Share

Anggap Aku Ratumu

Author: VincaFlower
last update Last Updated: 2024-05-04 06:53:02

Enam

 

"Bagaimana kau bisa tidur senyenyak itu setelah bertindak seenaknya?" Mahendra bergumam sambil menatap tubuh di atas ranjang yang terbungkus selimut dari ujung kaki ke ujung kepala. Sesekali pendengarannya terusik oleh bunyi dengkuran halus.

 

Sementara Mahendra, ia tidak mengerti kenapa harus begitu patuh dengan semua ancaman wanita itu, kenapa bisa-bisanya ia tahkluk begitu saja? Padahal segalanya telah terencana dengan matang.

 

Di tengah malam yang semakin merayap, mata pria itu masih belum jua terpejam, bukan karena tubuhnya yang tidak terbiasa dengan lantai tempat ia bergelung sekarang, tapi permintaan tak masuk akal dari Larasati terus berputar di kepalanya.

 

Dan bukan itu saja, nyatanya Larasati telah me rong-rong segala pertahanannya sebagai seorang lelaki,  gadis itu dengan mudahnya telah memanipulasinya, dari mengancam, menyita ponsel, dan gilanya lagi dia akan membatasi gerak Mahendra, akan ada GPS di mobil dan ponselnya akan disadap.

 

Oh! Mahendra benar-benar tidak bisa menerimanya, beraninya gadis ini! Bahkan  ia dengan lugas tanpa sungkan menyuruh suaminya tidur di lantai, dan Mahendra menurutinya tanpa kata.

 

Berkali Mahendra bangkit menatap geram pada sumber permasalahannya itu, ingin ia membuat perhitungan dan membalikkan keadaan agar gadis kesombongan serta kepercayaan diri gadis itu hilang lenyap seketika berganti dengan ketakutan dan permohonan, tapi kemudian ia ingat kalau sosok yang tengah berkelana di alam mimpi itu telah memegang kartu As-nya, nyawa Papanya dipertaruhkan di sini.

 

Namun ia juga tidak sampai hati untuk melukai kekasih hatinya dengan sengaja, membayangkan saja jantung Mahendra terasa akan meledak.

 

Mahendra benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin gadis yang menurut begitu polos dan seperti tidak tahu apa-apa itu, yang pagi tadi baru ditemui tepat saat akad nikah akan dimulai bisa menjadi begitu bar-bar.

 

Dan Mahendra hanya bisa merutuki diri sendiri karena menolak untuk bertemu terlebih dahulu sebelum menikah, padahal orang tua kedua belah pihak telah berkali-kali menyarankan, tapi Mahendra tidak sedikitpun ter ingin, jauh-jauh hari sejak rencana pernikahan itu dibicarakan hatinya sudah menolak mentah-mentah.

 

Namun karena penyakit jantung Papanya yang sempat kambuh karena Mahendra terus menolak sehingga harus bolak-balik masuk rumah sakit,  Mahendra akhirnya mau menerima pernikahan tersebut, itupun setelah mendengar penjelasan dokter.

 

"Selama 6 bulan ke depan jantung benar-benar rentan, jangan biarkan beliau tertekan apalagi stres, kalau selama tidak ada kejutan dalam jangka waktu itu, dipastikan jantungnya akan lebih membaik. Tapi sedikit saja ada yang mengganggu pikirannya itu akan sangat fatal, kemungkinan terburuknya beliau bisa saja 'lewat."

 

Mahendra berpikir gadis yang akan dinikahinya itu akan sangat mudah dia kendalikan, mengingat ia bukan berasal dari keluarga kaya ataupun perempuan modern, kabarnya hanya pemilik toko kecil di pinggir jalan.

 

Dan Mahendra begitu lega ketika melihat wajah gadis itu tadi pagi, sesuai yang ia perkirakan. Begitu sederhana walau kebaya mahal telah membalut tubuhnya, walau Mahendra tidak memungkiri ia memiliki bola mata unik, besar tapi bersorot sendu, yang tentu saja tidak berani melihat kearahnya, wajah yang selalu tertunduk, jemari yang selalu bertaut saling meremas pertanda betapa kegugupan besar tengah melanda.

 

Tetapi nyatanya, semuanya jauh di luar ekspektasi Mahendra, bahkan gadis yang tadi ia perkirakan tidak akan berkutik padanya itu adalah orang pertama yang telah menjadikannya seorang pecundang.

 

Lalu Mahendra hanya bisa menggeram dan kembali rebah, lalu sekejap kemudian bangkit lagi, kadang ia lupa kalau ia sekarang hanya di lantai yang hanya beralas karpet beludru, dan punggungnya harus merasakan kerasnya benturan karena terlalu kuat menghempaskan diri.

 

                🌼🌼🌼

 

   Pagi telah datang, cahaya mentari begitu terang membiaskan limpahan cahaya kepada alam semesta. 

 

Larasati menggeliat di bawah selimut yang menutupi tubuhnya dengan sempurna, matanya mengerjap beberapa kali, kantuk masih begitu kentara bertengger di sana.

 

Larasati merasa ia baru terlelap dalam sekejap ingin rasanya ia kembali melanjutkan tidur beberapa lama lagi, tapi kemudian ia  teringat akan sesuatu sehingga membuat matanya terbuka sempurna dan buru-buru bangkit.

 

Dan kemudian ia sadar sepenuhnya, kalau hidupnyaa tidak sama lagi, semuanya telah berubah drastis, banyak sekali yang harus dilakukannya untuk bisa terus melanjutkan hidupnya tersebut.

 

Apalagi matanya tertumbuk pada sosok yang tengah meringkuk di bawah sana, seseorang yang telah memberikan banyak PR untuknya.

 

Larasati tersenyum miris, lalu sekejap telah berganti dengan senyum sinis, menertawakan apa yang telah terjadi padanya, juga membayangkan perihnya hari-hari yang akan ia jalani bersama pria tanpa hati itu.

 

Mata Larasati segera berembun, tapi punggung tangannya sigap menyusup sehingga air mata yang sudah tergenang urung untuk keluar. Ia menatap jam berlapis emas yang tergantung di dinding berlapis wallpaper mahal bernuansa hitam. 

 

Larasati segera beranjak dari tempat tidur, memasuki kamar mandi yang kemewahannya tidak sedikitpun membuat Larasati berdecak kagum, gadis itu merasa semua keglamoran yang baru pertama kali ditemuinya itu biasa saja.

 

Ia hanya merasa heran, untuk apa orang kaya membuang-buang uang untuk hal seperti itu? Berlebihan sekali, begitu kata hati Larasati.

 

Larasati buru-buru menghadap Tuhannya setelah membersihkan diri, menggelar sajadah dan memakai mukena lalu mulai bermunajat dengan khusyu.

 

"Arrghh ... tulang-tulangku seakan remuk..." Erangan berat terdengar tepat setelah Larasati melakukan salam kanan kiri,  ia bermaksud untuk tidak menghiraukan dan ingin melanjutkan untuk berdoa.

 

Drttt ...

 

Namun tiba-tiba deringan ponsel terdengar dari balik selimut, dan Larasati sadar itu bukan nada dering miliknya, itu milik Mahendra yang ia sita tadi malam.

 

Larasati segera menyelesaikan doa sekedarnya, lalu secepatnya ia menghambur ke tempat tidur, tepat seperti dugaannya Mahendra telah berada terlebih dulu memegang benda itu.

 

Mereka saling bertatapan, sekilas Mahendra menangkap sorot gugup di mata Larasati, tapi itu hanya sesaat setelahnya gadis itu telah berhasil menguasai diri dengan sangat baik.

 

"Berikan." Larasati menengadahkan tangannya pada Mahendra, pria itu mengangkat alis, terkagum-kagum dengan kepercayaan yang begitu terpancar dari raut itu.

 

"Kau begitu yakin aku akan memberikannya padamu? Ini barang pribadiku, jaga batasanmu." Mahendra tidak bisa menahan kekesalan, apalagi seluruh tubuhnya terasa begitu sakit luar biasa.

 

"Bagaimana mungkin kau tidak akan mengikuti perintah Ratumu?"

 

Mahendra yang sudah membalikkan badan, ibu jarinya pun siap untuk menggeser tombol menerima panggilan, seketika kembali pada posisi semula. Menghadap Larasati dengan tatapan bingung.

 

"Apa? Ha ha ha ..." Mahendra  tergelak ketika ia telah berhasil menelaah apa maksud perkataan Larasati.

 

Larasati melipat tangan ke  dada, menunggu hingga tawa cemooh Mahendra mereda.

 

"Tentu, aku telah berjanji akan memperlakukanmu layaknya seorang Ratu, Laras. Tapi kau juga harus tahu aku adalah Rajanya di sini, dan yang paling berkuasa ... ada banyak anak buah serta ajudanku yang akan melayanimu seperti yang kau impikan itu ..."

 

"Bukan begitu perjanjian yang kumaksud yang mulia Raja Mahendra. Kenapa kau lamban sekali dalam menangkap maksudku? Sudah dua kali kau gagal menafsirkannya..." Sekarang giliran Larasati yang tertawa kecil di ujung kalimatnya.

 

"Lalu apa lagi yang kau mau?" Mahendra mulai gelisah,  perasaannya tidak enak.

 

"Perlakukan aku sebagai Ratumu, bukankah kalimat itu sudah sangat jelas? jika  kau tidak jua mengerti maka akan kuterangkan.

 

Kaulah ajudanku, kau yang akan melayaniku, kapan pun aku ingin kau harus selalu hadir dan siap di sisiku, segala perkataan adalah perintah dan kewajiban yang harus kau lakukan ..."

 

"Cukup Larasati! Kau keterlaluan, tidakkah kau mau berkaca ..."

 

"Kau tidak mau Mahendra? Tentu saja kau boleh menolaknya, aku tidak akan pernah memaksamu, tapi tentu saja kesepakatan kita juga batal.

 

Ya sudahlah, bersihkan dirimu, kita akan turun ke bawah, pastinya keluargamu sudah berkumpul semuanya di meja makan.

 

Saat yang tepat untuk mengatakan semuanya." Larasati berucap tanpa beban sembari melipat sajadah dan mukenanya.

 

Namun Mahendra matanya menyala menatap penuh geram tanpa berkedip seakan mau menelan Larasati bulat-bulat.

 

"Apa lagi yang kau tunggu, cepatlah." Larasati seolah tidak terpengaruh dengan kobaran di mata Mahendra, ia dengan santai duduk di meja rias lalu menyisir rambut panjangnya yang basah.

 

"Kau akan menyesal telah berlaku seperti ini Larasati, anggaplah aku tunduk padamu sekarang, tapi ingatlah bukan karena aku menuruti semua keinginanmu itu dengan sukarela, ini hanya sebagai baktiku sebagai seorang anak.

 

Aku yakin cepat atau lambat  waktu akan berpihak padaku, dan saat itu kau yang akan tunduk di kakiku."

 

"Oh, baguslah berarti kau setuju untuk jadi ajudanku? 

 

Wah, luar biasa Mahendra, tapi tentu saja kau sudah sangat mengerti dengan arti kata ajudan bukan? 

 

Hhh ... baiklah, sini ponselmu itu, aku ingin lihat siapa yang tiada kenal lelah menelfonmu dari tadi." Larasati mengansurkan tangannya tanpa mengalihkan wajah dari kaca.

 

Mahendra tanpa bisa berbuat apa-apa pun menaruh benda itu di telapak tangan yang sebenarnya ingin sekali ia patahkan itu.

 

"Aha, ini dia. 'Zaraku', angkatlah, dan buatlah janji dengannya nanti siang, kau akan membawaku bertemu  bertemu dengannya." Larasati kembali mengansurkan ponsel itu pada Mahendra.

 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
zaraku ......wkwkwkwkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Intimidasi Terus Berlanjut

    Tujuh"Kau wanita gila!" umpat Mahendra diantara nafas yang menyesak, dadanya turun naik menahan kesal.Larasati hanya tersenyum kecut, menoleh sekilas pada raut yang marah padam itu.Bukannya merasa simpati atau ciut nyali melihat bara api yang berpendar di mata tajam itu, Larasati malah memberi isyarat lewat gerakan dagunya agar Mahendra segera menjawab ponsel yang masih saja terus berdering.Mahendra benar-benar tidak punya pilihan, selain menuruti perintah dari wanita yang telah mengklaim diri sebagai Ratu itu, dan seenak jidatnya menjadikan Mahendra ajudan.Sungguh di luar nalar kelakuan wanita itu, tapi Mahendra bisa apa selain menurutinnya.Lalu Mahendra pun menggeser tombol hijau di layar, segera pendengaran mendengar isak parau dari sana, Mahendra memperkirakan kalau Zaranya telah melewati malam dengan tangisan tiada henti."Sttt ... lodspeakernya jangan lupa."Mahendra pun patuh dan segera menekan tombol yang di maksud sang Ratu."Mahendra ... apakah kau menikmati malammu

    Last Updated : 2024-05-04
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Kekasihku Sangat Cantik

    DelapanSetelah Mahendra memasuki kamar mandi, Larasati bergerak menuju koper berisi pakaiannya yang belum sempat diberes ke dalam lemari.Koper itu tergeletak di sudut kamar berdekatan dengan pintu, tapi entah kenapa Larasati merasa begitu jauh, langkah terlihat limbung mungkin karena lututnya yang gemetaran, sehingga sesaat kakinya mencapai tempat yang dituju, tubuh itu pun luruh ke lantai.Larasati menekan dada sebelah kirinya dengan kuat, bukan hanya menekan, sesaat kemudian ia juga memukul bagian itu dengan kepalan tangannya ... entahlah, bahkan dia sendiri tidak bisa menjabarkan apa yang dirasakannya saat ini.Larasati hanya tersedu beberapa saat, lalu ia segera menyusup air mata dengan cepat, kemudian mulai memilah pakaiannya di dalam koper.Setelah menemukan sesuatu yang menurutnya cocok untuk dipakai hari ini, setidaknya menjelang ia membeli pakaian-pakaian baru. Sebuah gaun terusan sederhana hijau toska di bawah lutut dengan renda putih di bagian dada.Memakainya dengan

    Last Updated : 2024-05-05
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA    Tidak Akan Berhasil

    9"Akhirnya, pengantin baru kita keluar juga..."Mahendra dan Larasati langsung di sambut oleh suara riang bersahutan dari anggota keluarga ketika kaki mereka belum juga mencapai anak tangga paling bawah.Fabian Malik, Papanya Mahendra terlihat sumbringah sekali menadapati putra kebanggaannya merangkul mesra menantu pilihannya."Baguslah, Nak. Rasanya aku ingin hidup berpuluh-puluh tahun lagi setelah menyaksikan kebersamaan kalian ini." Pria setengah baya dengan wajah yang terlihat agak lelah dan pucat itu memegang bahu anak menantunya bersamaan.Larasati tersipu, sementara Mahendra , tentu saja ia sudah diwanti-wanti oleh istrinya itu, untuk bersikap sebaik mungkin."Tentu Pa, papa harus hidup sangat lama. Tugas kita masih panjang, tidak lama lagi, melihat dari kedekatan mereka yang lebih cepat dari perkiraan kita, tidak lama lagi semoga kita akan segera di berkahi cucu." Rieta Malik, Mama Mahendra juga terlihat bahagia, apalagi melihat wajah putranya yang terlihat begitu enjoy, tida

    Last Updated : 2024-05-25
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Ruhan Pratama

    10.Mahendra Malik dan Ruhan Pratama sejatinya selama ini mereka adalah lawan bisnis yang bersaing secara sehat, sesekali bisa juga menjadi partner yang saling menyokong satu sama lain.Mahendra dan Ruhan secara garis besar terlihat sebagai dua orang yang setara. Baik dari segi kekayaan, kepintaran, prestasi maupun ketampanan. Raut mereka yang sama-sama memiliki garis-garis yang telah ditakdirkan untuk memikat pandangan kaum hawa, tapi tentu dengan karakter wajah masing-masing. Ruhan berkulit coklat sementara Mahendra sawo matang. Begitupun postur tubuh, sama-sama tinggi, tegap dan berotot liat.Hanya saja yang membedakannya adalah, Ruhan dan segalanya kekayaannya itu adalah hasil kemandiriannya sendiri, bukan dari usaha keluarga seperti yang dilakukan Mahendra.Untuk itulah, seringkali Mahendra merasa kagum akan kemandirian Ruhan, bahkan cenderung segan pada pria yang sebenarnya sebaya dengannya itu, kadang tanpa malu ia sering meminta saran Ruhan bagaimana baiknya menjalankan

    Last Updated : 2024-05-25
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Memeluk Lelaki Lain

    11Merah padam wajah Mahendra menerima segala perlakuan tiba-tiba dari Ruhan, bukannya malu dengan para pengunjung lain yang tentu otomatis telah menjadikannya sebagai tontonan tapi karena kenyataan yang tidak bisa diterima oleh nalarnya.Bagaimana mungkin? Ruhan Pratama menyukai gadis sesederhana Larasati? Bagaimana awalnya itu terjadi dan entah di mana mereka bertemu? Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam diri Mehendra sehingga ia lupa untuk menepis cengkraman Ruhan yang masih terpaut di leher bajunya."Jaga kelakuan anda Pak Ruhan, di sini bukan hanya kita, jangan sampai nanti ada berita yang tersebar kalau seorang Ruhan berbuat kasar pada seorang suami karena menginginkan istrinya," ujarnya setelah beberapa saat.Ruhan segera melepaskan cengkramannya, kemudian ia mengusap wajahnya berikut menyugar rambut bolak-balik, sangat jelas Mahendra menangkap ada begitu besar kekecewaan pada Ruhan."Berhenti memikirkan istriku, Pak Ruhan. Anda berhak mendapatkan yang lebih baik dari dia .

    Last Updated : 2024-05-26
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Mabuk Darat

    12"Hentikan kekasaranmu ini Mahendra. Kau tidak malu?" bisik Larasati berusaha menyadarkan Mahendra dari kemarahannya.Sementara penata rias yang tadi mendampingi Larasati hanya berusaha pura-pura tidak peduli dengan membereskan alat-alat kecantikan yang berserakan di meja rias."Malu? Kau bicara malu denganku? Bagaimana denganmu, lalu apa kau tidak malu memeluk laki-laki lain di depan semua orang?" Mahendra semakin naik pitam, walau nada suaranya tidak terdengar sekeras tadi, tapi gelap kemerahan di matanya adalah perwakilan dari emosinya yang memuncak.Larasati berusaha tidak terpengaruh dengan kebenaran yang dikatakan Mahendra, dalam hati kecil ia sungguh memaki perbuatan spontan memalukan barusan yang di luar kesadaran telah memeluk seseorang yang terlarang untuk disentuhnya."Sudahlah Mahendra, kau terlalu melebih-lebihkan, hal yang kulakukan tadi bersama Mas Ruhan adalah sesuatu yang tidak disengaja, aku hanya terbawa perasaan." Larasati menekan rasa malu dalam dada, bagaimana

    Last Updated : 2024-05-26
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Pertemuan Dengan Zara

    13"Ruhanmu? Kau benar-benar tidak tahu malu, bagaimana kau mengklaim pria lain sebagai milikmu, padahal kau adalah wanita yang sudah menikah?" Mahendra mengunci Larasati dengan manik mata yang memancarkan sorot tiada percaya.Mahendra benar-benar tidak mengerti lagi, wanita ini benar-benar sudah keterlaluan menurut-nya. Lagi-lagi ia terdengar sengaja mengancam, mamajukan kesepakatan menjadi satu bulan? Larasati benar-benar mengunci pergerakan Mahendra, tapi pria itu memutuskan seolah-olah ia tidak mendengarnya."Kenapa? Ayolah jangan pasang tampang menyedihkanmu itu padaku, jangan sampai aku berpikir kalau kau tengah cemburu, Mahendra." Larasati meninggikan dagu, membuat jarak mereka kian menipis."Cemburu? Aku cemburu? Padamu? Jangan bermimpi terlalu tinggi ...""Lalu apa kalau bukan? Emosimu langsung meledak saat aku becira tentang Mas Ruhanku, begitupun tadi, kau tiada malu memarahiku di depan orang banyak hanya karena aku berpelukan dengan pria baik itu. Seharusnya kau sepertiku

    Last Updated : 2024-05-27
  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Mahendra dan Zara

    14"Kau berasal dari keluarga mana?" Tanpa basa-basi Zara langsung melontarkan pertanyaan pada Larasati, ia terlihat begitu menganggap remeh istri kekasihnya itu.Larasati tidak terkejut, ia sudah menyiapkan diri, karena ia sudah bisa membaca kalau orang seperti Zara tidak akan bisa menghargai siapapun yang terlihat kurang darinya."Apa profesimu, ah seharusnya aku tidak bertanya itu, sudah jelas terlihat dari penampilanmu. Ngomong-ngomong gaun itu sangat tidak cocok untukmu, maksudku tubuhmu itu tidak layak memakainya." Zara kembali menuturkan kalimat pedas, tapi Larasati tidak mau terpancing."Ehm ... sebaiknya kita pesan makan dulu." Mahendra merasa suasana akan segera memanas, dan ia mencoba untuk menyegarkannya."Tidak perlu. Aku tidak akan berselera jika se meja dengan dia." ujar Zara culas, jemarinya yang lentik dengan cat kuku merah menyala memijat-mijat keningnya. Sudut matanya melirik jengah pada Larasati.Larasati diam, sebenarnya bukan karena ia tidak bisa membalas kata-k

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Hasil Dari Kejadian Semalam 2

    Part 24 Mahendra seperti biasa_walau keterlambatannya sempat membuat para bawahanya begitu khawatir_ ia tetap menguasai rapat dengan begitu lancar, dan berakhir dengan tepuk kagum para investor yang berasal dari berbagai Negara. Mahendra menghirup nafas lega, ia kemudian memasuki ruangannya sembari melonggarkan dasi, membuka jas,. menaruh di sandaran kursi, lantas mendudukkan diri, merilekskan punggung. "Pak, jadwal dengan calon klien dari Arcanda Group satu jam lagi." Angga sang asisten menyusulnya masuk. "Batalkan semua itu. Aku ingin mengajak istriku makan siang." Mahendra menjawab sekenanya, tanpa melirik asistennya yang melebar mata. "Pak anda menikah? Kapan?" Mahendra tertawa pelan menyadari bahwa bahkan sang asistennya pun tidak tahu kalau ia telah menikah. Sebegitu inginnya ia menyembunyikan pernikahannya dari khalayak, tetapi sekarang entah kenapa pikirannya hanya tertuju pada istrinya itu. "Seminggu yang lalu." Angga hanya ternganga sesaat, matanya yang masih m

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Hasil dari kejadian semalam

    part 23Larasati pura-pura masih belum terjaga ketika sekitar jam 7,30 Mahendra yang masih saja mendekapnya dengan posesif, tiba-tiba saja terbangun.Pria itu segera bangkit diiringi gumamam tidak jelas."Sial ..." hanya itu kata yang dimengerti Larasati, lalu didengarmya pria itu sudah buru-buru ke kamar mandi.Tidak lama setelah itu lengkingan ponsel Mahendra terdengar bertubi-tubi dan hanya berakhir ketika dia sudah selesai membersihkan diri."Ya, hallo ..." "Pak, kenapa anda belum muncul juga?" Mahendra mengehela nafas dalam ketika mendengar nada panik asistennya dari seberang sana."Aku segera berangkat Angga." Mahendra membuka lemari."Cepatlah Pak. Anda sudah begitu terlambat, semua orang sudah menunggu di sini.""Kau alihkan perhatian mereka dulu, aku kesiangan. Tapi aku usahakan sekitar 15 menit aku akan sampai." Mahendra tidak menunggu lagi jawaban dari seberang. Ia memencet tombol merah menaruh ponsel di meja rias lantas berpakaian dengan tergesa.Sembari membereskan dir

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Penolakan Larasati

    part 22"Aku mohon Mahendra. Jangan begini, jangan lakukan ini ..." Demi mendengar perkiraan nalurinya, Larasati kembali membuka suara.Kali ini ia meraup rahang Mahendra yang hampir melewati segala batasan, membawanya untuk saling bertatapan mata.Manik mata mereka saling beradu, membuat kata-kata yang akan menjadi pemungkas dari segala hal yang akan terjadi itu tertahan di ujung lidah.Iris mata tajam itu menggelap kemerahan, menruntuhkan segala kekuatan yang tersisa pada Larasati, menatap penuh damba, menghantarkan sengat menggetarkan ke relung terdalam hati Larasati."Kita boleh melakukannya, sayang ....kita diharuskan melakukan ini, ini kewajiban suami istri...." Mahendra mengecup dagu Larasati, kembali menatap kedalaman mata yang tiada henti mengeluarkan bulir bening."Aku anggap airmatamu ini adalah penyerahan dirimu, karena sedari tadi tidak kutemukan reaksi tubuhmu menolak diriku. Kau begitu siap menerimaku."Mahendra kembali mengecup wajah itu seluruh bagian wajah istrinya

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Mahendra Menggila

    bab 21Malam semakin merangkak dengan segala misteri yang ada di dalamnya, mengantar jiwa-jiwa lelah ke peraduan ternyaman, untuk melupakan sejenak letihnya kehidupan.Tetapi tidak begitu yang terjadi di sebuah kamar mewah yang di tempati oleh sepasang jiwa yang membara. Mereka terlihat larut dalam indahnya gelora. Bersiap menuju puncak asmara.Tetapi di saat kain terakhir penutup tubuh sang wanita akan terenggut, tiba-tiba tubuh sang pria terdorong kuat, punggungnya yang liat terhempas pada kasur empuk, tapi menciptakan rasa sakit yang luar biasa dalam setiap denyut nadinya.Larasati dengan panik bergegas meraup selimut yang hampir sebagian terjurai ke lantai, lalu meraupkan cepat pada bagian dirinya yang telah begitu terekspos.Terekspos dengan sangat jelas di mata Mahendra, di bawah penerangan lampu kamar berdaya 25 watt. Mahendra yang telah begitu tersulut hasrat kelelakiannya, tidak dapat lagi menahan segala deraan yang melanda diri, lantas secepat kilat ia meraih jemari yang s

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Kepemilikan Mahendra

    20"Mahendra ..."Mahendra tidak jua memperlihatkan tanda-tanda ia akan mengubah posisi mereka, hingga seperempat jam telah berlalu.Larasati tidak tahu lagi akan berbuat apa, meronta pun percuma, karena sedikit saja ia bergerak, maka dekapan Mahendra akan terasa semakin mengerat.Dan akhirnya, Larasati hanya bisa terisak, entah karena apa, ia pun tak mengerti.Karena kesal dan marah atau karena sesuatu yang seakan meledak-ledak dalam dadanya."Mahendra, Papa sudah menunggu kita. Ayolah ..."Larasati berusaha lagi membujuk pria yang menurutnya telah berubah menjadi sangat aneh itu, isakan Mahendra memang tidak terdengar lagi, juga tetesan-tetesan hangat pun sudah tiada terasa. Namun jantung Larasati seakan berhenti bekerja ketika ia merasakan sesuatu yang begitu lain di sekitar lehernya.Larasati gelisah dan cemas. Tetapi ia hanya bisa menahan napas saat semua itu terjadi. "Mahendra, apa yang kau lakukan. Sadarlah, aku bukan kekasihmu!" Larasati tidak tahan lagi, ia berteriak hister

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Gila

    19"Suatu saat nanti, tanpa aku paksa atau ancam pun, akan ada saatnya kau akan bersimpuh di kakiku dengan segala kesungguhan hatimu."Agaknya kalimat yang pernah dilontarkan Larasati tersebut, telah berlaku dengan sangat cepat.Mahendra tanpa ada pilihan, antara menghawatirkan Papanya juga karena dorongan batin yang tidak bisa dikuasainya. Saat ini, Mahendra terlihat begitu menyedihkan dengan harapan yang setinggi langit, bersimpuh di kaki Larasati yang bersiap akan pergi dengan orang yang menghargai lagi mencintainya."Kau sadar apa yang kau lakukan, Mahendra? Kau tengah bersimpuh pada seseorang yang hanyalah debu, samlaht dan kotoran." Larasati mendesis getir. Ia pun tidak menyangka Mahendra akan melakukan itu. Orang yang selalu dibalur kesombongan dan keangkuhan, apakah mungkin akan melakukan hal seperti ini? Dada Larasati bergemuruh, mengeratkan tautan jemarinya pada Ruhan."Mari kita pulang Larasati." Mahendra sadar dengan apa yang ia lakukan, ia telah memperlihatkan keredaha

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Duel Sengit

    18Mahendra dengan segala emosi yang memuncak terus mencari Ruhan dan Larasati hingga ber jam-jam.Ia menggerebek semua tempat seperti orang gila, menerka-nerka sendiri ke mana Ruhan membawa istrinya.Hingga dalam kekalutan gulungan emosi ia teringat sebuah tempat yang sering didengar adalah tempat favorit Ruhan.Menurut desas-desus yang seringkali terdengar dari mulut ke mulut kolega bisnisnya, Ruhan selalu mengunjungi tempat tersebut di saat-saat waktu senggangnya, sebuah cafe di atas puncak.Mahendra segera memacu kendaraannya menuju tempat tersebut, ia langsung menerobos masuk bangunan minimalis bertingkat dua itu, tidak peduli tatapan heran berpasang mata penuh selidik melihat penampilannya yang kacau.Ia mengitari meja-meja dan mempelototi semua orang yang duduk di sana, sempat Mehendra menggeram putus asa dan ingin segera meninggalkan tempat itu, tapi kemudian sudut mata tajam menangkap sesuatu di balkon cafe ketika ia mendongakkan kepala.Mahendra menghempas nafas lega, namp

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Kebersamaan Ruhan dan Larasati

    17"Kamu nggak sekalian jemput istrimu, Ndra?"Mahendra mengkerut ketika Mamanya menyongsong kedatangannya ke lantai pintu utama."Memangnya dia kemana Ma?" Mahendra bertanya pelan, demi melihat Papanya yang tengah duduk bersantai di ruang tamu."Lho?" Sekarang gantian sang Mama yang mengkerut.Mahendra terdiam, tatapan heran Mamanya seakan menggulitinya, ia menghela napas berat. Lalu ia merogoh saku blazernya dan mengeluarkan ponsel dari sana."Oh astaga ... banyak sekali panggilan tak terjawab dari Laras, ini karena aku lupa mengaktifkan kembali nada panggil setelah disilent saat meeting tadi."Mahendra menampakkan raut penyesalan yang begitu kentara, sehingga Mamanya cuma bisa geleng-geleng kepala."Nak, kamu itu bukan seorang bujangan lagi, ada seseorang yang harus membutuhkan perhatian khusus darimu. Jangan terlalu gila kerja sehingga melupakan istrimu. Sana jemput Laras." Rieta tersenyum penuh perhatian, mengusap bahu lebar anaknya lembut."Baik Ma." Mahendra manut, sementara su

  • SUAMI AROGAN KENA BATUNYA   Jaga Jarak

    16"Astaga, Mahendra! Apa-apaan?" Larasati histeris tengannya spontan mendorong bahu Mahendra.Gadis itu cepat memperbaiki posisi duduknya, mendekap silang bahunya dengan kedua tangannya.Mahendra segera tersadar dari tindakannya yang hampir saja ...Sedikit lagi, kira-kira tidak sampai satu senti ia akan mencecap bibir ranum itu."Kau sudah kehilangan akal ya?" Larasati masih panik, tidak mengerti dengan apa yang akan diperbuat oleh Mahendra, tapi nalurinya sebagai wanita telah dengan fasih mengartikan tindakan pria itu.Ih, menakutkan serta menjijikkan, teriak batin Larasati.Sementara Mahendra cengengesan, menyumpahi kebodohannya dalam hati habis-habisan, tapi tentu ia punya cara untuk berkelit dari tatapan penuh tanya Larasati."Ada lalat tadi di sekitar wajahmu, aku hanya ingin membantu mengusirnya." ujarnya cuek, sembari memperbaiki posisinya dari bersimpuh menjadi duduk bersila."Kau aneh sekali, Mahendra. Sekaligus menakutkan. Aku bahkan merinding." Larasati masih memeluk tub

DMCA.com Protection Status