*Kamu itu seperti upil, dan aku jari kelingking. Akan kucari sampai dapat.***Ayah, bunda dan mas Aris memandangku penuh rasa terkejut karena Rengganis yang selama ini tomboi dan kurang suka baju lengan panjang mendadak berubah."Kamu serius? Kalau sudah mantap berhijab, lebih baik enggak buka tutup loh Nis.""Bunda bener. Insyallah Ganis sudah memantapkan hati.""Kalau untuk baju biasa lengan panjang kita bisa beli sekarang, tapi untuk baju dines, bagaimana? Apa mau menjahitkan baju seragam dulu, setelah jadi, baru berjilbab?" tawar bunda.Aku berpikir sejenak."Nggak bisa Bunda. Aku ingin berjilbab lusa saat masuk dines setelah aku cuti.""Lantas, bagaimana dengan seragamnya? Tidak mungkin kan menjahit tiga potong seragam dalam waktu sehari?" tanya bunda bingung."Ganis ada ide, bunda tenang saja. Yang penting Ganis telah mengatakan keinginan Ganis dan bunda membantu mencarikan toko atau butik untuk membeli baju dan jilbab.""Wah, kalau keinginan baik, harus didukung dong."Ayah me
💕 Cintaku padamu seperti diare. Tak bisa kutahan. Terus mengalir begitu saja.***Rinta tampak mengingat-ingat. "Tadi saya sudah lemas dan badan sakit semua. Jadi tidak terlalu memperhatikan susternya. Uhm, tunggu! Sepertinya yang menyuntik saya seorang suster yang di hidungnya terdapat tahi lalat. Di nametaggnya ada nama Su-san."Reyhan dan aku sama terkejutnya.'Susan? Tidak mugkin dia sengaja kan? Apa dia memang berencana memfitnahku? Tapi segitu piciknyakah sampai dia tega mengorbankan kesehatan pasien?'Berbagai pertanyaan berkeliaran dalam kepala."Jadi masalahnya dek Rinta ini ternyata alergi obat yang mengandung metamizole sodium. Yang terkandung dalam obat novalg*n, antalg*n, dan infalg*n. Kemungkinan dek Rinta kemasukan zat tersebut. Tapi tidak usah cemas, karena kami sudah memberikan terapi untuk menangani masalahnya. Jadi insyallah tidak terjadi hal-hal yang membahayakan lagi."Keluarga pasien memandangi Reyhan. 'Hm, menjadi good looking adalah sebuah anugerah yang dapat
* Kamu tahu gak kenapa saat memikirkan sesuatu, mataku selalu mengarah ke atas? Karena kalau aku mikirnya sambil merem, langsung terbayang wajahmu.***[Sekarang sudah 30 hari dari waktu yang ditetapkan oleh ayah kamu. Rengganis Yasmin, permintaanku tetap sama. Will you marry me?]Aku tersenyum dan dengan perasaan syukur, aku mulai mengetikkan 3 kata membalas whatsapp dari Reyhan.[Yes, I will]Pipiku merona karena jawabanku sendiri.Aku menatap layar ponsel. Tampak di layar atas kontak Reyhan, pemberitahuan Reyhan is typing ..., tapi setelah aku menunggu lama, tetap saja tidak ada satu kalimat pun yang muncul.Akhirnya karena gemas, aku pun mendahului mengirim pesan whatsapp pada Reyhan.[Woy, dari tadi mengetik apa sih? Kenapa ditunggu belum muncul satu kalimatpun?]Bukan balasan pesan yang mampir di ponselku, tapi justru Reyhan yang langsung menelepon."Assalamualaikum, kenapa Mas?""Waalaikumsalam, Nis, kamu gak lagi bangun tidur kan?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "D
Aku tidak bisa berjanji untuk menyelesaikan semua masalahmu. Tapi aku berjanji, kamu tidak akan menghadapi semua masalahmu sendirian.***"Mas, cincin ini kok bisa muat di tangan aku? Bagaimana cara kamu memilihnya? Kita kan nggak pernah nyari cincin bareng?"Reyhan menatapku dan menjawab,"sebenarnya aku bisa menemukan cincin dengan ukuran yang pas dengan jarimu karena aku meminta bantuan mas Aris untuk mengukur jari manismu."Aku melongo. "Kapan Mas?""Lo, kamu nggak kerasa? Mungkin saja sewaktu kamu tidur. Soalnya aku juga pesan ke mas Aris kalau bisa sewaktu mengukur jari manismu, kamu tidak kerasa."Aku mengingat-ingat. 'Kapan sih aku ketiduran selain di kamar?'"Astaghfirullah, tiga hari lalu aku ketiduran di ayunan gantung dekat kolam renang sewaktu maskeran!"Aku menepuk jidatku."Cie yang dilamar cie! Traktiran dong. Dines malam pahit banget nih tanpa manis-manis dan gurih-gurih.""Martabak telur dan martabak manis boleh juga. Es boba atau es capcin juga dong. Makanannya udah
Aku memintamu menikah denganku bukan hanya karena aku tahu bahwa kita diciptakan satu sama lain, tapi karena aku memang benar-benar tidak bisa hidup tanpa kehadiranmu.***Rasanya baru beberapa saat menunggu di luar pagar saat sebuah sepeda motor melaju kencang dan mendekat pada kami.Dan orang yang dibonceng memegang sebuah botol lalu menyiramkannya ke arah kami.Zraaassshhh!"Awaaasss!"Reyhan berteriak dan segera mengarahkan payungnya untuk menghalangi air di dalam botol itu tersiram ke arahku. Asap putih tipis membumbung ke udara karena pertemuan udara dan sejenis air keras. Bisa saja asam sulfat ataupun asam klorida. Entahlah. Cairan itu nyaris saja membuatku cacat.Selamat!Sejenak waktu seperti berhenti berputar. Hatiku berdebar karena 2 hal, pertama terkejut karena ada serangan mendadak. Kedua karena tanpa sadar aku memeluk Reyhan yang juga mememelukku.Wajah kami berdekatan dengan detak jantung yang mengencang. "Tunggu sebentar, aku tidak berani mengangkat payungku. Takut ad
Cinta lahir bersamaan dengan munculnya cinta Adam pada Hawa. Kemudian cinta menjadi bersemi bersamaan dengan cinta Yusuf pada Zulaiha. Tapi sayangnya cinta itu menjadi gila karena gilanya Majnun pada Laila. Lalu cinta itu mati bersamaan dengan matinya Romeo dan Juliet. Namun sekarang cinta itu hidup kembali dan berbunga bersamaan dengan mekarnya rasa cintaku padamu.***Orang tua Susan pulang dengan kecewa dan tangan kosong dari rumah setelah usaha membujukku untuk mencabut laporan tentang putrinya gagal."Nis, jangan dipikirkan lagi. Keputusan kita tentang Susan ini sudah final. Aku ingin Susan dihukum seadil-adilnya," kata mas Aris seraya menutup dan mengunci pintu ruang tamu."Siapa tamunya tadi?" tanya ayah yang keluar dari ruang makan."Orang tua Susan," jawab Mas Aris."Orang tua Susan? Untuk apa mereka kemari?" tanya ayah mengerutkan dahinya."Tentu saja untuk meminta kami mencabut laporan penyiraman air keras.""Jangan! Ayah tidak terima jika laporannya dicabut.""Bunda juga t
Honey, I just wanna tell you : Seeing your smile is happiness for me. Meanwhile, having you is the most beautiful gift in my life.***Aku mendelik pada mas Reyhan. Sementara mas Reyhan tersenyum kecil. Hatiku sudah ser-seran rasanya saat mas Reyhan berbisik di telingaku tadi.Akhirnya aku memilih melirik ke arah mbak Dewi saja agar mas Reyhan tidak mengetahui pipiku yang bersemu merah."Mas, perlu dibantu untuk berdoa setelah akad? " tawar pak penghulu pada mas Aris dan mas Reyhan.Mas Aris dan mas Reyhan menggeleng. "Saya sudah bisa pak," kata mas Reyhan seraya memegang kepalaku dan berdoa tepat diatas ubun-ubun, "Allahumma inni as'aluka min khoiriha wa khoirimaa jabaltaha 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarimaa jabaltaha 'alaih." (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan dirinya dan kebaikan yang engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya)Ya Allah, aku meleleh mendengar doanya semo
"Sayang bangun, sudah pagi. Salat dulu." Aku merasa pipiku dingin oleh sebuah sentuhan sehingga mau tak mau membuka mata dan langsung tampaklah wajah Reyhan di hadapanku."Apa semalam tidurmu nyenyak, Sayang?" tanya Mas Reyhan padaku dan aku hanya bisa cemberut."Semalam bagaimana mau nyenyak tidurku kalau Mas sering mengganggu? Colek sana, colek sini," sahutku manyun.Lelakiku yang sudah rapi dan wangi serta memakai baju koko tampak merasa bersalah."Maafkan Mas, Sayang.""Nggak masalah sih sebenarnya. Ini pengalaman pertama buatku dan aku menikmatinya. Jadi nggak usah merasa bersalah," sambungku lagi seraya tersenyum."Ya sudah kalau kamu menikmatinya. Bagaimana kalau sekarang mandi lalu salat, kemudian kita ulangi lagi yang semalam. Mau nggak?" tanya Mas Reyhan sambil tersenyum genit.Aku cemberut. "Ogah ah kalau diulang lagi. Aku masih merasa lelah. Apalagi nanti resepsi."Mas Rehan memandangku penuh rasa bersalah lagi."Ya sudah kalau begitu. Sekarang kamu mandi dulu lalu kita s