***
Rumah terasa begitu sepi hari ini. Hanya tinggal aku, dan Dara, Si gadis kampung itu. Sementara sopirku Pak Tarjo, tinggal di rumah sebelah yang memang khusus orang tuaku sediakan untuknya.
Ku lihat gadis kampung itu sedang sibuk mengurusi pekerja'an rumah, menggantikan seluruh tugas Ibunya.
Dan aku punya ide untuk ngerja'in gadis kampung itu.!
"Lho ... lho ... kok bisa kotor lagi sih ini lantainya. Padahal tadi sudah saya pel," gumamnya yang tak melihat keberada'anku.
"Pel yang bener makanya. Bisa kerja kan?" Sahutku yang membuatnya kaget.
"Ta-tapi, Tuan muda. Tadi saya sudah bersihkan lantainya," ucapnya jujur.
"Ya, terus kenapa ini masih kotor?" tanyaku pura-pura tidak mengerti.
"Saya juga tidak tau Tuan muda," jawabnya bingung.
"Ya udah bersihin lagi sana, gampang kan?" perintahku sambil berlalu.
"Baik, Tuan muda.!" sahutnya menurut.
POV Dara: Ini pasti kerja'an pria sombong itu. Akan tetapi aku tidak boleh melawan.
POV Reza: Rasain kamu gadis kampung. Itu baru permula'an, belum ada apa-apanya. Tunggu aja, aku bakal buat kamu gak betah tinggal di sini.
***
Jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Gadis kampung itu sedang menyiapkan makanan untukku.
"Silahkan di makan, Tuan muda!" ucapnya menebar senyum.
"Bersihkan kamu masaknya?" tanyaku was-was.
"Bersih kok Tuan muda," jawabnya sedikit terlihat kesal.
"Baiklah, akan saya coba. Dan kamu tetap berdiri di situ, sampai saya selesai nyobain masakan kamu," perintahku pada gadis kampung itu.
"Baik, Tuan muda...!" Sahutnya menurut.
"Bluueekk ... apa ini? Rasanya asin sekali. Kamu mau ngeracunin saya?" aku memuntahkan makanan itu di depannya.
"Masa sih, Tuan muda? Tadi saya sudah cicipi dan rasanya pas," ucapnya bingung.
"Pas apanya, Ini tuh gak layak dimakan. Sekarang cepat kamu buatkan saya sup yang baru," perintahku sengaja.
"Ba-baik, Tuan muda."
Sebenarnya sup yang gadis kampung itu buat sangatlah enak. Aku sengaja menambah pekerja'annya agar dia tidak bisa istirahat hari ini.
"Tuan muda ini sup nya yang baru. Tapi kemana sup yang kata Tuan asin tadi?" Tanya-nya sambil menyodorkan sebuah sup.
"Oh itu, Sudah saya buang," padahal aku sudah memakannya.
"Oh di buang," ucapnya lemah.
"Iyalah di buang, masa di makan sup begituan. Bisa keracunan saya. Sini sup yang baru kamu buat itu," ucapku ketus.
"Ini, Tuan. silahkan," Dara menyendokkan sup tersebut ke dalam piringku.
"Hmmm ... Apa ini? Yang ini malah gak ada rasanya sama sekali. Sebenarnya kamu itu bisa masak gak? Ya sudah lah, Saya sudah kehilangan selera makan gara-gara kamu," paparku sengaja berbohong.
Aku pun meninggalkan gadis kampung itu, dan segera masuk ke kamar. Hingga aku tertidur dengan perut yang sudah kenyang.
POV Dara: Dasar manusia aneh, tadi bilangnya ke asinan, terus ini bilang gak ada rasanya pula. Kayaknya ada yang salah deh di lidah manusia angkuh itu.
Hari ini aku lelah sekali karna mengerjakan tugas rumah sendirian. Hingga aku sadar, bahwa Ibu selama ini merasakan lelah yang aku rasakan sekarang. Dan aku berjanji akan bertahan di sini, buat bantuin kerja'an Ibu. Ya walaupun aku tau pria sombong itu pasti akan selalu bersikap buruk padaku.
***
Hari pun sudah malam. Ternyata aku tidur terlalu lama hari ini, Aku bergegas untuk mandi, dan setelah selesai, aku keluar menuju ruang tamu. Menyalakan telivisi dan duduk sendirian. Maklum orang tua lagi gak ada.
"Dimana gadis kampung itu? Aku tidak melihatnya malam ini. Mungkin dia sekarang lagi asyik beristirahat di kamar. Baiklah, akan ku beri dia tugas tambahan" Aku akan memanggilnya ke sini.
"Gadis kampung ke sini cepat," Aku memanggilnya dengan berteriak tanpa harus beranjak dari tempat dudukku. Aku yakin dia dapat mendengarku, Karna jarak antara ruang tamuku, dan kamarnya tidak lah terlalu jauh.
Tak lama kemudian gadis itu pun datang dengan tergesa-gesa.
"Tuan muda tadi manggil saya?" tanya-nya ngos-ngosan seperti orang yang habis di kejar penjahat.
"Iyalah, Punya telingakan?" Ketusku.
"Ada apa, Tuan muda?" tanya-nya lagi.
"Buatkan saya minuman dingin di dapur," perintahku iseng.
"Baik, Tuan muda!" sahutnya menurut.
Setelah beberapa menit, gadis kampung itu pun kembali dengan membawa segelas minuman di tangannya.
Ketika dia ingin memberikan minuman itu, Sengaja aku menendang kakinya, hingga dia pun terjatuh dan mengenaiku.
"Aaawww ...."
Brak ..! Minuman itu tertumpah.
Gadis kampung itu jatuh tepat di hadapanku. Posisi dirinya menghadap ke arahku, mataku dan matanya saling bertemu, jarak antara wajah kami hanyalah kisaran sekilan saja.
Jantungku berdebar tak menentu, aku bahkan belum pernah mengalami ini sebelumnya. Wajah gadis ini benar-benar cantik walau dengan tampilan seadanya. Hingga aku tersadar posisi gadis itu menempel di pangkuanku.
"Sana ... Jauh-jauh dari saya..! Bisa alergi kulit saya tersentuh kamu," aku mendorong gadis kampung itu agar menjauh dariku.
"Maaf, Tuan muda. Saya gak sengaja. Tadi seperti ada yang menyenggol kaki saya," ucapnya jujur.
"Alasan aja kamu itu, padahal memang gak becus ngerjain sesuatu. Lihat ini, baju saya basah semua," tukasku sembari menunjuk arah bajuku yang basah.
"Biar saya bersihkan, Tuan muda...!" ucapnya sambil ingin menyentuh bajuku.
"Gak perlu. Saya bisa sendiri," sahutku sembari menepis tangannya dan langsung berlalu dari hadapan gadis itu. Aku segera mengganti pakaianku, lalu beristirahat di kamar.
Ketika aku memejamkan mata, tiba-tiba saja wajah gadis kampung itu muncul di benakku.
Ah sial ... Kenapa jadi memikirkan gadis kampung itu. Aku pun segera menepis bayangan-bayangannya. Hingga akhirnya aku pun tertidur.
***
Hari telah berganti.
Aku bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Aku lihat semua sarapan sudah tersedia di meja makan.
"Tuan muda sudah rapi. Silahkan dimakan dulu sarapannya, Tuan muda. Nyonya besar berpesan pada saya, katanya Tuan harus sarapan sebelum berangkat ke kantor," ucapnya panjang lebar.
"Hmmm ... Oke," Hari ini aku tidak banyak bicara. Entah ada rasa yang aneh sejak tadi malam.
"Tuan muda butuh sesuatu yang lain?" tanya-nya penuh hati-hati.
"Gak. Silahkan kamu mengerjakan tugas kamu yang lainnya. Ngapain kamu berdiri aja di situ?" ketusku mengalihkan perasaan gugup.
"Kan kata Tuan muda kemarin saya harus tetap berdiri di sini sampai Tuan selesai makan," ucapnya polos.
"Itu kan kemarin, sekarang gak perlu. Bisa hilang lagi selera makan saya lihat kamu," sahutku kesal.
"Hmm ... Iya deh, Tuan muda. Saya ke dalam dulu," izinnya kemudian berlalu.
"Ya, pergi sana!"
Selesai sarapan, aku langsung ke kantor.
Diperjalanan hingga berada di kantor, aku masih saja terbayang wajah gadis kampung itu. Entahlah, mungkin karna aku terlalu membenci keberada'annya dirumahku.
Waktu berjalan begitu cepat. Hingga aku harus kembali lagi ke rumah setelah pekerja'an kantor ku selesai.
"Pak Tarjo, antar saya ke apartemen. Saya ingin beristirahat di sana sebentar" perintahku tegas.
"Baik, Tuan muda!" jawab Pak Tarjo.
Pak tarjo pun melajukan mobil menuju apartemenku. Hingga sampai diapartemen, aku masuk ke dalam. Dan berbaring di ranjang panasku selama ini. Ranjang panas yang menjadi saksi-saksi ke brengsekkanku...!
Ketika berada di sini apa lagi yang aku mau, jika bukan kesenangan itu. Seperti biasa aku meminta doni membawakan mainan baruku.
"Hallo, Don..! Siapkan seperti biasa," perintahku pada Doni.
"Siap, Tuan muda," sahutnya terdengar senang.
Tak perlu menunggu lama, Doni datang membawa mainan baru untukku. Seorang gadis cantik lagi yang akan menemaniku.
"Silahkan keluar. Dan uangmu sudah saya transfer," paparku jelas.
"Beres, Tuan muda...!" sahutnya segera berlalu.
Ku persilahkan gadis itu duduk di dekatku. Tanpa banyak basa-basi, aku segera memulai permainanku.
Aku memulai dari mengecup lembut bibir seksi gadis itu. Dan aku terus melumatnya hingga mata ini terpejam, karna merasakan sensasi kenikmatannya.
Ketika aku sedang berada diatas tubuh gadis itu, dan membuka mata, untuk melanjutkan aksiku. Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi wajah Dara, Si gadis kampung itu. Aku langsung bangun dan menjauh.
"Kenapa, Tuan muda? Ada yang salah dari diri saya? tanya gadis itu heran.
"A-anu ... ah sudah lah. Saya tidak ingin melanjutkannya. Ini bayaran kamu, dan segeralah pergi dari sini," perintahku gugup.
"Tapi, Tuan muda...." ucapnya dengan wajah kebingungan.
"Kamu dengar kan yang saya perintahkan?" tanyaku dengan sorot mata tajam.
"Baik, Tuan muda. Saya permisi," sahutnya bergegas ketakutan.
Gadis itu pun sudah pergi. Entah apa yang terjadi pada diriku. Kenapa wajah gadis kampung itu selalu muncul di hadapanku.
Kemudian aku teringat pesan Mami yang menyuruhku tetap menginap dirumah saja selama beliau di luar kota. Aku pun segera menelfon Pak Tarjo, agar menjemputku.
"Hallo, Pak Tarjo. Saya mau pulang ke rumah sekarang. Di tunggu, gak pake' lama" ketusku dengan perasaan tak tentu arah.
"Siap, Tuan muda!" sahutnya cepat.
Setelah menunggu akhirnya Pak Tarjo datang. Dan aku segera pulang.
Bersambung.
Next?
***Ketika aku sampai dirumah, ku lihat gadis kampung itu masih saja bekerja. Dia membersihkan debu-debu yang ada di atas lemari hias, dengan menaiki sebuah kursi.Tiba-tiba kursi yang gadis itu naiki hilang keseimbangan, dan tumbang!Brak...!ia terjatuh dan aku refleks menangkap tubuh gadis kampung itu. Hingga kini aku pun ikut terbaring dibawah gadis kampung itu karna tertimpa olehnya.Hingga beberapa saat aku terdiam. Mataku dan matanya kembali bertemu. Lalu gadis kampung itu menyadari posisinya yang ada di atas tubuhku."Maaf, Tuan muda. Sa-saya tadi...." ucapnya gugup."Mau bilang kalau kamu tadi gak sengaja jatuh gitu?" Aku melanjutkan ucapannya."Iya benar, Tuan muda!" sahutnya sambil mengangguk cepat."Memang gak pernah becus sih kamu kerjanya. Kalau gak bisa kerja mending pulang sana," ketusku."Hmm...." Dara hanya menarik nafas dalam, kemudian membuangnya kasar."Apa...? Gak terima sa
*** Dara pun ikut bergabung bersama kami di sini...! Oma terlihat menyukai Dara. Mereka langsung akrab walau baru bertemu. "Jadi kamu di sini ganti'in tugas Si Mbok?" tanya Oma dengan lembut. "Iya, Oma. Ibu lagi pulang ke kampung. Rindu kampung halaman katanya," sahut Dara Si gadis kampung itu. "Oh begitu. Tapi jarang-jarang lho ada anak gadis yang mau ngerjain pekerja'an rumah tangga. Apa lagi anaknya secantik kamu. Oma bangga deh sama kamu," puji Oma lagi. Oma terus saja memuji Dara. Dan anak kampung itu seperti menikmati momen hari ini. Awas aja ya, bakal aku kerjain lagi nanti. " Ibu, kami mau permisi istirahat ke kamar dulu ya. Ibu juga istirahat sana. Capek kan baru nyampe tadi," ucap Papi sambil berdiri bersama Mami. "Iya silahkan. Ibu sebentar lagi," sahut Oma. Mami dan papi sudah masuk ke kamar. Tinggal aku, Oma, dan Dara di sini...! Aku semakin canggung. Niatnya mau ngerjain Si Dara, malah aku
***Pagi ini aku aku bangun dengan sejuta perasa'an cemas dan gelisah.Setelah semalaman aku berfikir, aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang sedang aku rasakan sekarang. Aku terus saja memikirkan gadis kampung itu, dan memikirkan ucapan Mami semalam."Selamat pagi Cucu kesayangan Oma." Oma menyapaku dengan di iringi senyum di wajah senjanya."Selamat pagi juga Oma""Tumben Cucu Oma bangun pagi, di hari libur kerja?" tanya Oma heran."Aku tuh mau ngajakin Oma lari pagi," ucapku tersenyum."Beneran?" tanya Oma serius.Iyalah Oma. Masa bohongan sih," sahutku."Kalau begitu Oma siap-siap dulu ya.""Iya Oma, ditunggu."Oma pun masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sementara itu aku menunggu di sofa. Mami dan Papi pun datang menghampiriku."Anak Mami udah bangun? Pasti lupa ya, kalau hari ini tuh, hari Minggu?" Mami pun sama herannya."I-iya, Mi. aku lupa tadi," Aku berbohong pada Mami, padahal
***Aku terus saja memikirkan perkata'an Oma. Siapa gadis yang Oma maksud? Kenapa Oma begitu yakin kalau aku akan luluh padanya.Sampai kapan pun aku takkan pernah takhluk pada seorang wanita ...!Bicara soal wanita, aku jadi rindu ranjang panas milikku itu. Aku mengotak-ngatik ponselku, aku berniat menghubungi Doni. Tapi kali ini aku meminta Doni mengirimkan beberapa foto gadis cantik untuk ku pilih salah satunya."Don ... seperti biasa, kamu carikan saya mainan baru. Tapi saya ingin melihat beberapa pilihan dari kamu hari ini. Tolong dikirimkan foto-fotonya." Aku mengirimkan pesan pada Doni lewat watsapp.Tak lama kemudian Doni pun membalas pesanku. Doni mengirim beberapa foto wanita cantik. Hingga aku memilih salah satunya. Aku pun memberitahui Doni, untuk segera mengantar gadis yang ku pilih itu ke apartemen.Aku langsung bersiap-siap menuju apartemen. Ketika aku hendak melangkahkan kakiku keluar, tiba-tiba Mami menyapaku ...."Ma
***Seperti biasa malam ini semua berkumpul di meja makan. Semua hidangan sudah di sediakan oleh Si Mbok dan Dara."Dara dan Si mbok, ayo gabung makan di sini," ajak Papi dengan begitu ramah."Terima kasih, Tuan. Tapi Si Mbok makan di dapur aja," tolak Si Mbok, sambil bergegas ke dapur."Hmmm ... ya sudah, kamu saja yang ikut makan di sini Dara," Papi kembali mengajak Dara."Saya bareng Ibu saja di dapur Tuan." Dara juga bergegas masuk ke dapur."Yaah ... pada gak mau gabung," keluh Papi."Mungkin mereka sungkan. Makanya kalian tuh biasakan beramah-ramah dengan mereka. Jadi mereka pun tidak akan menolak untuk ikut bergabung," ucap Oma mencoba menasehati kami semua."Ya, ngapain juga toh Bu beramah-ramah dengan pembantu. Nanti yang ada mereka malah besar kepala," sahut Mami dengan nada sinisnya."Tuh rudy, dengar kan ucapan istri kamu? Besok tugasmu merubah perangainya," ucap Oma kembali menyindir Mami."Kala
*** Sepulang dari kantor, aku langsung menuju apartemenku. Niatnya aku ingin bersenang-senang di ranjang panas milikku! Aku pun telah tiba di sebuah apartemen mewahku ini. Aku langsung merebahkan tubuhku. Ku coba mencari kontak Doni diponselku, dan segera menghubunginya.! "Hallo, Don. Seperti biasa. Saya tunggu di apartemen," ucapku. "Beres, Tuan muda." Sahut Doni, dan aku segera memutuskan sambungannya. Tak lama menunggu, Doni datang dengan seorang gadis cantik. Seperti biasa aku mengirim bayarannya, dan Doni segera berlalu. "Hey, Tuan muda! Anda sungguh menggoda," ucap wanita itu. "Tentu saja...." Sahutku. Aku yang sedari kemarin ingin menyalurkan birahiku, kini sudah dapat mangsa di depan mata. Seorang gadis yang terlihat masih sangat muda itu tersenyum manis menggodaku.! Tentu saja aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Aku langsung menerkam gadis itu dengan buas. Terlihat gadis can
***Pagi ini aku kembali bersiap-siap untuk ke kantor!Dara terlihat sedang mondar-mandir membawakan sarapan ke meja makan. Aku menyaksikan langkah gadis kampung itu, dari atas tangga. Aku turun perlahan ke bawah. Hingga tiba-tiba ... Mami menabrak tubuh Dara, dan minuman yang tengah Dara bawa tumpah seketika."Kamu tuh gak punya mata ya?" teriak Mami pada Dara."Ma'af, Nyonya. Tapi tadi, Nyonya yang menabrak saya dari samping," ucap Dara jujur."Oh ... Jadi kamu nyalahin saya? Lancang kamu ya. Mau saya usir kamu dari sini? ancam Mami, sambil melotot."Ini ada apa sih, Mi?" Papi menghampiri Mami, karna mendengar Mami marah sambil berteriak."Lihat ni, Pi. Baju Mami kotor begini," keluh Mami, sambil menunjukkan bajunya."Lho ... Kok bisa?" Papi terlihat heran."Ya gara-gara Si Dara ini." Mami menunjuk ke arah Dara."Ma'af, Nyonya. Biar saya bersihkan." Dara terlihat mencoba mengelap baju Mami."Gak per
***Ketika aku sudah sampai di rumah, aku langsung menghubungi Grecia...!"Hallo, Grecia. Mulai besok, kamu sudah bisa bergabung di perusaha'an saya," ucapku."Baik, pak. Terima kasih banyak!" sahutnya terdengar senang.Setelah selesai bicara dengan Grecia lewat telfon, aku menuju teras lantai dua dekat kamarku. Aku memang suka bersantai di sana. Menikmati secangkir kopi, atau sekedar melamun saja. Sore ini angin bertiup dengan begitu kencang. Seperti akan turun badai. Aku menyaksikan pemandangan dari atas sini. Terlihat kota ramai kendara'an lalu lalang. Sungguh pemandangan yang membosankan bagiku. Lalu terlihat Mami sedang bicara dengan seseorang di seberang jalan...!"Siapa yang di temui Mami di sana?" gumamku pada diri sendiri.Terlihat, Mami menemui seorang laki-laki berbadan tegap. Entah apa yang di bicarakan Mami. Namun, terlihat cukup serius. Seketika laki-laki itu sudah pergi menggunakan mobil berwarna hitam miliknya.Aku yan
***Semalaman aku tak bisa tidur. Rasa bersalahku menghampiri.Kutatap lagi ke arah Dara yang sudah terlelap dalam pelukanku. Seketika sesal di dalam diri muncul.Saat ini istriku sedang mengandung, tapi aku malah mengkhianatinya. Air mata jatuh dengan begitu saja.***Entah kapan aku tertidur, saat aku membuka mata, ternyata hari sudah terang."Sayang, kenapa tidak membangunkan, Mas? Bukankah Mas sudah telat ke kantor," ucapku pada Dara yang terlihat mulai segar kembali."Ke kantor? Mas lupa kalau hari ini adalah hari Minggu?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku memang lupa."Eh, he-he ... iya, Mas tak ingat.""Mentang-mentang ada Asisten baru, jadi mau ke kantor terus deh," goda Dara dengan nada bercanda.Aku langsung salah tingkah. Bagaimana jika Dara tahu, tentang kejadian kemarin?Bagaimana jika Puja meminta tanggung jawab karena aku telah mengambil mahkotanya?Ar
***Hari berikutnya, aku berangkat lagi ke kantor. Sedangkan Dara masih tak bisa ke mana-mana. Kehamilannya membuat ia sulit bangun. Maklum saja, karena ini adalah kehamilan pertama.Sampai di kantor, aku bertemu Puja lagi tentunya. Sosok Puja sangat membuat Dara cemburu. Padahal mereka belum pernah bertemu.Dan aku, entah kenapa ada perasaan gugup ketika berhadapan dengan Puja."Selamat pagi, Tuan muda." Puja menyapa."Pagi," sahutku singkat.Cepat-cepat aku melangkah ke dalam ruangan. Tak mau aku berlama-lama berada di dekat Puja.Hatiku berdebar, jiwa kejantananku bergetar. Aku memang suka bermain-main dengan wanita dulu.Akan tetapi itu dulu, sebelum aku memutuskan jatuh cinta pada Dara.Saat ini, aku merasakan gejolak itu lagi. Ingin rasanya aku menikmati permainanan yang dulu pernah aku gemari.Oh, Puja ....Kenapa lekuk tubuhnya tampak begitu menggoda. Aku tak boleh terus berpikir b
***Aku bergegas menuju arah pulang. Namun, sebelum itu aku singgah ke sebuah toko perhiasan.Kupilih dua kalung berbentuk hati."Berapa harga kalung ini?" tanyaku pada penjual berlian itu."Setengah M saja Tuan muda," ucapnya."Saya mau dua."Setelah selesai menggesekkan kartu ajaibku, kini aku pulang.Aku menyebut tabungan di setiap kartu ATM maupun kartu credit ini sebagai kartu ajaib.Mobilku melaju dengan cepat. Ada rasa bahagia yang tak bisa aku ucapkan dengan kata-kata saat ini.Sampai di depan halaman, aku melihat sosok laki-laki bergegas pergi ketika melihat mobilku menuju ke sana.Berjubah sangat panjang orang itu. Aku jadi penasaran. Bahkan aku sangat takut jika hal buruk sedang seseorang rencanakan.Kupercepat langkahku turun dari mobil. Akhir-akhir ini aku memang sering menyetir sendiri. Karena Pak Tarjo sudah aku perintahkan untuk mengawasi keadaan di rumah."Oma, aku
***Aku mendapat kabar dari Pak Tarjo bahwa istriku diculik. Detik itu juga aku langsung menghubungi polisi.Saat kami tiba di tempat penyekapan Dara, aku sangat terkejut menyaksikan Mami lagi yang melakukan tindak kejahatan itu. Namun, Mami tak sendiri kali ini. Ada Grecia yang menjadi rekan kerjanya.Aku sangat kesal. Emosiku sudah tak tertahan. Polisi pun melepaskan tembakan. Kini Mami dan Grecia sedang dalam perawatan medis. Setelah keduanya sadar nanti, maka aku akan tetap menjebloskan dalam penjara."Sayang, istirahatlah! Biar Mas saja yang ke rumah sakit melihat kondisi Mami dan Grecia," ujarku mengantar Dara ke dalam kamar.Dara mengangguk. Ia masih terlihat syok. Oma, dan mertuaku menemaninya.Kini aku berangkat dengan Pak Tarjo.Dua puluh menit berlalu ....Aku pun sampai di rumah sakit yang tak jauh dari penjara itu."Bagaimana keadaan mereka?" tanyaku." Pasien bernama Greci
***POV Dara.Aku berangkat ke kantor sendirian. Mas Riko pergi mencari pelaku kejahatan itu.Aku diantar Pak Tarjo. Namun, di jalan tiba-tiba ada yang menghadang mobil kami."Siapa itu, Pak?" tanyaku bingung."Saya juga tidak tahu, Non."Pak Tarjo turun, sedangkan aku tetap menunggu di dalam mobil.Bugh!Bugh!Dua pukulan mendarat di wajah Pak Tarjo. Aku jadi ketakutan. Sebenarnya siapa mereka?Pak Tarjo tersungkur lemah, kini dua pria berbadan kekar itu membuka pintu mobilku secara paksa."Ikut kami!" perintahnya menarik tanganku."Tidak! Lepaskan saya!" Aku mencoba berontak.Mereka terlalu kuat, aku tak mampu melawan. Kini aku dibawa paksa menggunakan mobilnya.Pak Tarjo hanya meringis sambil berteriak mencaci para penjahat ini.Kini aku sudah berada di dalam mobil mereka."Mau apa kalian? Lepaskan saya!" hardikku."Diamlah! Kau akan bertemu
***Seminggu berlalu, keadaan mertuaku mulai membaik. Namun, ia kehilangan suaranya.Menurut dokter ada yang meminumkan sesuatu padanya hingga mengakibatkan kehilangan suara.Tubuh mertuaku juga masih lemah. Tidak bisa dimintai keterangan saat ini.Sedangkan polisi sudah menemukan jejak pelaku. Robekkan baju itu, benar-benar milik Mbok Inem. Akan tetapi Mbok Inem hanya menjalankan tugas. Ada seseorang yang mengendalikannya.Aku sampai di kantor polisi sendirian. Mbok Inem sudah ditangkap."Pelaku masih tidak ingin mengatakan siapa yang menyuruhnya," ujar polisi."Izinkan saya bicara pada Mbok Inem, Pak!""Baiklah."Kini Mbok Inem sedang dibawa menuju ke hadapanku."Tu-tuan muda," lirihnya menunduk."Mbok, katakan yang sebenarnya! Siapa yang menyuruh si Mbok melakukan perbuatan tercela itu?" Aku menatap serius."Maafkan si Mbok, Tuan muda. Mbok terpaksa karena diancam.""Apapu
***Dara histeris ketika mendapati sang Ibu sudah tergeletak bersimbah darah."Bu, bangun!" teriak Dara sambil mengguncang tubuh sang Ibu.Aku terdiam tak berdaya. Apa yang telah terjadi di keluargaku?"Ayo kita bawa ke rumah sakit," ujarku.Ibu mertuaku itu masih bernafas, aku harap kami tidak terlambat sampai di rumah sakit.Setelah menempuh kurang lebih tiga puluh menit. Kini aku dan Dara sampai di depan rumah sakit.Ibu langsung ditangani oleh ahlinya. Aku dan Dara saling menguatkan tanpa banyak bicara.Seketika aku teringat pada Oma. Jangan sampai ada yang berniat buruk juga terhadapnya.Aku mencoba menelepon dan memberitahunya."Halo, Oma.""Iya, sayang. Ada apa?""Mertuaku tadi tergelak bersimbah darah di rumah. Sekarang kami semua sudah berada di rumah sakit.""Apa?!"Oma terdengar sangat terjejut."Iya, Oma. Aku sangat khawatir dengan kondisi Oma yang tinggal s
***Pagi tiba, aku dan Dara bangun bersamaan. Istri cantikku ini tersenyum sangat manis di pagi hari."Selamat pagi istriku," sapaku mesra."Pagi juga, Tuan muda.""Tuan muda? Ganti ah, gak seru," godaku."Ganti apa ya?" Dara berpikir sambil memutar matanya ke atas."Panggil Mas aja, nanti kalau kita sudah punya Anak, baru deh panggil Ayah," ujarku.Dara mengangguk setuju. Setelah puas bercanda di pagi hari. Kini kami mandi bersama. Malam pertama yang tertunda, terlaksana di pagi harinya.***Setelah selesai, aku dan Dara memakai baju untuk keluar bersarapan.Oma sudah menunggu di meja makan. Wajah Oma cerah, tampak sangat bahagia."Selamat pagi, Oma." Aku menyapa."Pagi juga Cucu tampan, Oma."Aku sangat tersanjung, Oma masih menyayangiku. Tak ada perubahan di dirinya.Ibu mertuaku sudah datang menyiapkan makanan."Darmi, ayo duduk di sini! Mulai hari ini kamu tidak pe
***Cukup lama Oma pergi, kini ia telah kembali. Aku menghampiri Oma yang tengah beristirahat di ruang tengah."Oma dari mana?" tanyaku sedikit canggung."Ada urusan. Oya, Rik. Kapan kamu akan menikahi Dara?""Belum kepikiran Oma. Apa lagi sekarang masalah yang kita hadapi sangat berat.""Sudah, lupakan saja! Sekarang fokus pada hubungan kalian! Masalah Mamimu biar Oma yang mengurusnya," ujar Oma.Aku menatap Oma cukup lama. Aku bukan Cucu kandungnya. Apakah kasih sayang Oma terhadapku akan pudar."Oma tahu apa yang sekarang sedang kamu pikirkan. Jangan khawatir, Oma tetap menyayangimu, tidak ada yang berubah."Mendengar ucapan Oma itu, aku langsung memeluk Oma dengan erat."Terima kasih, Oma. Aku sungguh malu menerima kenyataan ini. Jika bisa memilih, maka aku akan lebih memilih untuk tidak dilahirkan saja," paparku yang semakin sedih."Jangan berkata seperti itu! Kamu tetaplah