“Apa Ibu menyetujui hubungan kami?” Leon meraih kedua tangan ibunya sembari menatap wajah wanita tua itu dengan tatapan memohon. “Tolonglah saya. Apa pun akan saya lakukan asalkan dia tetap bersamanya.”
“Apa kamu sangat mencintainya?” Nyonya Roweena merasa iba kepada anak laki-lakinya itu.“Lebih dari apa pun, bahkan saya lebih mencintainya daripada diri saya sendiri.”“Ibu akan membantumu,” katanya sambil tersenyum. “Ibu akan mencoba membicarakannya dengan ayahmu.”Loen menciumi punggung telapak tangan wanita itu berulang kali. “Terima kasih, Bu.”“Baiklah, Ibu akan membicarakan semuanya dengan ayahmu. Kamu tenang saja, Hans. Kami sangat menyayangimu melebihi apa pun.” Nyonya Roweena membelai wajah anaknya sambil terseyum.Wanita tua itu tidak mau Hans pergi seperti anak perempuannya yang memutuskan hubungan dengan keluarga karena hubungannya dengan seorang laki-laki biasa tidak direstui.“Saya menunggu kabar baik dari“Apa kamu sudah kenyang?” tanya Leon setelah melepas ciumannya.“Leon, kenapa kamu suka sekali mengejekku?” Jessi memukul lengan kekasihnya sambil merengut. “Makanannya sudah aku habiskan semua, perutku terasa sangat penuh,” imbuhnya sambil mengusap-usap perutnya.“Bukan itu yang ingin saya tanyakan?”Walau merasa heran ke mana perginya makanan sebanyak itu, tapi ia harus percaya kekasihnya sudah seperti monster yang kelaparan selama beberapa hari terakhir.“Lalu?” Alisnya berkerut, matanya menyipit, Jessi tidak mengerti apa yang dimaksud pengawalnya.“Ciumannya?” Leon memainkan alisnya sambil tersenyum genit.”Apa kamu ingin melakukan yang lebih?”“Ayo kita pulang, ini sudah sore, perjalanannya lumayan jauh kan.” Jessi bangun dari duduknya, lalu pergi meninggalkan Leon.Ia tidak bisa membayangkan bercinta di kebun anggur. Apalagi ada pemilik perkebunan itu yang kapan saja bisa memergokinya jika ia nekad bercinta di sana.
“Kenapa?" Leon menoleh sebentar, kemudian kembali fokus pada kemudinya."Aku masih ingin berlibur, Leon.""Besok kamu harus mulai bekerja, Nona Jessica Anastasya Moris.” Leon menoleh sekilas kepada wanita cantik itu. “Sepertinya kamu tidak ingin kembali ke kantor, kenapa?”“Kamu memang benar Leon, aku malas sekali ke kantor. Aku ingin hidup di kota terpencil bersamamu, jauh dari kesibukan kantor, kita akan berkebun dan hidup sederhana bersama keluarga kecil kita,” kata Jessi. Jessi membayangkan hidup sederhana dengan Leon di kota yang jauh dari kebisingan. Ia ingin hidup tenang sebagai orang biasa saja."Itu tidak mungkin, Liebe,” sahut Leon. “Kamu pewaris tunggal keluarga Moris. Jangan hanya memikirkan hidupmu sendiri, pikirkan pegawaimu, bagaimana nasib mereka kalau pemimpinnya malas sepertimu, Liebe. Kamu tidak seperti sang penguasa Beauty Corporation, tapi kamu seperti ….” Leon melirik Jessi sekilas, lalu tertawa melihat wanitan
“Aku berpikir bisa dengan mudah mengendalikan perasaanku terhadap laki-laki. Ternyata aku salah, dulu bukan karena aku mampu mengendalikannya, tapi karena belum menemukan cinta pada laki-laki mana pun.""Saya berpikir akan sulit menaklukkan Penguasa Beauty Corporation, tapi ternyata tidak," balas Leon sembari terkekeh.“Akhir pekan depan saya akan mengajakmu menemui orang tua saya, jika mereka setuju dan orang tuamu juga merestui hubungan kita, saya akan secepatnya menikahimu.”“Aku senang mendengarnya.” Jessi tersenyum, lalu menoleh pada Leon. “Besok ada kejutan untukmu.”“Benarkah?" tanya Leon tak percaya. "Saya tidak sabar menunggu hari esok.” “Ini akan sangat menyenangkan, aku juga tidak sabar menunggu hari esok.” Jessi melirik kekasihnya sambil menarik sudut bibirnya.“Kenapa tidak kamu katakan sekarang saja?” Leon semakin dibuat penasaran oleh wanita cantik di sampingnya.“Besok adalah hari yang penting." Jessi m
“Tidak ada apa-apa?” jawab Leon sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.“Leon!” Jessi menyilangkan tangannya di bawah dada. “Aku nggak mau bicara sama kamu kalau kamu tidak mengatakannya.”“Kamu harus janji tidak marah kalau saya berkata jujur,” jawab Leon dengan serius.“Aku akan berusaha untuk menerima kejujuranmu, walau menyakitkan,” balas Jessi tak kalah serius.Leon menatap lamat manik indah di hadapannya. Dalam beberapa detik ia hanya menatap wanita cantik itu tanpa terucap sepatah kata pun dari mulutnya.“Cepatlah, Leon!” desak Jessi yang sudah tidak sabar menunggu pernyataan kekasihnya.Selama Leon bekerja dengannya, Jessi baru mendengar laki-laki itu mengumpat.“Tadi saya sedang merekam kamu yang sedang tertidur, tapi tiba-tiba ponselnya mati karena kehabisan daya, padahal tadi kamu terlihat lucu dan menggemaskan.”Leon berbohong lagi pada kekasihnya. Tentu saja ia tidak akan mengatakan yang sejujurn
"Sebaiknya lupakan si pengawal pribadimu itu!" Leon marah mendengar ucapan Jessica. "Suka tidak suka, saya ini kekasihmu dan akan segera menikahimu. Kita akan mempunyai anak dan memiliki keluarga kecil yang bahagia. Jadi, jangan pernah berpikir untuk kembali pada kekasihmu itu." Leon pergi meninggalkan Jessica dengan wajah memerah menahan amarah.Melihat kekasihnya marah Jessi malah tersenyum. Baru kali ini ia melihat Leon berani berbicara kasar padanya."Dia sangat berbeda jauh ketika masih menjadi pengawal. Seketika sikapnya berubah setelah menjadi kekasihku." Jessi memandangi punggung kekasihnya. "Apa ada lagi wajah yang lain di balik topengnya? Aku jadi penasaran."Sampai Leon kembali masuk ke dalam rumah sambil membawa keranjang buah, Jessica masih berdiri di tempat semula sambil menyilangkan tangannya di bawah dada.Leon segera meletakkan keranjang buah di meja dapur, kemudian berjalan cepat menghampiri kekasihnya. Ia memeluk wanit
Leon segera menutup teleponnya ketika Jessica datang, padahal ia belum selesai berbicara dengan ibunya.Sebenarnya laki-laki itu ingin meminta bantuan kepada sang ibu untuk membujuk Garry supaya tidak menyakiti wanita yang dicintainya."Apa itu ibumu?" Jessi duduk di samping kekasihnya sambil menumpangkan kaki. "Kenapa kamu selalu menutup telepon dengan terburu-buru ketika aku datang?" Jessi merasa curiga pada Leon."Kamu tahu dari mana? Jangan bilang sejak tadi kamu menguping pembicaraan saya dengan ibu," tukas Leon sambil bercanda. "Aku hanya menebak saja." Jessica menoleh pada kekasihnya. "Apa tebakanku benar? Tadi yang menelepon itu calon mertuaku?""Tebakanmu sangat tepat, tadi itu calon mertuamu," kata Leon sambil mencubit hidung Jessica. "Ibu saya sangat cerewet, dia pasti akan banyak bicara, hingga kamu kewalahan menanggapinya. Maka dari itu saya tidak mengizinkan ibu berbicara denganmu.""Dia calon mertuaku, Leon," sahut Jessi deng
"Leon ...! Leon bangun!" Jessi menepuk-nepuk pipi kekasihnya supaya laki-laki itu terbangun dari tidurnya.Keringat mengucur dari pelipis laki-laki itu. Napasnya memburu seperti kelelahan setelah berlari."Ya Tuhan, dia mimpi apa?" gumam Jessi saat sang kekasih tak kunjung bangun."Leon ... bangunlah!" Jessi menepuk pipi kekasihnya dengan keras.Barulah Leon membuka mata. Ia langsung bangun dan memeluk Jessica dengan erat."Tolong jangan tinggalkan saya. Jangan pergi! Saya tidak sanggup hidup tanpamu, Liebe." Leon memeluk kekasihnya dengan sangat lama. Ia sangat takut mimpi buruknya terjadi."Tidak akan ada yang berani memisahkan kita." Jessi mengusap-usap punggung kekasihnya untuk menenangkan.Setelah beberapa menit barulah Leon melepas pelukannya. Kemudian menggenggam lengan Jessi."Liebe, berjanjilah padaku, kamu tidak akan pernah meninggalkan saya!" Sang pengawal itu mencium jari jemari lentik mili
"Tuan Hans?" gumam Jessi sambil menoleh ke belakang.Leon hanya diam mematung saat Jessi menggumam nama Hans sambil menatapnya.'Habislah riwayat saya,' gumam Leon dalam hati."Ada apa Tuan Hans ke sini?" tanya Jessi saat melihat Daniel keluar dari mobil berwarna hitam mengilat.Leon menoleh ke arah pandang kekasihnya. Tenyata sang asisten yang berpura-pura sebagai Hans juga datang.'Kenapa mereka semua ada di sini?' Leon bertanya-tanya dalam hatinya ketika melihat Daniel dan Garry datang ke perusahaan pesaingnya."Leon kamu urus Tuan Hans dan laki-laki itu. Aku akan masuk ke dalam lebih dulu!" titah Jessi sambil menatap Garry dan Daniel secara bergantian. "Jika mereka tidak ada keperluan yang penting, kamu bilang saja aku sedang sibuk.""Baik, Nona." Leon menunduk hormat pada Boss yang sekarang sudah menjadi kekasihnya.Jessi melenggang masuk ke dalam kantornya sendirian. Ia sengaja menyuruh Leon untuk mengurus