Bern tidak menjerit supaya tuannya tidak menangis lagi. Tuan, tidak apa. Hanya sakit sedikit, aku mohon jangan menangis, tolong relakan aku. Ini demi masa depan tuan.
Bora menangis dan berteriak keras, mengecam semua tindakan orang-orang. "KALIAN BUKAN MANUSIA! KALIAN IBLIS! DIA HANYA MENJALANKAN TUGASNYA! KENAPA MALAH KALIAN GANGGU?!"
Karakter service dog tidak akan mengganggu orang lain, mereka hanya menuntun tuannya untuk tidak salah arah, dan sekarang ada seorang tamu yang digigit Bern karena telah mengganggu tugas anjing itu. Tidak akan ada yang mau percaya dengan penjelasan Bora, Semua orang sudah ditanam pikiran anjing itu galak dan suka menggigit.
Hari ini, tepat di ulang tahun Bora ke tujuh belas. Semua tamu undangan menyaksikan kegilaan Bora dan pembalasan kekejaman pada binatang yang suka menggigit.
----------------
Satu tahun kemudian.Bora, terima kasih sudah menyayangiku sejak kecil. Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas budi jadi hanya cara itulah aku membalas budi.Bora, jangan menangisiku.Bora, kita akan bertemu tapi tidak sekarang.Bora membuka mata cepat dan napas tersengal, tubuhnya basah kuyup karena keringat meskipun ac menyala kencang.Bern.Bora duduk dan memeluk kedua lutut, dahi bersandar di tengahnya. Sudah hampir satu minggu Bern datang menasehatinya bahkan menunjukan adegan-adegan yang aneh, Bern-DOK! DOK! DOK!"BORA! KALAU KAMU TIDAK BANGUN SEKARANG, AYAH AKAN MENINGGALKAN KAMU!"Bora turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamar. "Ada apa?"Kakak tiri perempuan, Liz. Menatap rendah saudara tirinya. "Ayah sebentar lagi berangkat kerja dan kamu belum siap sama sekali?"Bora hendak mengatakan sesuatu lalu teringat dengan nasehat Bern di dalam mimpi.Jangan menyia-nyiakan waktu, Bora. Jangan menghancurkan masa depan kamu.Bora keluar dari kamar lalu menuruni tangga dan berlari menuju meja makan. "Papa!"Papa Bora yang sedang asyik makan, otomatis menoleh. "Bora?""Papa bisa menunggu? Hari ini Bora mau ke sekolah.""Sekolah?" tanya ibu tiri Bora tidak percaya. "Kamu mau ke sekolah?"Kakak tiri laki-laki Bora juga tidak percaya dengan pendengarannya.Setelah kejadian anjingnya dibakar hidup-hidup, Bora memberontak. Yang tadinya penurut dan pendiam menjadi pemarah.Papa Bora juga tidak bisa berbuat apa-apa karena salah satu teman istrinya mengadu sudah digigit Bern, Bora yang berusaha menceritakan kebenarannya tidak dipercaya.Bora sakit hati sejak itu dan ogah-ogahan sekolah sampai harus mengulang kelas tiga SMA.Sebenarnya Bora yang dulu sangat suka belajar dan anak pintar, selalu juara sekolah, menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Sayang kedua orang tua harus bercerai dan hak asuh Bora jatuh ke tangan papanya."Aku-" Bora memutar otak supaya tidak ketahuan berubah cepat. "Aku hanya ingin ke sekolah."Papa Bora mengangguk senang. "Bagus, papa tunggu."Bora loncat kegirangan lalu menaiki tangga, saat melihat kakak tirinya menuruni tangga perlahan dengan tatapan mengejek, mengira Bora sedang memberikan alasan ke papa. Bora melewatinya dan naik tangga dengan tenang.Tahun ini dirinya harus bisa lulu sekolah seperti nasehat Bern. Bora menggenggam kalung berisikan foto Bern.Setibanya di sekolah, Bora agak terlambat tapi santai menanggapi hukuman guru kelas dengan berdiri di luar, saat guru mulai menjelaskan. Bora mendengar dengan seksama.Jam istirahat tiba, Bora bergegas masuk perpustakaan sekolah dan meminjam buku-buku yang dibutuhkan.Saat menunggu jam istirahat selesai, Bora duduk di bangku depan kelas sambil membaca buku, para siswa yang lewat menatap aneh perubahan Bora.Satu tahun terakhir Bora yang dikenal pendiam menjadi beringas dan dikenal suka mencari masalah, bahkan Bora masuk ke salah satu geng sekolah anak nakal di luar sekolah yang anggotanya masih SMA.Kedua teman yang dekat dengan Bora dulu pun memilih menjauh dan tidak menyapanya lagi, saat lulus pun menertawakan kebodohan Bora di belakang.Bora yang marah, bertengkar dan mencakar wajah mereka berdua hingga polisi harus turun tangan atas kasus perundungan yang dilakukannya.Bora merasa tidak adil, papa tidak bisa datang dan hanya ibu tiri yang mengomel di sepanjang perjalanan.Bora sudah tidak peduli lagi.Bora coba mengingat visi yang diberikan Bern di dalam mimpi, seperti ada pernikahan lalu wajah dirinya yang terlihat bahagia, kedua orang tuanya pun berkumpul.Aku menikah dengan siapa?---------"Mungkin ada pesan yang mau disampaikan ke Bora," kata dokter Ditya begitu mendengar curahan hati Bora setibanya di shelter.Bora dekat dengan dokter Ditya karena waktu itu membantu dirinya evakuasi tubuh Bern, tubuh Bora yang sudah kotor dipeluk perawat hewan wanita yang datang bersama Ditya.Bora ingat kalimat dokter begitu datang pertama kalinya. "Tenangkan dulu pemiliknya, biar saya yang mengurus anjing ini."Bora yang menangis, tidak mau mengalihkan tatapannya ketika dokter Ditya bersikap lembut pada Bern padahal saat dibakar, orang-orang menatap jijik Bern.Bern, apa salah kamu sampai orang-orang bersikap jahat dan menyiksa?Sambil terisak, Bora mengadu pada Ditya."Nama kamu Bora?"Bora mengangguk kecil."Terima kasih sudah sayang sama Bern. Tapi sayang sekali, kita yang bangga karena Indonesia merupakan negara beragama malah menjadi peringkat pertama di dunia tentang konten penyiksaan hewan di media sosial."Bora tercengang.Ditya tersenyum sedih sambil menutup Bern dengan kain putih bersih. "Sisi gelap Indonesia, kita tidak bisa berbuat apa pun jika kita tidak kuat.""Tidak... kuat?" tanya Bora dengan nada lirih."Ya, untuk melindungi hewan peliharaan maka pemilik harus kuat mental juga. Tidak semua orang suka hewan, sebagai pemilik- kita harus bisa menjaga hubungan baik dengan manusia sekaligus pelindung hewan kita. Karena hidup mereka bergantung kepada pemilik."Bora menghapus kedua air mata dengan tekat, tidak akan lemah dan kalah. Dari situlah perubahan Bora.Kita kembali ke saat ini."Bern ingin menunjukkan sesuatu?""Sejak kapan mimpi itu?"Bora baru ingat, Bern muncul tepat di hari kematiannya. Itu berarti ulang tahun yang sudah dilupakan."Coba setiap kamu bangun, dicatat. Mimpi apa saja yang ditunjukkan.""Tapi, bukankah mimpi hanya bunga tidur?""Ya, jika siang hari tapi malam hari terutama jam tiga pagi- bisa jadi-" Ditya menunjuk ke atas dengan jari telunjuk. "Tuhan memberitahu melalui Bern."Bora menggigit bibir bawah dengan cemas. "Bagaimana jika bukan itu?""Dicoba saja dulu. Ini Bern, tidak mungkin setan. Setan benci sama anjing.""Bo- bolehkah kita percaya itu dokter?""Kenapa tidak boleh?"Bora teringat dengan ceramah keluarga tirinya mengenai anjing adalah hewan haram untuk dipelihara, padahal haram itu kan untuk dimakan. Bukankah hewan haram itu juga punya arti buruk di mimpi?Ditya menghela napas panjang. "Bora, jika mau kamu abaikan tidak masalah. Ikuti kata hati kamu saja, lagi pula apakah keluarga kamu suka makan anjing?"Bora menggeleng ngeri."Habisnya kenapa mereka bahas soal haram, haram? yah memang sih dilarang pelihara dalam rumah tapi bukan berarti mereka harus benci dan menyakiti! Aku masih kesal dengan kasus Bern tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena ditutup dan korban mau memaafkan."Bora hendak bicara."Lagipula anjing jenis golden retriever itu ramah ke siapa pun, yang sangat aku sayangkan- Bern adalah anjing terapi. Jika mereka tidak mau, bisa diberikan ke keluarga lain."Ya, Bern ada karena Bora sempat mengalami depresi karena kekerasan rumah tangga yang dilakukan papanya. Sejak menikah dengan ibu tiri, papa berubah banyak dan mengambil alih hak asuh Bora karena merasa bersalah dengan masa lalu.Bora pun tidak mempermasalahkannya asal bersama Bern, tidak disangka anjing terapinya malah disiksa sampai mati.Adik laki-laki Bora, Harsa Bimasena Rukmasara menderita narkolepsi. Serangan tidur mendadak saat melakukan kegiatan sehari-hari, tugas anjing terapinya adalah membangunkan Harsa dengan cara apa pun kecuali menjilat.Adik laki-laki Bora paling kecil, Gentamas Luhung Rukmasara menderita epilepsi. Kehadiran anjing sangat dibutuhkan karena bisa beritahu empat puluh menit sebelum terjadi sehingga Genta memiliki waktu untuk minum obat atau minta tolong ke sekitar.Harsa menderita depresi yang sama dengan Bora karena kekerasan rumah tangga sehingga muncul auto imun yang menyebabkan penyakitnya muncul, ditambah dengan sejarah dari keluarga papa mereka termasuk penyakit Genta."Apa mungkin papa hanya mengambil anak sehat saja untuk diurus? Kedua adikku menderita penyakit dan harus bergantung pada anjing terapi." Bora menghela napas dengan sedih.Ditya menatap prihatin Bora lalu mengacak rambutnya untuk menghibur. "Kalau begitu kamu harus berubah, jangan suka membolos hanya karena Bern. Aku ras
Bora melihat cermin satu badan di kamar, tangannya menyentuh cermin. Apa yang diberitahu Bern seolah masa depan yang akan terjadi.'Bolehkah aku merubah masa depan?''Tentu, Bora. Aku adalah kunci supaya kamu bisa merubah masa depan.'"Kunci?" Bora tertawa sedih begitu mengingat penglihatan di dalam mimpinya. 'Aku dan papa melarikan diri dari suatu hal yang tidak diketahui lalu mobil oleng dan tanpa sengaja menabrak orang, warga disekitar mengamuk dan mengeluarkan papa lalu memukulinya. Aku yang berusaha melindungi papa juga terseret dan Bern yang berusaha melindungiku dipukul warga dengan balok kayu. Kami bertiga meninggal di sana.'Dada Bora merasakan kesedihan mendalam. "Aku tidak ingin kehilangan papa tapi aku juga tidak ingin kehilangan Bern."Tok! Tok!"Bora! Kamu sudah bangun?! Sebentar lagi papa berangkat!" teriak kakak tiri Bora yang perempuan.Bora menghapus air mata dan segera keluar dari kamar.Aku harus kuat, Bern sudah memberikan visi untukku. Batin Bora lalu mendadak d
Bora hanyalah anak SMA yang mengandalkan kekayaan kedua orang tuanya, meskipun mereka berdua sudah cerai. Jadi Bora belum memahami kesulitan orang lain.Ditya menjelaskan kepada Bora. "Apakah kamu tahu tentang undang-undang kesejahteraan hewan?""Ya, aku paham.""Undang-undang itu jarang diterapkan oleh orang Indonesia.""Kenapa?""Karena mereka malas membaca. Mereka mengabaikan dan ada beberapa kasus yang masuk, mereka tidak punya mulut untuk berteriak hak mereka untuk hidup. Manusia hanya menganggapnya sebagai hama."Bora mengangguk paham. "Dokter, apakah aku bisa mengubah semuanya jika berusaha keras?"Ditya tersenyum. "Ya, kamu bisa. Kamu bisa menggunakan aku dan aku juga menggunakan kamu."Bora menatap tidak percaya Ditya. "Dokter.""Kamu bisa keluar dari sekolah sekarang dan masuk universitas ini. Aku rasa kamu pasti mampu jika bekerja keras.""Aku mengulang SMA dan belum lulus, bagaimana bisa-""Kamu bisa ikut kelas paket C tapi juga mengejar ujian kelulusan tahun depan. Jika
Bora tersenyum. "Tapi, bukankah sebelum papa maju- kalian berdua harus menikah resmi secara negara?"Ibu Bora berdiri dan berteriak marah. "MEMANGNYA INI SEMUA GARA-GARA SIAPA?!""Bora, masuk ke dalam kamar kamu!" Perintah papa Bora.Bora mengangkat kedua bahu dengan santai lalu masuk ke dalam kamarnya."Kamu bela dia? Kenapa kamu selalu bela dia? Dia selalu menghina aku, hanya karena-""Diam!" Tekan papa Bora.Bora mendengar percakapan itu saat naik tangga dan tidak berani memegang pegangan tangga, dia menaiki tangga dengan hati-hati lalu masuk kamar setelah membuka kunci. Sebelum berangkat sekolah, Bora memang mengunci pintu kamar supaya tidak ada pencuri masuk ke dalam kamarnya. Bora meletakan tas di bawah tempat tidur dan mulai mandi, rasanya melelahkan sekali seharian ini, dan juga keajaiban yang diberikan Bern. Begitu dokter Ditya menyebut tentang sistem, entah kenapa tiba-tiba muncul layar di atas kepala orang-orang lalu menunjukan gambar masa lalu yang mereka lakukan."Besok
Bora bangun pagi setelah berbincang sejenak dengan Bern di dalam mimpi lalu berjanji akan melindungi teman-temannya. Mungkin, cerita yang dialami dirinya sekarang tidak dapat dipercaya, namun alam bekerja secara misterius dan manusia tidak mengetahuinya dengan pasti. Bora menyapa papanya seperti biasa yang membaca koran, semenjak kejadian cairan cat itu, papa Bora menghukum kedua anak tirinya dengan tidak memberikan uang saku selama satu tahun, dan juga melarang mereka mendekati Bora. Ibu tiri duduk sambil mengoles roti untuk sarapan sementara kedua saudara tirinya makan dengan tenang dan wajah cemberut, tidak seperti biasanya.Bora mengintip layar di atas kepala papanya, lalu mengalihkan tatapan dengan wajah merah. Ibu tiri terlihat duduk di bawah dan kepalanya menghadap ke bagian celana papa Bora. Meskipun masih SMA, dia tahu tindakan apa itu. Rupanya ibu tiri merayu sang papa dengan cara begitu.Bora mulai berpikir kembali tentang hubungan kedua orang tua kandungnya. Mama Bora m
Hannah, Lisa dan Nur. Tiga anak perempuan yang bisa dibilang adik kelas Bora namun sekarang menjadi teman sekelas. Dulu Bora sempat mendapat perundungan saat kelas satu SMA, namun berkurang saat membawa Bern dan sekarang, setelah satu tahun tidak masuk sekolah karena syok, adik-adik kelas yang mengetahui kasus itu semakin meremehkan Bora."Hanya karena anak walikota terkenal, kamu bisa berbuat sesuka hati? Hah!" Hannah memeriksa kukunya yang dikikir dengan indah. "Apakah kamu tidak malu datang ke sekolah setelah membuat kejadian heboh yang memalukan?"Bora melihat layar monitor di atas kepala ketiga anak itu, rupanya mereka dulu adalah bawahan kakak tiri perempuannya. Bora mengambil napas perlahan lalu menghembuskannya, tidak mau cari masalah dengan mereka. Dia berjalan melewati mereka bertiga.Ketiga orang yang tahu Bora nekat berjalan melewati, segera menarik Bora ke belakang hingga membuat tas ranselnya putus.Semua orang yang ada di parkiran terkejut dan melihat apa yang terjadi
Bora yang sudah berganti pakaian bersih dan mandi, disuruh makan oleh pemilik rumah. Dua anak pemilik rumah yang masih kecil, menatap Bora dengan kagum. Mereka kenal Bora di media sosial namun tidak menyangka bisa melihat sosok aslinya. "Aku selalu melihat media sosial kakak saat bersama Bern. Sayang sekali Bern meninggal karena sakit."Itu adalah alasan yang dibuat papa Bora ke media sosial, kejadian aslinya hanya diketahui oleh orang terdekat.Bora tersenyum dan makan dengan lahap.Ibu pemilik Husky meletakan air di samping piringnya. "Makan pelan-pelan."Bora mengangguk kecil. "Terima kasih."Ibu pemilik Husky memperkenalkan dirinya. "Nama saya Ratih, yang besar Juno dan yang kecil Justin."Juno dan Justin menyapa Bora bersamaan. "Hallo, kakak."Ratih sudah membaca media sosial Bora. "Saya dulu pengikut media sosial kamu, interaksi dengan Bern sangat bagus terutama saat kamu mendapat serangan panik. Apakah sekarang kamu sudah tidak butuh anjing pendamping lagi?"Bora menghela nap
Bora berhasil mendapat tanda tangan surat kuasa dari sang papa, lalu diberikan ke dokter Ditya.Dokter Ditya menepuk kepala Bora. "Bagus.""Dokter, boleh aku bertanya?""Apa itu?""Kenapa dokter membantu aku sampai sejauh ini? Apakah ada sesuatu yang diinginkan dokter? Atau karena aku adalah anak walikota?"Ditya tersenyum. "Bukankah kita pernah membahas masalah ini?""Itu-"Bora menundukkan kepala, masih penasaran dengan jalan pikiran dokter Ditya yang selalu menolongnya. "Bern yang minta bantuan kepada aku, jadi kamu jangan terlalu memikirkannya." Ditya mengacak rambut Bora. "Kamu sudah selesai membuat makalah?"Bora mengangguk. "Baru garis besar."Ditya mengangguk. "Bagus, tunggu aku di sini. Aku sedang ada operasi."Bora mengangguk lagi lalu duduk di meja kerja Ditya, dia memeriksa garis besar makalah yang akan ditulisnya lalu tidak lama handphone bergetar."Mama?"Nama mama Bora muncul, Bora segera mengangkatnya."Bora?""Mama, aku-""Bora, apakah kamu menjadi anak nakal di sana
"Tuan, bisakah kita bertemu kembali?"Bern berjalan mendekati kucing kecil lalu duduk di belakangnya, mengamati arah pandang kucing kecil ke arah taman yang teduh, tempat bermain para hewan. "Kenapa kamu duduk sendirian di sini?""Aku hanya ingin bertemu dengan tuan, aku merindukan tuan."Bern bisa melihat punggung mungil si kucing kecil yang kesepian. "Aku sudah melihat apa yang kamu lakukan di dunia, bukankah bagi manusia terlihat bodoh? Kamu merindukannya sepanjang hidup dan hanya bertemu beberapa menit lalu bunuh diri.""Tidak masalah, asalkan Tuan bisa hidup bahagia bersama orang yang disayanginya."Bern menggoyangkan ekor. "Ayo, ikut bersama aku."Kucing kecil itu menoleh ke arah Bern dan bertanya. "Apakah kamu, jiwa yang menangis di atas peti mati istri Tuan?"Bern yang hendak berjalan jauh, menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Apakah kamu melihat aku?"Kucing kecil itu mengangguk. "Ya.""Bukankah apa yang kita lakukan terlihat bodoh?""Tidak! Itu tidak bodoh!""Kenapa?"
Di dunia, kita tinggal dengan berbagai macam karakter manusia dan permasalahannya. Ada yang ingin pintar, ada yang ingin kaya, ada yang ingin memiliki kekuasaan. Ada juga manusia yang ingin mendapatkan semuanya secara instan, tanpa kerja keras. Salah satu contoh adalah Rina. Rina terlalu iri dengan Ratna, saudara tirinya. Ratna yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, sempat dikucilkan, namun pada akhirnya menikah dengan pria tampan, kaya dan berkuasa. Rina ingin mengalahkan Ratna, tapi tidak mampu bersaing. Rina bukan tipe pekerja keras seperti Ratna, Rina juga hanya bisa menjalin sosial dengan orang lain, dia bukan pecinta hewan atau pendamping hidup yang cocok untuk para pria. Aku jauh lebih cantik, Aku jauh lebih hebat, Aku jauh lebih dihargai orang lain, Tapi kenapa Ratna lebih beruntung dariku? Hanya itu yang selalu ada di dalam kepalanya. Persaingan terhadap Ratna, dan menjatuhkan diri ke lembah sesat. Tidak peduli memiliki pria yang mencintainya, anak-anak yang pat
Rina yang syok dikeluarkan secara tidak hormat oleh Fendi, pria yang sudah melakukan sumpah setia kepadanya, balas dendam dengan mendukung Edwin. Tapi tidak disangka, Edwin meninggal terlalu cepat serta meninggalkan banyak bukti yang cukup memberatkan. Para penguasa yang tadinya mendukung mereka, mulai balik badan, memunggungi. Bertindak seolah tidak mengenal Rina dan lainnya, yang suka rela atau tanpa sadar menjadi boneka para penguasa demi kekayaan dan kejayaan. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa barang-barang aku dikeluarkan dari kantor?"Hendro maju dan menantang Rina. "Sudah cukup main-mainnya, kami akan bertindak sesuai prosedur, sekarang tidak ada yang melindungi kamu lagi, Rina."Rina menampar wajah Hendro.Hendro menerimanya tanpa membalas, lalu mengejek Rina. "Ini tamparan terakhir yang aku terima dari kamu- kamu sudah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kami, membuat masyarakat menjadi rugi dan juga kami yang harus kena imbas, akibat dari perbuatan kamu!" Geram
Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu.""Lalu harus bagaimana?"
Fendi mengubur kucing kecil itu ke tanah halaman rumah sakit hewan milik keponakannya, menepuk pelan gundukan tanah itu dan bicara dengan nada sedih. "Apakah kamu menyesal diciptakan menjadi hewan oleh Tuhan?" Di Indonesia ada berbagai macam kasus kekerasan hewan yang menimbulkan kematian atau cacat, ada manusia yang tidak peduli dengan kehidupan para hewan yang tidak beruntung dan hanya hidup dalam waktu singkat di dunia ini. Jika di dunia ini, manusia selalu mengeluh karena dilahirkan tidak beruntung- apakah hewan juga? Biar bagaimana pun hewan itu adalah kucing kecil yang menyelamatkan dirinya dari kecelakaan.Fendi menatap sedih kuburan kucing kecil itu sambil mendengarkan laporan dari sekretaris."Saya sudah mendapat informasi dari sopir, bahwa mobil yang anda pakai sudah dipotong jalur rem, sehingga saat anda mengebut- tidak bisa menghentikan mobil. Sopir itu melakukannya atas suruhan pak Edwin."Fendi bertanya ke sekretaris. "Bukankah itu perbuatan bodoh? Si sopir pasti juga
"Kucing kecil, kenapa kamu sendirian di sini? Apakah kamu kelaparan?""Hei, kucing kecil. Apakah kamu sudah kenyang sekarang? Jangan mengikuti aku.""Lihat, kucing kecil. Dulunya itu adalah rumahku, sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana karena istri menceraikan aku dan hidup bahagia bersama anak-anak. Bukankah kita senasib?"Meong.Kucing kecil itu melihat Fendi yang duduk termenung sedih, melihat sebuah foto."Dia adalah istriku."Meong?"Kami menikah, tidak lama aku keluar dari penjara. Ayahnya minta tolong kepadaku untuk menikah dan menjaganya. Aku tidak bisa menolak, padahal masa depan aku sendiri juga buruk."Meong."Aku tidak bisa menjaga masa depanku sendiri, bagaimana caranya aku bisa menjaga masa depan anak orang lain?"Kucing itu hanya duduk mendengarkan keluh kesah Fendi.Fendi yang bertubuh kurus dan berpenampilan acak, tidak terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Saat ini dia hanya pekerja fisik serabutan, dia sudah kehilangan segalanya dan harga diri tidak
Suasana menjadi panik di media sosial, beberapa orang yang melakukan perundungan- tidak berani menggunakan handphonenya dan orang-orang kaya yang merupakan pelaku, mulai menjual handphone. Orang-orang suruhan para partai politik ataupun yang membenci Bora, mulai meminta pertanggung jawaban ke atasan.Edwin yang mendengar berita itu di tengah acara, keluar tanpa mengatakan apa pun. Bagaimana bisa Bora seberani itu? Bukankah dia hanya anak gila yang ingin mencari perhatian keluarga?Edwin semakin panik ketika melihat postingan Bora terkait dengan masa lalunya yang buruk. Bagaimana bisa dia mendapatkan bukti seperti itu? Pasti pria itu bicara ke orang lain. Sial!Edwin melihat mobil mewah milik Ike yang sudah diparkir di hadapannya lalu melihat sopir yang dikenal dari keluarga istrinya. "Kamu! Kenapa bisa ada di dalam mobilku?"Sopir itu menggaruk kepalanya dengan panik. "Pak! Saya hanya-"Edwin menyingkirkan sopir itu, keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam dan mulai menjalankan
Tidak ada yang mau berteman dengan saya di sekolah karena perundungan yang dilakukan kedua saudara tiri, pihak sekolah pun lebih membela ibu tiri yang notabene adalah istri Papa dan dianggap lebih memiliki kekuasaan.Bora kembali menulis di media sosial dengan postingan baru dan menumpahkan semua keluh kesahnya di media sosial, tanpa terasa air mata mengalir begitu saja. Yang kalian lakukan sekarang adalah perundungan, sama halnya dengan penguasa yang menekan rakyat kecil. Merasa diri sendiri paling kuat karena menerima didikan keras dari orang tua, jadinya menekan anak kecil yang tidak tahu mengenai dunia politik.Yang membuat saya lebih heran adalah perilaku orang-orang dewasa yang merasa dirinya kuat, pintar dan juga paham tentang segalanya. Tapi malah mengabaikan fakta bahwa saya menderita anxiety disorder.Kenapa saya membutuhkan seekor anjing dan hanya bersandar pada dia? Karena tidak ada yang mau menemani saya di saat terluka ataupun sedih. Hanya seekor anjing yang berhasil me
'Menurut aku, masalah mental health itu hanya dibuat-buat untuk zaman sekarang. Dulu saja, aku mendapat pukulan dari orang tua, tidak menangis atau pun merasa baper.'Zaman dulu tidak ada internet, tidak ada berita mengenai kekerasan rumah tangga yang beredar luas di internet. Dipukul, disiksa orang tua merupakan hal biasa dan tidak pernah diketahui banyak orang.'Ah, benar. Anak kelahiran tahun sembilan puluh relate dengan masalah ini. Isu mental health di zaman dulu tidak pernah ada. Karena adanya mental health- mental anak-anak muda kelahiran dua ribu bermasalah semua, mentalnya lemah.'Lalu kenapa sekarang banyak isu perceraian, kebanyakan kepala keluarga meninggalkan anak dan istrinya. Apakah kalian pikir, anak-anak korban perceraian dan kekerasan yang dilakukan orang tua, tidak memiliki akal dan hati? Kebanyakan anak-anak yang bermasalah dalam mental health, diabaikan oleh keluarganya sendiri.'Apa kabar bapakku yang sering kasih hukuman keras sampai pukulin, emak di rumah juga