Bora bangun pagi setelah berbincang sejenak dengan Bern di dalam mimpi lalu berjanji akan melindungi teman-temannya. Mungkin, cerita yang dialami dirinya sekarang tidak dapat dipercaya, namun alam bekerja secara misterius dan manusia tidak mengetahuinya dengan pasti. Bora menyapa papanya seperti biasa yang membaca koran, semenjak kejadian cairan cat itu, papa Bora menghukum kedua anak tirinya dengan tidak memberikan uang saku selama satu tahun, dan juga melarang mereka mendekati Bora. Ibu tiri duduk sambil mengoles roti untuk sarapan sementara kedua saudara tirinya makan dengan tenang dan wajah cemberut, tidak seperti biasanya.Bora mengintip layar di atas kepala papanya, lalu mengalihkan tatapan dengan wajah merah. Ibu tiri terlihat duduk di bawah dan kepalanya menghadap ke bagian celana papa Bora. Meskipun masih SMA, dia tahu tindakan apa itu. Rupanya ibu tiri merayu sang papa dengan cara begitu.Bora mulai berpikir kembali tentang hubungan kedua orang tua kandungnya. Mama Bora m
Hannah, Lisa dan Nur. Tiga anak perempuan yang bisa dibilang adik kelas Bora namun sekarang menjadi teman sekelas. Dulu Bora sempat mendapat perundungan saat kelas satu SMA, namun berkurang saat membawa Bern dan sekarang, setelah satu tahun tidak masuk sekolah karena syok, adik-adik kelas yang mengetahui kasus itu semakin meremehkan Bora."Hanya karena anak walikota terkenal, kamu bisa berbuat sesuka hati? Hah!" Hannah memeriksa kukunya yang dikikir dengan indah. "Apakah kamu tidak malu datang ke sekolah setelah membuat kejadian heboh yang memalukan?"Bora melihat layar monitor di atas kepala ketiga anak itu, rupanya mereka dulu adalah bawahan kakak tiri perempuannya. Bora mengambil napas perlahan lalu menghembuskannya, tidak mau cari masalah dengan mereka. Dia berjalan melewati mereka bertiga.Ketiga orang yang tahu Bora nekat berjalan melewati, segera menarik Bora ke belakang hingga membuat tas ranselnya putus.Semua orang yang ada di parkiran terkejut dan melihat apa yang terjadi
Bora yang sudah berganti pakaian bersih dan mandi, disuruh makan oleh pemilik rumah. Dua anak pemilik rumah yang masih kecil, menatap Bora dengan kagum. Mereka kenal Bora di media sosial namun tidak menyangka bisa melihat sosok aslinya. "Aku selalu melihat media sosial kakak saat bersama Bern. Sayang sekali Bern meninggal karena sakit."Itu adalah alasan yang dibuat papa Bora ke media sosial, kejadian aslinya hanya diketahui oleh orang terdekat.Bora tersenyum dan makan dengan lahap.Ibu pemilik Husky meletakan air di samping piringnya. "Makan pelan-pelan."Bora mengangguk kecil. "Terima kasih."Ibu pemilik Husky memperkenalkan dirinya. "Nama saya Ratih, yang besar Juno dan yang kecil Justin."Juno dan Justin menyapa Bora bersamaan. "Hallo, kakak."Ratih sudah membaca media sosial Bora. "Saya dulu pengikut media sosial kamu, interaksi dengan Bern sangat bagus terutama saat kamu mendapat serangan panik. Apakah sekarang kamu sudah tidak butuh anjing pendamping lagi?"Bora menghela nap
Bora berhasil mendapat tanda tangan surat kuasa dari sang papa, lalu diberikan ke dokter Ditya.Dokter Ditya menepuk kepala Bora. "Bagus.""Dokter, boleh aku bertanya?""Apa itu?""Kenapa dokter membantu aku sampai sejauh ini? Apakah ada sesuatu yang diinginkan dokter? Atau karena aku adalah anak walikota?"Ditya tersenyum. "Bukankah kita pernah membahas masalah ini?""Itu-"Bora menundukkan kepala, masih penasaran dengan jalan pikiran dokter Ditya yang selalu menolongnya. "Bern yang minta bantuan kepada aku, jadi kamu jangan terlalu memikirkannya." Ditya mengacak rambut Bora. "Kamu sudah selesai membuat makalah?"Bora mengangguk. "Baru garis besar."Ditya mengangguk. "Bagus, tunggu aku di sini. Aku sedang ada operasi."Bora mengangguk lagi lalu duduk di meja kerja Ditya, dia memeriksa garis besar makalah yang akan ditulisnya lalu tidak lama handphone bergetar."Mama?"Nama mama Bora muncul, Bora segera mengangkatnya."Bora?""Mama, aku-""Bora, apakah kamu menjadi anak nakal di sana
'Pergilah ke rumah sakit swasta yang dekat dari sini, bilang kamu ada janji bertemu dengan profesor Hendra dan sebut saja nama kamu Bora.'Bora masih mengingat pesan yang diberikan dokter Donny. Setelah diskusi mengenai makalah yang akan diikutkan lomba, dokter Ditya memberikan sedikit saran dan juga perbaikan, besok hari terakhir dia mengumpulkan makalah. Jam sudah menunjukan lima sore dan sekarang Bora sudah berdiri di depan pintu masuk rumah sakit.Bora menyemangati diri sendiri dan masuk ke dalam. "Selamat sore, apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya seorang perawat di lobby."Saya ada janji dengan profesor Hendra."Perawat itu menatap curiga Bora. "Janji untuk?"Bora tahu tatapan curiga perawat tersebut. "Bora, bilang saja saya Bora."Perawat itu mendadak teringat sesuatu. "Ah, kamu kan..."Perawat itu tidak melanjutkan kalimatnya dan bergegas menghubungi seseorang.Bora mendengar percakapan orang-orang di sekitarnya."Bukankah dia anak walikota?""Ah, benar. Anak bermasalah i
Bora pulang ke rumah dengan perasaan lelah, hari ini dia benar-benar sibuk. Ibu tiri sudah menunggu di ruang tamu dengan amarah luar biasa. "BORA!"Bora tidak menghentikan langkahnya dan tetap naik ke atas tangga, jika dulu dirinya ketakutan dan menurut ke ibu tiri, sekarang dia tidak peduli lagi.Ibu tiri mengikuti Bora dari belakang dan berteriak di bawah tangga. "TURUN, BORA!"Bora menghentikan langkah di tengah tangga lalu balik badan. "Ada apa?""Kamu- bagaimana bisa kamu membuat skandal mengerikan seperti itu?""Bisa beritahu aku, skandal apa yang sudah aku buat?" Tanya Bora.Ibu tiri terkejut lalu kedua mata menyipit curiga. "Semenjak kamu berupaya bunuh diri, sepertinya semua sifat kamu berubah total. Apakah aku harus bawakan kamu untuk ruqiah?"Bora tertawa sinis. "Tidak ada yang berubah.""Bohong! Kamu berubah seolah bukan Bora pengecut yang kami kenal.""Apakah Ibu suka dengan aku y
"Tapi kamu bisa pulih dengan cepat, mengingat ada kepentingan yang harus kamu lakukan." Hendra mengembalikan catatan kesehatan Bora dan mengusir perawat itu. "Apa yang harus saya lakukan?"Setelah perawat menutup pintu, Hendra menunduk dan menatap Bora. "Bukankah kamu punya cheat yang sangat menguntungkan?""Cheat?""Semacam kekuatan atau berkah yang diberikan oleh Bern."Bora menatap lurus Hendra. "Selain itu? Tidak ada lagi alternatif lain?""Apakah cheat yang diberikan tidak berguna?"Bora mengalihkan tatapan. "Dibilang berguna sih iya, tapi tidak terlalu berguna untuk melihat kondisi kesehatan. Karena itu-"Hendra angkat tangan untuk menghentikan cerita Bora. "Oke, cukup. Lebih baik kamu simpan sendiri cheat tidak berguna itu."Bora cemberut."Karena tidak terlalu berguna, yang bisa saya lakukan hanya memberikan resep obat dan juga- kamu harus selalu mengunjungi saya.""Baik.""Tidak ada berita mengenai kamu jatuh dari tangga
Hendra mengikuti Bora di belakang dengan jalan perlahan. "Jadi, apakah itu hasil dari peringatan sistem milik kamu yang diberikan Bern?"Bora tidak menjawab."Kamu pasti kecewa melihat kedua orang tua perlahan melupakan kamu.""Sejak awal aku memang berusaha dilupakan, mereka hanya berusaha tanggung jawab atas kesalahan masa lalu. Bahkan aku pun terlahir dari kesalahan." Jawab Bora.Mendengar nada suara Bora yang seperti biasa, menandakan remaja perempuan itu mendengar cerita yang sama berulang kali.Bora mulai cerita. "Sejak kecil mereka selalu bertengkar dan merasa tidak cocok, di keluarga mama- wanita harus bisa tegas tapi di keluarga papa, wanita harus selalu tunduk. Awalnya mereka bertengkar di dalam kamar sehingga kami bertiga tidak tahu, tapi lama kelamaan- semuanya berubah sejak papa ketahuan selingkuh."Hendra memukul kepala Bora.Bora teriak kesakitan sambil mengusap kepalanya dan melirik tajam Hendra.
"Tuan, bisakah kita bertemu kembali?"Bern berjalan mendekati kucing kecil lalu duduk di belakangnya, mengamati arah pandang kucing kecil ke arah taman yang teduh, tempat bermain para hewan. "Kenapa kamu duduk sendirian di sini?""Aku hanya ingin bertemu dengan tuan, aku merindukan tuan."Bern bisa melihat punggung mungil si kucing kecil yang kesepian. "Aku sudah melihat apa yang kamu lakukan di dunia, bukankah bagi manusia terlihat bodoh? Kamu merindukannya sepanjang hidup dan hanya bertemu beberapa menit lalu bunuh diri.""Tidak masalah, asalkan Tuan bisa hidup bahagia bersama orang yang disayanginya."Bern menggoyangkan ekor. "Ayo, ikut bersama aku."Kucing kecil itu menoleh ke arah Bern dan bertanya. "Apakah kamu, jiwa yang menangis di atas peti mati istri Tuan?"Bern yang hendak berjalan jauh, menghentikan langkahnya lalu balik badan. "Apakah kamu melihat aku?"Kucing kecil itu mengangguk. "Ya.""Bukankah apa yang kita lakukan terlihat bodoh?""Tidak! Itu tidak bodoh!""Kenapa?"
Di dunia, kita tinggal dengan berbagai macam karakter manusia dan permasalahannya. Ada yang ingin pintar, ada yang ingin kaya, ada yang ingin memiliki kekuasaan. Ada juga manusia yang ingin mendapatkan semuanya secara instan, tanpa kerja keras. Salah satu contoh adalah Rina. Rina terlalu iri dengan Ratna, saudara tirinya. Ratna yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, sempat dikucilkan, namun pada akhirnya menikah dengan pria tampan, kaya dan berkuasa. Rina ingin mengalahkan Ratna, tapi tidak mampu bersaing. Rina bukan tipe pekerja keras seperti Ratna, Rina juga hanya bisa menjalin sosial dengan orang lain, dia bukan pecinta hewan atau pendamping hidup yang cocok untuk para pria. Aku jauh lebih cantik, Aku jauh lebih hebat, Aku jauh lebih dihargai orang lain, Tapi kenapa Ratna lebih beruntung dariku? Hanya itu yang selalu ada di dalam kepalanya. Persaingan terhadap Ratna, dan menjatuhkan diri ke lembah sesat. Tidak peduli memiliki pria yang mencintainya, anak-anak yang pat
Rina yang syok dikeluarkan secara tidak hormat oleh Fendi, pria yang sudah melakukan sumpah setia kepadanya, balas dendam dengan mendukung Edwin. Tapi tidak disangka, Edwin meninggal terlalu cepat serta meninggalkan banyak bukti yang cukup memberatkan. Para penguasa yang tadinya mendukung mereka, mulai balik badan, memunggungi. Bertindak seolah tidak mengenal Rina dan lainnya, yang suka rela atau tanpa sadar menjadi boneka para penguasa demi kekayaan dan kejayaan. "Apa yang kalian lakukan? Kenapa barang-barang aku dikeluarkan dari kantor?"Hendro maju dan menantang Rina. "Sudah cukup main-mainnya, kami akan bertindak sesuai prosedur, sekarang tidak ada yang melindungi kamu lagi, Rina."Rina menampar wajah Hendro.Hendro menerimanya tanpa membalas, lalu mengejek Rina. "Ini tamparan terakhir yang aku terima dari kamu- kamu sudah membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada kami, membuat masyarakat menjadi rugi dan juga kami yang harus kena imbas, akibat dari perbuatan kamu!" Geram
Setelah Fendi sudah mengingat masa lalu dan kucing kecil itu, dia segera menyuruh seseorang untuk mengambil tubuh kucing kecil dan membakarnya hingga menjadi abu.Mungkin bagi orang lain, apa yang mereka lakukan adalah berlebihan tapi- bagi mereka yang sangat menghargai hubungan masa lalu, sangatlah berarti.Bora bicara ke Fendi dengan nada sedih, sambil melihat dua guci abu kecil yang berdampingan. "Kadang kala manusia memberikan saran agar kita harus move on, melupakan masa lalu dan menjalani hidup dengan baik. Bukankah itu berarti kita harus melupakan jasa makhluk yang sudah menolong kita di masa lalu?"Pantas saja ada yang mengatakan seekor anjing diberikan makan selama satu hari, akan mengingat pemberi makan selamanya tapi manusia yang diberikan makan selama satu tahun, akan melupakan penolongnya."Fendi yang berdiri di samping Bora, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sebenarnya konsep yang kamu bicarakan tidak salah juga, tapi maksudnya bukan begitu.""Lalu harus bagaimana?"
Fendi mengubur kucing kecil itu ke tanah halaman rumah sakit hewan milik keponakannya, menepuk pelan gundukan tanah itu dan bicara dengan nada sedih. "Apakah kamu menyesal diciptakan menjadi hewan oleh Tuhan?" Di Indonesia ada berbagai macam kasus kekerasan hewan yang menimbulkan kematian atau cacat, ada manusia yang tidak peduli dengan kehidupan para hewan yang tidak beruntung dan hanya hidup dalam waktu singkat di dunia ini. Jika di dunia ini, manusia selalu mengeluh karena dilahirkan tidak beruntung- apakah hewan juga? Biar bagaimana pun hewan itu adalah kucing kecil yang menyelamatkan dirinya dari kecelakaan.Fendi menatap sedih kuburan kucing kecil itu sambil mendengarkan laporan dari sekretaris."Saya sudah mendapat informasi dari sopir, bahwa mobil yang anda pakai sudah dipotong jalur rem, sehingga saat anda mengebut- tidak bisa menghentikan mobil. Sopir itu melakukannya atas suruhan pak Edwin."Fendi bertanya ke sekretaris. "Bukankah itu perbuatan bodoh? Si sopir pasti juga
"Kucing kecil, kenapa kamu sendirian di sini? Apakah kamu kelaparan?""Hei, kucing kecil. Apakah kamu sudah kenyang sekarang? Jangan mengikuti aku.""Lihat, kucing kecil. Dulunya itu adalah rumahku, sekarang aku sudah tidak bisa tinggal di sana karena istri menceraikan aku dan hidup bahagia bersama anak-anak. Bukankah kita senasib?"Meong.Kucing kecil itu melihat Fendi yang duduk termenung sedih, melihat sebuah foto."Dia adalah istriku."Meong?"Kami menikah, tidak lama aku keluar dari penjara. Ayahnya minta tolong kepadaku untuk menikah dan menjaganya. Aku tidak bisa menolak, padahal masa depan aku sendiri juga buruk."Meong."Aku tidak bisa menjaga masa depanku sendiri, bagaimana caranya aku bisa menjaga masa depan anak orang lain?"Kucing itu hanya duduk mendengarkan keluh kesah Fendi.Fendi yang bertubuh kurus dan berpenampilan acak, tidak terlihat seperti berasal dari keluarga kaya. Saat ini dia hanya pekerja fisik serabutan, dia sudah kehilangan segalanya dan harga diri tidak
Suasana menjadi panik di media sosial, beberapa orang yang melakukan perundungan- tidak berani menggunakan handphonenya dan orang-orang kaya yang merupakan pelaku, mulai menjual handphone. Orang-orang suruhan para partai politik ataupun yang membenci Bora, mulai meminta pertanggung jawaban ke atasan.Edwin yang mendengar berita itu di tengah acara, keluar tanpa mengatakan apa pun. Bagaimana bisa Bora seberani itu? Bukankah dia hanya anak gila yang ingin mencari perhatian keluarga?Edwin semakin panik ketika melihat postingan Bora terkait dengan masa lalunya yang buruk. Bagaimana bisa dia mendapatkan bukti seperti itu? Pasti pria itu bicara ke orang lain. Sial!Edwin melihat mobil mewah milik Ike yang sudah diparkir di hadapannya lalu melihat sopir yang dikenal dari keluarga istrinya. "Kamu! Kenapa bisa ada di dalam mobilku?"Sopir itu menggaruk kepalanya dengan panik. "Pak! Saya hanya-"Edwin menyingkirkan sopir itu, keluar dari dalam mobil lalu masuk ke dalam dan mulai menjalankan
Tidak ada yang mau berteman dengan saya di sekolah karena perundungan yang dilakukan kedua saudara tiri, pihak sekolah pun lebih membela ibu tiri yang notabene adalah istri Papa dan dianggap lebih memiliki kekuasaan.Bora kembali menulis di media sosial dengan postingan baru dan menumpahkan semua keluh kesahnya di media sosial, tanpa terasa air mata mengalir begitu saja. Yang kalian lakukan sekarang adalah perundungan, sama halnya dengan penguasa yang menekan rakyat kecil. Merasa diri sendiri paling kuat karena menerima didikan keras dari orang tua, jadinya menekan anak kecil yang tidak tahu mengenai dunia politik.Yang membuat saya lebih heran adalah perilaku orang-orang dewasa yang merasa dirinya kuat, pintar dan juga paham tentang segalanya. Tapi malah mengabaikan fakta bahwa saya menderita anxiety disorder.Kenapa saya membutuhkan seekor anjing dan hanya bersandar pada dia? Karena tidak ada yang mau menemani saya di saat terluka ataupun sedih. Hanya seekor anjing yang berhasil me
'Menurut aku, masalah mental health itu hanya dibuat-buat untuk zaman sekarang. Dulu saja, aku mendapat pukulan dari orang tua, tidak menangis atau pun merasa baper.'Zaman dulu tidak ada internet, tidak ada berita mengenai kekerasan rumah tangga yang beredar luas di internet. Dipukul, disiksa orang tua merupakan hal biasa dan tidak pernah diketahui banyak orang.'Ah, benar. Anak kelahiran tahun sembilan puluh relate dengan masalah ini. Isu mental health di zaman dulu tidak pernah ada. Karena adanya mental health- mental anak-anak muda kelahiran dua ribu bermasalah semua, mentalnya lemah.'Lalu kenapa sekarang banyak isu perceraian, kebanyakan kepala keluarga meninggalkan anak dan istrinya. Apakah kalian pikir, anak-anak korban perceraian dan kekerasan yang dilakukan orang tua, tidak memiliki akal dan hati? Kebanyakan anak-anak yang bermasalah dalam mental health, diabaikan oleh keluarganya sendiri.'Apa kabar bapakku yang sering kasih hukuman keras sampai pukulin, emak di rumah juga