"Leon, hari ini kita mau ke mana?" tanya Jessi ketika berada di meja makan hendak sarapan setelah terlebih dulu berolahraga di pagi hari.
"Hari ini kita akan menghabiskan waktu berdua saja," jawab Leon. "Saya akan mengajakmu piknik.""Piknik?" tanya Jessi sambil tersenyum. "Di mana?" Wanita cantik itu sangat antusias saat mendengar sang kekasih mengajaknya piknik."Teman saya mempunyai kebun anggur yang sangat luas, saya akan mengajakmu piknik di antara pohon anggur yang sedang berbuah," jawab Leon setelah mengunyah makanannya."Itu pasti seru." Jessi sangat bersemangat sekali."Habiskan makananmu kita berangkat sekarang!" titah Leon sambil meletakkan sendoknya di piring."Apa tempatnya jauh?""Iya, sedikit jauh, tapi pasti kamu betah di sana.""Aku sudah membayangkannya Leon. Aku sangat bersemangat.""Saya mau memanaskan mesin mobil dulu, kamu habiskan makanannya.""Apa kita tidak membawa maka"Liebe, kita sudah sampai." Leon membelai pipi wanita yang sedang tertidur. "Pipinya semakin berisi, dia menjadi semakin cantik."Leon terus membangunkan kekasihnya dengan menjahili wanita seksi itu. Ia menggelitiki lubang hidung Jessica dengan rambutnya sendiri.Jessi menepis tangan kekasihnya. "Emm ... sebentar lagi Leon, aku masih ngantuk." Jessi menggumam tanpa membuka matanya."Dia sudah menjadi tukang makan dan tukang tidur." Leon menggelengkan kepalanya, lalu keluar dari mobil dan berjalan ke sisi lainnya.Laki-laki tegap itu membuka pintu mobil, kemudian menggendong kekasihnya dengan sangat hati-hati.“Cepat siapkan kamar untuk kekasih saya!” titah Leon dengan sangat pelan kepada laki-laki paruh baya yang sudah menyambutnya sejak tadi.“Baik, Tuan Hans," jawab laki-laki itu dengan sopan.Leon menatap tajam sang pegawai perkebunan anggur itu ketika memanggilnya dengan sebutan Tuan.Lelaki paruh baya itu menunduk merasa b
“Wow … semua sudah tersedia.” Jessi menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangan saat melihat bebagai macam makanan di atas tikar piknik berwarna biru yang terbentang di atas rerumputan hijau.Pemandangan di sekitar kebun anggur itu juga sangat memanjakan mata. Udara yang sejuk dan pemandangan yang begitu indah membuat pikiran dan hati terasa tenang.Wanita cantik itu membalikan badan menghadap kekasihnya. “Leon, apa temanmu yang menyiapkan semua ini?” tanya Jessi sedikit berteriak karena Leon tertinggal jauh darinya. “Iya, dia yang menyiapkan semuanya,” jawab Leon sambil berjalan santai menyusul Jessi.Langkah mantan pengawal hati sang CEO itu terhenti saat ponsel di saku celananya berdering. Ia segera merogoh benda pipih itu, lalu bergumam pelan. “Daniel.”Di tempelkannya benda pipih itu pada daun telinganya. “Ada apa, Daniel?”“Tuan, apa anda sudah mendapat pesan dari Tuan Garry?” tanya Daniel dengan nada yang terdeng
Jessi menoleh ke belakang saat mendengar suara seorang perempuan. “Siapa wanita itu?”“Dia ibunya Hans,” jawab Leon sambil bangun dari duduknya. “Kamu tunggu di sini, saya akan mengantarnya menemui Hans.”“Aku ingin berkenalan dengannya juga, sekalian ingin berterima kasih kepada temanmu.” Jessi hendak bangun, namun Leon melarangnya. “Kamu tunggu saja di sini.”“Ok.” Jessi kembali duduk sambil memandangi kekasihnya yang berjalan menghampiri wanita yang sudah terlihat tua itu.“Hans laki-laki yang sederhana, walaupun dia pemilik perkebunan anggur ini, tapi dia terlihat biasa saja,” kata Jessi saat melihat wanita tua yang berpakaian seperti wanita bangsawan sementara Hans terlihat seperti pegawai biasa.“Ibu kenapa di sini?” tanya Hans kepada wanita berkacamata hitam itu, sesekali ia menoleh ke belakang, melihat sang kekasih yang sedang memandangnya dari kejauhan.“Hans, apa wanita itu kekasihmu?” Wanita tua itu tidak menjawab pertanyaan Hans,
“Apa Ibu menyetujui hubungan kami?” Leon meraih kedua tangan ibunya sembari menatap wajah wanita tua itu dengan tatapan memohon. “Tolonglah saya. Apa pun akan saya lakukan asalkan dia tetap bersamanya.”“Apa kamu sangat mencintainya?” Nyonya Roweena merasa iba kepada anak laki-lakinya itu.“Lebih dari apa pun, bahkan saya lebih mencintainya daripada diri saya sendiri.” “Ibu akan membantumu,” katanya sambil tersenyum. “Ibu akan mencoba membicarakannya dengan ayahmu.”Loen menciumi punggung telapak tangan wanita itu berulang kali. “Terima kasih, Bu.”“Baiklah, Ibu akan membicarakan semuanya dengan ayahmu. Kamu tenang saja, Hans. Kami sangat menyayangimu melebihi apa pun.” Nyonya Roweena membelai wajah anaknya sambil terseyum.Wanita tua itu tidak mau Hans pergi seperti anak perempuannya yang memutuskan hubungan dengan keluarga karena hubungannya dengan seorang laki-laki biasa tidak direstui.“Saya menunggu kabar baik dari
“Apa kamu sudah kenyang?” tanya Leon setelah melepas ciumannya.“Leon, kenapa kamu suka sekali mengejekku?” Jessi memukul lengan kekasihnya sambil merengut. “Makanannya sudah aku habiskan semua, perutku terasa sangat penuh,” imbuhnya sambil mengusap-usap perutnya.“Bukan itu yang ingin saya tanyakan?”Walau merasa heran ke mana perginya makanan sebanyak itu, tapi ia harus percaya kekasihnya sudah seperti monster yang kelaparan selama beberapa hari terakhir.“Lalu?” Alisnya berkerut, matanya menyipit, Jessi tidak mengerti apa yang dimaksud pengawalnya.“Ciumannya?” Leon memainkan alisnya sambil tersenyum genit.”Apa kamu ingin melakukan yang lebih?”“Ayo kita pulang, ini sudah sore, perjalanannya lumayan jauh kan.” Jessi bangun dari duduknya, lalu pergi meninggalkan Leon.Ia tidak bisa membayangkan bercinta di kebun anggur. Apalagi ada pemilik perkebunan itu yang kapan saja bisa memergokinya jika ia nekad bercinta di sana.
“Kenapa?" Leon menoleh sebentar, kemudian kembali fokus pada kemudinya."Aku masih ingin berlibur, Leon.""Besok kamu harus mulai bekerja, Nona Jessica Anastasya Moris.” Leon menoleh sekilas kepada wanita cantik itu. “Sepertinya kamu tidak ingin kembali ke kantor, kenapa?”“Kamu memang benar Leon, aku malas sekali ke kantor. Aku ingin hidup di kota terpencil bersamamu, jauh dari kesibukan kantor, kita akan berkebun dan hidup sederhana bersama keluarga kecil kita,” kata Jessi. Jessi membayangkan hidup sederhana dengan Leon di kota yang jauh dari kebisingan. Ia ingin hidup tenang sebagai orang biasa saja."Itu tidak mungkin, Liebe,” sahut Leon. “Kamu pewaris tunggal keluarga Moris. Jangan hanya memikirkan hidupmu sendiri, pikirkan pegawaimu, bagaimana nasib mereka kalau pemimpinnya malas sepertimu, Liebe. Kamu tidak seperti sang penguasa Beauty Corporation, tapi kamu seperti ….” Leon melirik Jessi sekilas, lalu tertawa melihat wanitan
“Aku berpikir bisa dengan mudah mengendalikan perasaanku terhadap laki-laki. Ternyata aku salah, dulu bukan karena aku mampu mengendalikannya, tapi karena belum menemukan cinta pada laki-laki mana pun.""Saya berpikir akan sulit menaklukkan Penguasa Beauty Corporation, tapi ternyata tidak," balas Leon sembari terkekeh.“Akhir pekan depan saya akan mengajakmu menemui orang tua saya, jika mereka setuju dan orang tuamu juga merestui hubungan kita, saya akan secepatnya menikahimu.”“Aku senang mendengarnya.” Jessi tersenyum, lalu menoleh pada Leon. “Besok ada kejutan untukmu.”“Benarkah?" tanya Leon tak percaya. "Saya tidak sabar menunggu hari esok.” “Ini akan sangat menyenangkan, aku juga tidak sabar menunggu hari esok.” Jessi melirik kekasihnya sambil menarik sudut bibirnya.“Kenapa tidak kamu katakan sekarang saja?” Leon semakin dibuat penasaran oleh wanita cantik di sampingnya.“Besok adalah hari yang penting." Jessi m
“Tidak ada apa-apa?” jawab Leon sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.“Leon!” Jessi menyilangkan tangannya di bawah dada. “Aku nggak mau bicara sama kamu kalau kamu tidak mengatakannya.”“Kamu harus janji tidak marah kalau saya berkata jujur,” jawab Leon dengan serius.“Aku akan berusaha untuk menerima kejujuranmu, walau menyakitkan,” balas Jessi tak kalah serius.Leon menatap lamat manik indah di hadapannya. Dalam beberapa detik ia hanya menatap wanita cantik itu tanpa terucap sepatah kata pun dari mulutnya.“Cepatlah, Leon!” desak Jessi yang sudah tidak sabar menunggu pernyataan kekasihnya.Selama Leon bekerja dengannya, Jessi baru mendengar laki-laki itu mengumpat.“Tadi saya sedang merekam kamu yang sedang tertidur, tapi tiba-tiba ponselnya mati karena kehabisan daya, padahal tadi kamu terlihat lucu dan menggemaskan.”Leon berbohong lagi pada kekasihnya. Tentu saja ia tidak akan mengatakan yang sejujurn
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me