Share

48. DUKA CITA

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-10-04 17:22:30

Sebelum memasuki aula, Yu Ping memerintahkan semua orang meninggalkannya sendirian, kecuali Ru Chen. Suasana hening menyelimuti aula ketika pintu ditutup rapat, dinding-dinding di dalam ruangan seakan berbisik lembut menyambut setiap langkah kedua pria itu dengan gema halus.

Sang Raja, matahari kerajaan yang menyinari setiap sudut negeri Qi dengan kemilau cahayanya, kini perlahan meredup. Lutut yang biasanya kokoh menopang beban kerajaan, kini luruh menyentuh lantai marmer di depan altar.

Mata sang Raja, yang biasanya seperti nyala api yang mampu membakar semangat para prajurit dan rakyatnya, kini berkabut oleh awan duka cita. Matanya terpaku pada papan nama Xun Huan, seolah pria tua bersahaja itu yang sedang berdiri di hadapannya. Ia menarik napas dalam, mengumpulkan kekuatan untuk berbicara.

"Kak Xun Huan," ucapnya lirih dengan suara sedikit bergetar, "aku sungguh tak menyangka kau pergi begitu cepat meninggalkan kami."

Yu Ping terdiam sejenak, membiarkan kenangan-kenangan masa lal
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   49. SERANGAN TIBA-TIBA

    Pemakaman ketua Bu Tong Pai, Xun Huan, berlangsung khidmat. Langit pun seolah ikut berduka, menurunkan air mata alam berupa gerimis kecil. Yu Ping, Ru Chen, kelima tetua, serta seluruh murid Bu Tong Pai, berlutut di depan makam. Tubuh mereka melengkung seperti rumput yang menunduk diterpa hujan kesedihan, memberikan penghormatan terakhir mereka.Seusai upacara pemakaman, Yu Ping memanggil kelima tetua dan murid-muridnya untuk berkumpul. "Sebelum aku kembali ke istana, ada satu hal yang ingin kusampaikan kepada kalian semua," Yu Ping mengeluarkan sebuah tabung bambu yang panjangnya sejengkal dari saku lengan bajunya, “ini adalah gulungan surat wasiat yang pernah dititipkan Ketua Xun Huan kepadaku."Pandangan Sang Raja lalu beralih kepada Tetua Ma, tetua pertama di antara lima tetua."Tetua Ma, sebagai tetua pertama, silakan menerima dan membacakan surat wasiat ini di hadapan semuanya!" perintah Yu PIng dengan nada tegas.Tetua Ma, dengan khidmat, berlutut di hadapan sang Raja dan men

    Last Updated : 2024-10-04
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   50. PEMBUNUH BAYARAN

    Angin sore itu bertiup kencang, menggoyang dedaunan pohon-pohon tua yang menjulang tinggi. Di atas sana, di bawah awan-awan gelap, dua sosok melayang, seolah tengah menari di panggung langit. Raja Yu Ping berhadapan dengan sosok misterius berbaju hitam.Dua bilah pisau kembar di tangan si penyerang berkilauan ditimpa cahaya matahari, bagai taring naga yang haus darah. Matanya tajam bagai elang pemburu menatap Yu Ping tanpa berkedip, mencari celah untuk menyerang. Tiba-tiba, bagai kilat menyambar, ia melesat maju.Gerakan pemilik sepasang pisau kembar begitu cepat, nyaris tak tertangkap mata. Suara desingan pisaunya di udara, menciptakan simfoni kematian yang indah namun mematikan. Namun, Yu Ping bukanlah lawan yang seimbang bagi si penyerang. Dengan ketenangan seorang penguasa sejati, ia membaca pola serangan musuhnya. Tepat saat pemilik pisau kembar melancarkan serangan ganda, Yu Ping meloloskan sebuah benda dari balik lengan jubahnya, seruling sakti sang naga yang telah lama menjad

    Last Updated : 2024-10-05
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   51. BELAJAR KUDA-KUDA

    Ru Chen dan para pengawal yang tersisa, dengan tangan mencengkeram tanah, dapat merasakan angin kencang menyapu di atas tubuh mereka. Suara deru badai terdengar menakutkan, akan tetapi mereka sadar bahwa itu yang menyelamatkan mereka.Setelah beberapa saat, badai akhirnya mereda. Ru Chen perlahan mengangkat kepalanya, matanya melebar melihat pemandangan di sekitar. Arena pertempuran yang tadinya dipenuhi kini kosong, hanya menyisakan jejak kehancuran dan tubuh-tubuh yang berserakan di kejauhan.Yu Ping mendarat di hadapan Ru Chen, mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Matanya menyapu area sekitar, memastikan semua ancaman telah berlalu."Kalian baik-baik saja?" tanya Yu Ping, nada khawatir tersirat dalam suaranya.Ru Chen, masih terkesima dengan apa yang baru saja terjadi, hanya bisa mengangguk sedikit tersipu, "Terima kasih, Yang Mulia. Seharusnya kami yang menjaga Anda tetapi justru Yang Mulia yang menyelamatkan kami."Yu Ping menepuk bahu Ru Chen dengan lembut, sentuhannya

    Last Updated : 2024-10-05
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   52. JERITAN HATI DI HUTAN PINUS

    Fajar baru saja menyingsing, sinarnya yang lembut menerobos celah-celah dedaunan pohon pinus yang menjulang tinggi. Embun pagi masih menggantung di ujung-ujung daun, berkilau bagai permata kecil. Di tengah keindahan alam ini, seorang remaja pria berjalan gontai, seolah memikul beban berat di pundak.Dengan wajah lelah dan mata yang seperti kehilangan cahaya, Du Fei berjalan di antara pepohonan pinus. Rambut hitamnya yang berantakan sesekali tertiup angin pagi yang sejuk. Namun, kesejukan itu tak mampu menentramkan gejolak dalam hatinya.Tiba-tiba, ia berhenti melangkah. Tangannya terkepal erat, gemetar menahan emosi yang bergolak."Mengapa aku begini lemah?" keluh Du Fei, suaranya sarat kesedihan yang mendalam. "Apakah benar yang dikatakan orang-orang bahwa aku hanyalah sampah tak berguna?"Hening, tak ada yang menjawab jeritan hatinya. Hanya desir angin yang membelai dedaunan pohon pinus, menciptakan simfoni alam yang terdengar begitu menyedihkan di telinga Du Fei.Frustasi semakin m

    Last Updated : 2024-10-06
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   53. BERTEMU PAMAN BAIK HATI

    "Jangan-jangan Lin Mo datang berniat membunuhku?" bisiknya pada diri sendiri, rasa takut mulai menguasai. “Atau Biarawati Yun Hui dan kroni-kroninya sudah mengejarku sampai kemari.” Tanpa pikir panjang, Du Fei segera menyembunyikan diri di antara semak-semak terdekat. Napasnya tertahan, berusaha tidak menimbulkan suara sekecil apapun.Dedaunan bergesekan, menandakan kedatangan seseorang. Du Fei merunduk makin dalam, tak berani mengintip.Tak jauh dari situ, Yu Ping mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia yakin pemilik suara yang ia dengar tadi berada di sekitar tempat itu. Ada sesuatu yang aneh, seolah ada benang tak kasat mata yang menariknya ke sana, mendorongnya untuk menemukan dan berbicara dengan pemilik suara misterius.Yu Ping berhenti sejenak, menutup matanya dan berkonsentrasi. Ia bisa merasakan keberadaan seseorang, energi yang asing namun entah mengapa terasa akrab. Perlahan, ia membuka matanya kembali, tatapannya tertuju pada sebuah semak-semak yang tampak sedikit bergera

    Last Updated : 2024-10-06
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   54. RACUN AKAR KEGELAPAN

    Du Fei berbalik dengan cepat, jantungnya berdegup kencang, bersiap menghadapi ancaman yang ia kira datang dari Lin Mo. Namun, alih-alih melihat sosok musuh bebuyutannya, ia justru berhadapan dengan wajah yang membuatnya terkejut sekaligus lega."Guru Chang?" Du Fei berseru, matanya melebar melihat Chang Su alias Datuk Racun Selatan berdiri di hadapannya dengan tangan berkacak pinggang. Raut wajah gurunya itu tampak tidak senang, matanya melotot penuh amarah, membuat Du Fei sedikit bingung dan was-was."Aku menunggumu semalaman, tetapi kau tidak pulang-pulang juga. Ternyata malah bermain-main di hutan!" Chang Su melayangkan tangannya dengan cepat, menyambar cuping telinga murid satu-satunya itu dan menariknya ke atas dengan keras."Aduhh, ampun, Guru!" Du Fei mengaduh kesakitan, refleks memegangi daun telinganya yang dipilin sang Guru. Rasa lega yang sempat ia rasakan kini berganti dengan rasa sakit yang menjalar dari telinganya.Setelah mendengar permintaan ampun yang ketiga kalinya d

    Last Updated : 2024-10-07
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   55. PENCARIAN BAHAN-BAHAN RACUN

    Chang Su menatap muridnya dengan geli sekaligus gemas. "Itulah gunanya kau belajar, Bocah Bodoh!" ujarnya, namun ada nada kasih tersembunyi di balik kata-kata kasarnya. "Baiklah, akan kuberikan petunjuk untukmu."Ia mengeluarkan sebuah gulungan perkamen tua dari balik jubahnya dan menyerahkannya pada Du Fei. "Di sini ada peta dan petunjuk untuk menemukan bahan-bahan itu. Tapi ingat, perjalanan ini tidak akan mudah. Kau harus menghadapi berbagai rintangan dan mungkin juga, bahaya."Du Fei menerima gulungan itu dengan tangan bergetar, takut sekaligus bersemangat. "Aku mengerti, Guru. Aku akan berusaha sebaik mungkin."Chang Su mengangguk puas, "Bagus. Ini akan menjadi ujian pertama bagimu. Jika kau berhasil, aku akan mengajarkanmu jurus rahasia yang belum pernah kuajarkan pada siapapun."Mata Du Fei berbinar mendengar janji gurunya. "Benarkah, Guru? Aku pasti akan berhasil!""Jangan terlalu percaya diri, Bocah," Chang Su memperingatkan, ada senyum tipis di bibirnya.Du Fei mengangguk

    Last Updated : 2024-10-07
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   56. RAHASIA DI BALIK POHON BESAR

    Jantung Du Fei berdegup kencang mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.Tak jauh dari tempatnya bersembunyi, seorang pemuda berjalan tergesa-gesa. Langkahnya cepat dan tidak beraturan, seolah sedang melarikan diri dari sesuatu. Sesekali pemuda itu menoleh ke belakang, wajahnya pucat pasi, jelas menunjukkan ketakutan yang luar biasa.'Bukankah itu A Fung?' batin Du Fei, dahinya berkerut dalam. Ia mengenali pemuda tersebut sebagai salah satu murid senior di Bu Tong Pai, dan juga sahabat dekat Lin Mo. Kenyataan ini membuat Du Fei semakin waspada. Kalau A Fung berada di hutan ini, bisa jadi Lin Mo juga berada tak jauh.'Mengapa A Fung berada di tempat seperti ini?' Otak Du Fei bekerja keras, berusaha menerka apa yang sedang terjadi. Ia tak habis pikir mengapa A Fung berlarian seperti dikejar sese

    Last Updated : 2024-10-08

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   214. PENCARIAN

    Matahari memancarkan sinarnya di atas kota raja saat rombongan Ru Chen memasuki gerbang utama. Jalanan lebar yang dilapisi batu granit mengarah ke pusat kota, dengan deretan toko-toko dan rumah-rumah berarsitektur indah di kedua sisinya. Berbagai warna payung dan spanduk para pedagang berkibar diterpa angin, menambah keceriaan suasana. Ming Mei tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Dari balik tirai tandu, matanya melebar menyaksikan keagungan kota raja Negeri Qi yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. "Indah sekali," gumam Ming Mei tanpa sadar.Ru Chen yang berkuda di samping tandu tersenyum mendengarnya. "Kota raja Qi memang terkenal dengan keindahan dan keteraturannya. Raja Yu Ping sangat memperhatikan tata kota."Rombongan berbelok ke sebuah jalan yang lebih tenang dengan deretan rumah-rumah besar milik para bangsawan dan pejabat tinggi. Mereka berhenti di depan sebuah rumah megah dengan gerbang kayu berukir naga dan phoenix. Dua penjaga membungkuk hormat saat melihat kedatanga

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   213. AIR MATA KEPALSUAN

    Ru Chen keluar dari tandu, matanya menyipit mengikuti arah yang ditunjuk. Tanpa ragu ia bersama para pengawalnya bergegas menuju tempat itu. Sebagai mantan ketua Sekte Pedang Langit yang kini menjabat sebagai Menteri Kesejahteraan di bawah Raja Yu Ping, insting melindunginya masih sangat kuat.Ia menghampiri sosok yang terbaring. Seorang gadis muda dengan pakaian robek dan tubuh penuh luka. Wajahnya yang pucat tampak damai namun menunjukkan penderitaan.Ru Chen berlutut, memeriksa nadi di pergelangan tangan gadis itu. Kemudian ia mendekatkan dua jarinya ke hidung sang gadis."Masih hidup," ucapnya tenang namun dengan ketegasan seorang pemimpin. "Siapkan tandu! Kita bawa dia ke Tabib Shen Yi!"---Suara kicauan burung dan aroma obat-obatan herbal menyambut Ming Mei saat kesadarannya perlahan kembali. Matanya terbuka lemah, menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang menembus jendela di samping tempat tidur.*Di mana aku?*Ming Mei mencoba menggerakkan tubuhnya tapi rasa nyeri tajam men

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   212. BELUM WAKTUNYA MATI

    Matahari senja memancarkan cahaya keemasan di atas lembah ketika Ming Mei melesat di antara pepohonan, detak jantungnya berdegup kencang mengalahkan suara langkah kakinya yang berderap di tanah berbatu. Nafas tersengal, rambut hitamnya yang panjang berkibar liar, dan gaun sutranya yang robek di beberapa bagian menjadi bukti pelarian panjangnya.Di belakang gadis itu, teriakan para prajurit terdengar di antara pepohonan, "Tangkap pembunuh Nyonya Hong! Jangan biarkan dia lolos!"Ming Mei menggertakkan giginya, “Dia orang jahat, dia pantas mati!” Prajurit-prajurit makin memburunya, bagi mereka pembunuh adalah orang yang paling berbahaya di muka bumi selain siluman.*Mereka mendekat!* Ming Mei mempercepat lari meski otot-ototnya menjerit kesakitan.Hutan mulai menipis dan Ming Mei terhenti mendadak. Di hadapannya, tanah tiba-tiba berakhir—sebuah tebing curam dengan jurang dalam di bawahnya. Aliran sungai yang bergelora terlihat seperti benang perak jauh di bawah. Ia berbalik, hanya untuk

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   211. KEMATIAN DI WISMA HARUM

    Pagi itu masih gelap ketika terdengar jeritan memecah keheningan suasana Wisma Harum. Seorang pelayan yang membawakan teh pagi untuk Nyonya Hong terpaku di ambang pintu kamar, matanya terbelalak menyaksikan pemandangan mengerikan di hadapannya."Tolong! Tolong! Nyonya Hong ... dia ... dia …," Suara pelayan itu tercekat di kerongkongan, tangannya gemetar menunjuk ke arah sosok yang tergantung di langit-langit kamar.Tubuh Nyonya Hong, pemilik sekaligus mucikari Wisma Harum yang terkenal itu, sudah kaku dengan wajah membiru. Tubuhnya berayun pelan, menggantung dari tali sutra merah yang terikat pada balok kayu berukir di langit-langit.Dalam hitungan menit, seluruh penghuni wisma berkumpul di depan kamar, saling berbisik dengan wajah pucat. Beberapa gadis menangis terisak, yang lain hanya bisa terdiam dalam keterkejutan.Penyidik Wu tiba satu jam kemudian bersama seorang tabib kota dan dua petugas pengadilan. Dengan tenang ia memperhatikan setiap sudut kamar Nyonya Hong."Sepertinya jel

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   210. BERTARUH NYAWA

    Xie She Tai Tai mendekati Yun Hao yang terdesak. Delapan kaki laba-labanya merayap dengan gerakan menjijikkan, sementara ekor ularnya terangkat tinggi, siap menyerang. Yun Hao mundur hingga punggungnya menyentuh tebing curam. Tak ada jalan keluar."Sudah waktunya kita pergi, Suamiku," siluman itu mendesis. "Ada banyak hal menyenangkan yang akan kita lakukan."Tepat saat cakar Xie She Tai Tai nyaris mencengkeram Yun Hao, suara keras terdengar dari kejauhan."Serang!"Belasan anak panah berujung perak melesat dari balik pepohonan, menghujani tubuh Xie She Tai Tai. Siluman itu menjerit, beberapa anak panah tertancap di tubuhnya, mengeluarkan asap kehitaman.Jenderal Lo muncul dengan pedang terhunus, diikuti Chang Kong dan pasukan khusus kerajaan. "Yun Hao, menjauh dari makhluk itu!""Manusia-manusia pengganggu!" Xie She Tai Tai mendesis murka. Tubuhnya berputar, ekor ular dan kaki laba-labanya menciptakan badai serangan mematikan.Chang Kong bergerak cepat, tubuh tuanya menampakkan kemam

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   209. DUA MENJADI SATU

    Keheningan hutan menyelubungi Yun Hao yang berjalan sendirian menuruni lereng gunung. Dedaunan kering berderak di bawah langkahnya, menciptakan jejak suara yang menandai perjalanannya. Samar-samar suara binatang malam mulai terdengar—koak-an burung hantu dan dengung serangga—pertanda matahari akan segera tenggelam.Yun Hao mempercepat langkah, berharap segera bertemu dengan rombongan Jenderal Lo yang mungkin telah mendahuluinya. Kedua tangannya mengepal erat, selalu bersiaga bila menangkap adanya gerakan mencurigakan.Mendadak, udara berubah. Hawa dingin menyergap hingga menembus tulang. Suhu turun drastis dalam sekejap, membuat nafasnya mengepulkan asap seperti berada di puncak Gunung Kunlun saat musim salju. Daun-daun di sekitarnya bergetar dan berguguran, padahal tidak ada angin yang berhembus."Siluman," gumam Yun Hao, instingnya meneriakkan adanya bahaya yang mendekat.Tepat saat itu, bayangan hitam pekat melesat dari arah belakang. Bayangan itu terbang melayang, menyapu udara di

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   208. KESEMPATAN KEDUA

    Du Fei mengangguk. "Aku mendengar ada air terjun tak jauh dari sini. Air murni dapat menetralisir kekuatan serbuk peledak." Ia berpaling pada Ya Ci, "Kau harus melepas pakaianmu dan membersihkan tubuhmu di air terjun."Pipi Ya Ci memerah, tapi ia mengangguk karena sadar tak ada pilihan lain selain mendengarkan arahan pemuda di hadapannya. Du Fei mengulurkan tangan, dan Ya Ci menyambutnya dengan perasaan jengah. Du Fei membantunya berdiri, memastikan Tabir Api Pelindung tetap menaungi gadis itu."Aku akan menjaga Tabir Api tetap menyelimutimu hingga kita sampai di air terjun," Du Fei menjelaskan lalu berpaling pada adiknya. "Yun Hao, kita akan bertemu di lereng gunung. Tunggu aku di sana!"Yun Hao mengangguk, “Berhati-hatilah kalian!”Du Fei menggandeng tangan Ya Ci, mereka berdua melesat menembus hutan Gunung Huolong. Api keemasan bergerak di atas mereka, melindungi Ya Ci dari sentuhan sinar matahari. Sampai akhirnya, mereka tiba di sebuah air terjun tersembunyi. Air jernih mengalir

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   207. KEMATIAN SANG PENYIHIR

    Du Fei dan Yun Hao saling bertukar pandang, merasa ada sesuatu yang tidak beres."Sebentar lagi, Negeri Qi akan berlutut di bawah kakiku!" Feng Wei tertawa terbahak-bahak. "Raja Wu akan memberiku tahta, dan aku akan menjadi penguasa terbesar sepanjang—AAARRRGHHH!"Tiba-tiba pedang itu berubah. Api di dalam kristal meledak keluar, berkobar dahsyat menyelimuti seluruh bilah hingga ke gagang. Tangan Feng Wei yang mencengkeramnya langsung melepuh, kulitnya menghitam dan meleleh seperti lilin."SAKIT! SAKIIIT!" jeritnya, refleks melemparkan pedang itu jauh-jauh.Alih-alih jatuh ke tanah, pedang itu bagai memiliki kehendak sendiri. Melayang di udara, berputar cepat menciptakan lingkaran api, sebelum melesat kembali ke arah Du Fei."KALIAN PENIPU!" Feng Wei menggeram murka, tangannya yang terluka gemetar hebat. Dengan gerakan putus asa, ia meraih kantong serbuk peledak dan melemparkannya ke arah Yun Hao. "MATILAH KALIAN!"Du Fei menjejakkan kaki ke tanah, tubuhnya melayang tinggi menyambut P

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   206. MENYELAMATKAN ADIK

    Du Fei menunduk, memandang tanah yang masih basah oleh darah A Lung. Potongan-potongan tubuh prajurit malang itu masih berserakan, sebagai pengingat keji atas kekejaman orang-orang bangsa Wu. Hutan di sekitarnya hening, seakan menahan nafas menunggu keputusannya."Baiklah," akhirnya Du Fei mengangkat wajah, tatapannya tenang berkesan misterius. "Kita akan melakukan pertukaran. Tapi aku harus memastikan Yun Hao selamat dan tidak terluka sedikitpun."“Dalam posisimu yang lemah, kau tidak memiliki hak untuk memberikan persyaratan padaku, Bodoh!” bentak Panglima Lin disusul tawa Feng Wei, “Cepat berikan Pedang Naga Api atau kau akan melihatnya menjadi serpihan!”Du Fei berusaha menguasai emosi yang nyaris meledak, “Bila kalian mengusik sehelai rambut adikku, aku akan memastikan kalian tak bisa keluar dari hutan ini dengan selamat!” Feng Wei menyeringai, kantong serbuk peledak keemasan masih tergenggam erat di tangannya. Jari-jarinya yang berkuku panjang mengelus permukaan kantong itu, se

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status