritual itu saat menikah. Ia hanya bisa melihat wajah Kenes dari layar ponsel.
Mumpung tidak sadar, ia bisa mencuri satu kecupan. Perlahan, Danesh mendekatkan wajahnya.
Cup!
Danesh mengecup lembut keningnya. Lama. Merasa ada pergerakan, ia pun dengan segera menjauhkan diri dan mencoba bangkit dari tempat tidur.
Danesh meninggalkan Kenes yang masih terlelap setenang mungkin. Ia tidak tega untuk membangunkannya.
Ia berjalan jinjit sampai ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menunaikan salat dua rekaatnya.
Ia merasa sangat segar. Bangun pagi dalam keadaan berbeda. Mulai dari status dan juga tempat tinggal. Semua berbeda. Meskipun berbeda, tetapi ia merasa kerasan dan betah.
Danesh bergegas menuju dapur. Memeriksa apa ada bahan makanan yang bisa diolah menjadi sarapan. Matanya memindai isi lemari pendingin dengan teliti. Hanya ada telur dan beberapa sayuran seperti wortel dan kubis.
Sebelumnya, Danesh sudah menanak nasi terlebih dulu di rice cooker. Setelah itu membuat telur dadar sayur.
Ketika Danesh tengah bergelut dengan dapur, Kenes mulai terbangun karena mencium aroma yang sangat menggugah selera.
Ia segera menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Kebetulan Kenes masih ada tamu bulanan, jadi ia melewatkan dua rekaatnya. Saat mengganti roti tawar, kepalanya mengingat mendapat kecupan mesra dari Danesh.
Rasanya hangat. Persis seperti nyata. Sesekali, Kenes menyentuh pucuk kepalanya. Mencari bekas kecupan Danesh yang begitu nyata. Akan tetapi, tidak ada sama sekali.
'Bekasnya nggak ada. Tapi, kok, rasanya kayak bukan mimpi,' batin Kenes masih belum percaya.
Kenes mengganti baju sembari berusaha mencari jawaban atas ingatannya. Namun, tetap saja tidak menemukan kepingan ingatan itu.
Ketika tangan membuka lemari, mata Kenes langsung melebar. Ada yang berbeda di lemarinya.
"Mas Danesh ...!"
Kenes berteriak mendapati baju-bajunya berantakan dan bertumpuk dengan asal. Hal itu membuat rasa kesal tiba-tiba memuncak.
Danesh yang baru saja selesai membuat telur dadar langsung berlari menghampiri Kenes ke kamarnya.
"Ada apa, Dek? Kok, teriak-teriak?" tanya Danesh bingung. Ia masih berdiri menatap wajah Kenes yang memerah.
Kenes melirik tajam ke arah suami online-nya.
"Kenapa bajuku jadi berantakan gini, Mas?!" tanyanya bercampur emosi.
'Astaga ... dipanggil cuma buat tanya baju. Emang semua serba salah kalau di mata wanita,' batinnya dalam hati.
-------***--------
Bersambung
SUAMI ONLINE 7 Oleh: Kenong Auliya Zhafira Wanita merupakan makhluk paling benar di muka bumi. Wanita juga sebagian tulang rusuk dari pasangannya. Sebagai pria sekaligus suami, jangan pernah berharap akan ada pembelaan tentang rumah tangga dan perasaan. Apa yang kita lakukan bisa selalu salah di mata istri. Ada beberapa hal sensitif yang memicu emosi wanita, seperti handuk basah yang tertinggal di atas kasur, mengambil baju dengan asal, dan masih banyak lagi. Jiwa dan mental harus bersiaga setiap saat jika sewaktu-waktu mereka komplain. Seperti sekarang .... Danesh masih tidak percaya kalau apa yang ia lakukan menjadi kesalahan. Bibirnya masih kaku untuk menjawab pertanyaan sang wanita. "Jawab, Mas?! Ini baju-bajunya kenapa? Kok, malah berantakan?" Kene
SUAMI ONLINE 8AOleh: Kenong Auliya Zhafira Menikah karena perjodohan dengan cara online memang terkadang bisa menyisakan sedikit ketakutan serta keraguan. Kedua rasa itu akan selalu menyelimuti kalbu karena hati yang belum bisa berdamai dengan keadaan. Apalagi jika harus melakukan sesuatu yang belum diinginkan, termasuk ci*man. Kenes terpaku, nalarnya masih belum mencerna pertanyaan Danesh itu sesuatu yang hanya membutuhkan jawaban atau tindakan. Tubuhnya mulai berkeringat dingin. Ia belum siap sama sekali jika harus bersentuhan dengan hati yang bergej*lak karena cinta.Danesh dengan sabar menunggu jawaban dari Kenes. Ia sadar kalau pertanyaannya mungkin terlalu cepat di awal pendalaman karakter. Namun, ada rasa ingin menc*umnya agar bisa seperti pasangan sah yang lain. Hal ini juga yang tidak bisa ia lakukan saat menikah ka
SUAMI ONLINE 8BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDanesh bisa mengerti ketakutan itu. Ia hanya mengambil langkah yang sebisa mungkin masih memenuhi syarat sahnya pernikahan. Sebelumnya para orang tua juga sudah memikirkan hal ini sebelum pernikahan terjadi."Aku sempat mencari tahu sedikit di internet. Pernikahan online yang dihadiri wali dari perempuan dan calon suami juga para saksi bisa dinyatakan sah. Apalagi dilakukan di satu ruangan. Tapi nanti aku coba cari tahu lagi pada orang yang lebih ahli. Selama menunggu, aku tidak akan meminta hakku. Setidaknya sampai kamu benar-benar mau menerimaku sebagai belahan jiwamu," jawab Danesh dengan senyum khasnya.Kenes mengerutkan dahinya. Ia berpikir kalau pria di depannya sudah tahu kebenaran tentang pernikahan dua hari yang lalu. Namun, ia bersyukur Danesh mau memahami rasa takutnya. Apalagi dia mau memutuskan menunda hal yang menjad
SUAMI ONLINE 9Oleh: Kenong Auliya Zhafira Hubungan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bisa menyisakan rasa sakit. Sakit yang mampu mengubah manusia menjadi pend*ndam. Padahal, dirinya hanya memerlukan kebesaran hati untuk menerima kenyataan.Pria itu masih saja menatap kemesraan wanita yang selalu menjadi incaran hidupnya. Ada rasa tidak rela kalau Kenes bisa bahagia, sedangkan dirinya masih saja meratapi lukanya. Di bawah pohon mangga, ia menyaksikan adegan yang membuat hatinya semakin lara.Kenes tidak pernah menyadari bahwa keinginannya untuk sendiri akan menyakit hati orang lain. Akan tetapi, bukan salahnya juga jika tidak bisa menerima mereka. Masalahnya adalah tentang hati. Hati akan memilih sendiri siapa yang membuatnya berada dalam kenyamanan.Begitu juga apa yang tengah ia rasak
SUAMI ONLINE 10AOleh: Kenong Auliya Zhafira Kecurigaan yang tidak ada buktinya bisa menjadi fitnah dan berujung kesalahpahaman. Kenes masih berusaha membuang jauh pikirannya tentang dia. Ia tidak berpikir negatif sebelum mendapatkan bukti. Dulu, ia sudah menjelaskan banyak alasan karena tidak bisa menerima hubungan yang pernah ditawarkan olehnya.Patah hati memang sakit, tetapi jika sampai membuatnya menjadi pengunt*t, itu cukup keterlaluan. Kenes tidak bisa membayangkan jika dia benar-benar melakukannya. Atau mungkin penolakan itu membekas begitu kuat?Kenes sudah pernah meminta maaf padanya saat malam purnama di depan warungnya. Bulan dan bintang yang menjadi saksinya. Malam itu, ia terlihat legowo dan bisa menerima keputusannya. Akan tetapi, dalamnya hati tidak ada yang tahu. Bisa saja ia terluka karen
SUAMI ONLINE 10BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIya. Kan, Masnya nikah di ponsel. Saya kemarin yang nemenin Mbak Kenes. Kasian tiap hari liat Mbak Kenes pulang malam, nggak ada yang nyambut, nggak ada yang antar jemput. Tapi sekarang lumayan senang Mbak Kenes sudah punya orang yang selalu menemani. Saya turut bahagia untuk kalian. Masnya yang sering ngalah sama Mbak Kenes, ya?" pesan wanita itu setelah menceritakan kedetakan mereka.Danseh merasa tenang ada satu orang yang mengetahui statusnya dengan Kenes, setidaknya ada yang mendukungnya."Makasih, Bu, doanya. Insyaallah saya akan mencoba belajar memahami Kenes. Sekali lagi terima kasih untuk doa dan makanannya," jawab Danesh seraya menganggukkan kepala."Sama-sama, Mas. Salam buat Mbak Kenesnya. Saya pamit," ucapnya kemudian berlalu pergi.Hal semacam in
SUAMI ONLINE 11A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Raga bisa melemah ketika salah satu anggota tubuh mengenali sesuatu yang sudah berlalu kembali hadir dalam hidup. Bahkan rasa terkejut akan menguasai akal membayangkan semua perlakuan yang pernah dilakukan karena ketidaktahuan. Kenes masih hafal suara yang sedang membuat keributan di warungnya. Dia adalah pria yang dulu pernah memintanya menjadi kekasih, Ratan Kaivan. Karena alasan sesuatu hal dan kesibukan, Kenes memilih berteman dengan Ratan. Ia tidak menyangka kalau sekarang datang kembali membawa luka. Danesh yang sadar akan perubahan Kenes menjadi khawatir. Ia takut sesuatu telah terjadi. "Telepon dari siapa, Sayang ...." Danesh mencoba mencari tahu. Namun, tidak terdengar karena Kenes melamun terlalu tinggi. Tangan
SUAMI ONLINE 11B Oleh: Kenong Auliya Zhafira "Eh, Ant ... kamu buruan keluar. Cari temannya Mbak Bos di luar. Katanya tadi sedang menikmati alam malam hari. Buruan, sana!" titah Yuyun yang tidak tega melihat Mbak Bos semakin tersudut oleh sikap Ratan. "Ya, elah, Yun. Di luar banyak pria. Aku, kan, nggak tahu yang mana," jawab Anto. Yuyun menarik napas, lalu mengembuskannya perlahan. Ia kemudian menarik baju Anto agar lebih mendekat ke arahnya. "Eh ... mau ngapain, Yun, narik-narik bajuku! Nanti sobek!" protes Anto dengan ulah Yuyun yang main menarik bajunya. "Udah, diem! Kamu liat pria yang lagi duduk di motornya Mbak Bos?" Yuyun menunjuk pria yang dimaksud Mbak Bos pada Anto. "Udah liat, kan? Buruan suruh ke sini!" Anto mengangguk mengerti, lalu segera berlari ke l
SUAMI ONLINE 44 C Last Episode Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sementara di tempat prasmanan, Kenes melihat romantisnya Ratan mengambil banyak makanan untuk Silviana yang tengah merasakan ngidam. Ternyata ia bisa menjadi suami siaga. Meski pesonanya masih kalah jauh dibanding Danesh–suaminya. Setelah puas menikmati hidangan acara, Kenes memutuskan pulang. Apalagi Athalla terlihat mengantuk. Kasian kalau harus tidur dalam gendongan. Keduanya berpamitan, lalu meninggalkan acara. Danesh sengaja melajukan motor kecepatan sedang agar sampai ke rumah dengan cepat. Hanya sepuluh menit akhirnya mereka bisa menidurkan Athalla di kamar. Tubuh mungilnya menggeliat merasakan pergerakan. Suasana kamar yang sejuk membuat tidurnya kembali anteng. "Mas, tungguin ya ... aku mau ganti baju dulu," pinta Kenes sembari menuju ke lemari untuk
SUAMI ONLINE 44 BLast EpisodeOleh: Kenong Auliya ZhafiraWanita yang tampah menahan air matanya menjawab penuh binar bahagia. "Wah, makasih, Mbak Bos!"Inilah yang membuat Yuyun bertahan di sini. Mempunyai juragan royal dan tidak pelit. Selain itu kepercayaan yang diberikan itu penuh totalitas. Kali ini mereka bisa bertemu dengan keadaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahkan banyak kebaikan yang menyertai kehidupan mereka.Kebahagiaan mereka bertambah kali lipat kala mendapati kedatangan orang tua dan mertuanya. Mereka terlihat tengah berjalan memasuki warung. Setelah menangkap gerombolan orang yang dikenal, mereka menghampiri dengan binar penuh kerinduan.Athalla yang tengah anteng dalam gendongan mendadak tertawa mendapati ciuman bertubi-tubi dari kedua neneknya."Ibu ke sini, kok, nggak bilang
SUAMI ONLINE 44 ALast EpisodeOleh: Kenong Auliya ZhafiraMelihat orang yang telah lama tidak bertemu dengan penampilan berbeda pasti merasa terpesona. Apalagi jika itu mengarah hal lebih baik. Ditambah lagi itu adalah sesuatu yang memang menjadi kewajiban wanita muslim.Yuyun masih menatap takjub kecantikan Mbak Bosnya. Ada keinginan merayap ke hati jika nanti sudah siap lahir batin berpenampilan seperti wanita panutannya dalam bekerja.Rasa haru tersingkir untuk menyapa kehadiran pemilik warung seblak yang tiap hari bertambah ramai."Ya, Allah, Mbak Bos! Tambah cantik aja tidak bertemu berbulan-bulan. Dari tadi kenapa nggak bilang, malah diem aja!" protes Yuyun sambil melepaskan pelukan. Kemudian beralih menatap bayi mungil yang tengah memperhatikannya dengan seksama. Seperti ada rasa takut bertemu orang baru."Dika
SUAMI ONLINE 43 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraEnam bulan kemudian ....Athalla yang kini berusia enam bulan lebih terlihat menggemaskan. Momen terbaik perkembangan Athalla menjadi memori yang tidak akan terlupakan oleh keduanya. Bagaimana lelahnya begadang dan memahami tangisannya menjadi pengalaman melelahkan tapi membahagiakan.Mereka saling bahu membahu menjaga buah hati bergantian. Ketika Kenes membersihkan diri, maka Danesh bertugas menjaga anaknya. Mengajak bercanda dan bermain cilukba telah menjadi candu yang mengembalikkan rasa penat."Sayangnya Ayah, sekarang udah bisa ketawa ... bajunya juga bagus, jadi tambah ganteng," puji Danesh sembari menciumi perut Athalla. Suara tawanya terdengar begitu bahagia.Kenes yang baru selesai mandi menjadi gemas dengan tingkah suaminya. Ia s
SUAMI ONLINE 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraMendapat menu sarapan lain dari biasanya, rasanya sedikit menurunkan nafsu makan. Hidup sekarang bukanlah seperti zaman orang tuanya. Di mana sudah banyak kemajuan di bidang teknologi dan ilmu kesehatan. Akan tetapi, sekarang harus disuguhkan kehidupan yang sama seperti ibunya dulu.Kenes menatap isi meja makan. Meski rasa masakan ibunya selalu menjadi juara di hati, tetapi jika harus menu seperti ini setiap hari dipastikan bosan.Sang ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangnya mengamati gerak anaknya. Ia tahu kalau menu sarapannya pasti tidak sesuai selera."Kenapa hanya diliatin? Ayo, sarapan. Biar ASI kamu lancar," ucap wanita yang melahirkannya 32 tahun lalu.Kenes menoleh, menatap sang ibu. "Apa cuma ini, Bu? Masa sayur bening sama rebusan tempe?" keluhnya.
SUAMI ONLINE 42Oleh: Kenong Auliya ZhafiraKekuatan memberi senyum pada pasangan kadang bisa menjadi penyemangat diri sendiri untuk terus berjuang melawan ribuan luka. Melihat pasangan menangis bukan hal yang ingin dilihatnya saat ini.Kekuatan itu mampu memberi sugesti positif untuk tetap bertahan menghadapi berbagai macam keadaan. Walaupun dalam kondisi terlara sekali pun.Kenes yang mulai menemukan kembali kekuatannya langsung fokus pada arahan Bu Rose. Tekadnya berjuang perlahan membara demi kehidupan yang didambakan keluarga. Memiliki buah hati sebagai penerus adalah imipan bagi setiap perempuan. Sedangkan dirinya hanya tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan malaikat kecil."Sekali lagi ya, Mbak ... tarik napas dalam ... lalu mengejan." Bu Rose tidak lelah memberi arahan.Kenes menghirup napas sedalam mu
SUAMI ONLINE 41Oleh: Kenong Auliya ZhafiraMerasakan sakit luar biasa pertama kali karena proses spesial menjadi seorang ibu merupakan pertaruhan hidup dan mati. Di mana harus berjuang memberikan kehidupan baru tanpa memedulikan kehidupannya sendiri.Kenes tengah merasakan awal perjuangan itu. Perut yang semakin terasa kencang dan sakit dalam durasi lebih lama membuat perasaan tidak menentu. Apalagi ditambah tidak ada orang yang dikenal melewati depan rumahnya.Kepala Kenes sudah dipenuhi berbagai pikiran buruk. Daripada menunggu orang lain, lebih baik ia masuk mengambil ponsel dan menghubungi sang suami. Namun, baru saja berbalik rungunya mendengar suara yang cukup dikenalnya."Mbak Kenes ... Mbak Kenes ... Mbak, nggak apa-apa? Apa perutnya sakit?" Bu Hesti mengelus lengan wanita di
SUAMI ONLINE 40Oleh: Kenong Auliya ZhafiraDebaran dada akan selalu mewarnai jika berbicara soal hubungan. Rasa semakin bergelora dan tidak menentu meski hanya lewat tatapan mata. Momen indah dalam rumah tangga yang tidak akan pernah habis memberikan sensasi istimewa untuk sebuah keharmonisan.Kenes tahu betul jika prianya kini ingin membuktikan ucapannya. Senyum itu terlihat nyata, menyiratkan satu gairah cinta. Akan tetapi, semua itu tertahan karena keadaan yang tidak lagi sama seperti dulu. Ada sesuatu yang lebih membuatnya berharga dari apa pun. Namun, sorot matanya seolah mengunci setiap gerakannya.Pria di depannya kian mendekat, hingga embusan napasnya terasa hangat menerpa wajah. Kenes menggenggam erat bajunya ketika bibir yang sering menyesap manis madu hampir menempel di atas bibirnya.Danesh t
SUAMI ONLINE 39 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraKenes mengerutkan dahi, memikirkan ucapan wanita yang seperti ibunya sendiri. "Em ... kalau perutnya ke bawah pertanda itu kah? Memang bulan ini udah sembilan bulan jalan," terangnya sembari menatap wajah Bu Hesti yang terlihat jelas guratan kerutan di matanya.Bu Hesti mengangguk sebagai jawaban. Banyak doa terselip dalam malamnya untuk kesehatan keluarga kecil Mbak Kenes. Sedetik kemudian, Bu Hesti berjalan mendekat sambil membisikkan sesuatu. "Satu rahasia lagi biar bayinya mau cepat keluar," ucapnya.Wanita yang masih bingung itu menatap Bu Hesti penuh tanda tanya. Rahasia apa yang sebenarnya dimaksud olehnya. "Ra--rahasia? A--apa?" tanya Kenes terbata."Berhubungan. Sekalian sebagai tanda kalau sang ayah menengok keadaan bayinya," jawab Bu Hesti lalu tersenyum ja