Share

Ketika Mami merajuk

Penulis: Nona_Lyanna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

***

Dara pun ikut bergabung bersama kami di sini...!

Oma terlihat menyukai Dara. Mereka langsung akrab walau baru bertemu.

"Jadi kamu di sini ganti'in tugas Si Mbok?" tanya Oma dengan lembut.

"Iya, Oma. Ibu lagi pulang ke kampung. Rindu kampung halaman katanya," sahut Dara Si gadis kampung itu.

"Oh begitu. Tapi jarang-jarang lho ada anak gadis yang mau ngerjain pekerja'an rumah tangga. Apa lagi anaknya secantik kamu. Oma bangga deh sama kamu," puji Oma lagi.

Oma terus saja memuji Dara. Dan anak kampung itu seperti menikmati momen hari ini. Awas aja ya, bakal aku kerjain lagi nanti.

" Ibu, kami mau permisi istirahat ke kamar dulu ya. Ibu juga istirahat sana. Capek kan baru nyampe tadi," ucap Papi sambil berdiri bersama Mami.

"Iya silahkan. Ibu sebentar lagi," sahut Oma.

Mami dan papi sudah masuk ke kamar. Tinggal aku, Oma, dan Dara di sini...!

Aku semakin canggung. Niatnya mau ngerjain Si Dara, malah aku sendiri yang gugup begini.

"Kenapa kamu Riko? Oma liat kayak sedang gelisah begitu," tanya Oma yang menyadari kegugupanku.

"Gak kok, Oma. Aku biasa aja," jawabku berusaha tetap cool.

"Malu ya duduk bareng gadis cantik?" tanya Oma lagi sambil menggodaku.

"Apa'an sih, Oma. Kayak begitu di bilang cantik," ketusku sambil menyunggingkan bibir bagian atas.

"Memang cantik kok. Cantiknya alami lagi," puji Oma sambil menatap ke arah gadis kampung itu.

Oma meneruskan pujian-pujiannya pada Dara. Dan Dara hanya tersenyum sok manis. Tapi memang manis sih sebenarnya.

"Oma ayo istirahat, biar aku anterin ke kamar," ajakku mengalihkan perhatian Oma.

"Bentar lagi. Kenapa sih? Gak seneng ngobrol sama Oma di sini?" tanya Oma dengan sedikit heran.

"Seneng lah, Oma. Kan takutnya Oma capek," jelasku agar Oma tak salah faham.

"Iya bentar lagi. Oma mau ngomong serius sama kamu," ucap Oma yang memang terlihat sedang serius.

"Ngomong apa Oma?" tanyaku penasaran.

"Oma saya permisi ke dapur dulu ya. Ada pekerja'an yang belum selesai tadi," ucap Dara sungkan.

"Ya sudah silahkan," sahut Oma singkat.

Dara pun berlalu ke dapur. Hanya tinggal aku dan Oma. Mungkin Dara gak enak jika harus mendengar omongan penting yang Oma mau omongin tadi...!

"Riko, Cucu kesayangan Oma. Kapan kamu berencana menikah Nak? Ingat kamu bukan bocah lagi. Usiamu sudah sangat matang untuk berumah tangga," papar Oma serius menatap penuh arti ke dalam manik mata tajamku.

Ternyata Oma mau membahas itu lagi. Pembahasan dari tahun lalu. Hanya saja tahun lalu aku beralasan menunggu tahun berikutnya. Iya tahun ini tepatnya.

"Hmmm ... Gimana ya, Oma. Belum nemuin pasangan yang pas. Lagian menikah itu cukup sekali kan seumur hidup Oma. Jadi aku perlu menikahi seseorang yang tepat bukan?" Aku mencoba memberi alasan yang masuk akal.

"Bener sekali jawaban Cucu, Oma. Tapi masa iya sampai sekarang belum ada pasangan...." puji Oma, sekaligus mengintrogasiku lebih jelas.

"Gak punya waktu buat cari pacar, Oma!" jawabku malas.

Lebih tepatnya gak mau terikat. Karna bebas bersenang-senang dengan gonta ganti wanita sudah lebih dari cukup bagiku!

"Atau mau Oma yang carikan?" tanya Oma sambil mengedipkan sebelah mata senjanya.

"Oma mau cari dimana?" aku balik bertanya.

"Ya pokoknya nanti Oma cari'in deh," sahutnya tersenyum.

"Ya udah terserah Oma aja. Sekarang ayo ke kamar dan istirahat," paparku.

"Siap Cucu, Oma yang tampan...!" puji Oma sambil menuruti perkata'anku.

Oma pun beristirahat ke kamarnya. Aku juga beristirahat di kamarku.

***

Seketika aku memikirkan omongan Oma. Sepertinya kali ini aku sudah tidak bisa mengelak.  Padahal tak pernah terbayang di benakku untuk menikah. Bagaiman jika Oma serius ingin menjodohkan aku?

Ah entah bagaimana pula rupa pilihan Oma itu...!

Ketika aku tengah larut dalam pemikiranku tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar.

Tok-tok-tok....

Aku pun segera membukanya.

"Tuan muda sudah ditunggu untuk makan malam," ucap Dara.

"Baik, saya segera ke sana," sahutku datar.

Aku pun keluar dan terlihat semua sudah ada di meja makan.

"Lama banget kamu, ditungguin juga. Oma udah laper nih," keluh Oma.

"Iya maaf, Oma. Ya udah sekarang silahkan Oma makan yang banyak. Masakan Dara ini enak banget lho Oma," ucapku keceplosan.

"Eheeem...." Seketika Mami tersedak mendengar ucapanku.

"Eh maksud aku tuh, kemarin aku pesan makan dari luar, rasanya enak banget. Gak tau deh kalau masakan gadis kampung ini," ucapku lagi mencoba mengelak.

"Dara ... Bukan gadis kampung. Gak baik manggil orang dengan sebutan begitu," protes Oma padaku.

"Memang kenyata'annya begitu kok," ketusku lagi.

"Ya sudah, Oma mau makan sekarang!" ucap Oma.

"Iya. Silahkan Oma," sahutku tersenyum.

"Mmmm ...  Ini beneran enak banget. Selain cantik ternyata Dara juga jago masak. Jarang-jarang banget perempuan sekarang bisa masak," puji Oma sekaligus sindiran untuk yang lain.

"Iya, ya Bu. Masakan Dara beneran enak. Persis masakan Si Mbok" Kali ini Papi pun ikutan memuji gadis kampung itu. 

"Biasa aja dong, Pi...." sambung Mami sinis.

Mami terlihat tidak menyukai hal itu. Mungkin karna Mami tidak bisa masak. Jadi merasa tersindir deh dengan omongan Oma.

"Ya, kenapa? Memang bener kok yang suamimu bilang. Masakan Dara enak," Oma memperjelas yang di ucapkan ya tadi.

Mami terlihat sangat kesal dan segera meninggalkan meja makan.

"Aneh bener istrimu itu," keluh Oma.

"Oma sih ngomongnya begitu. Kan tau sendiri Mami gak bisa masak," sahutku.

"Oh, iya Oma lupa. Jadi ngambek kan dia, harusnya Mami kamu itu belajar masak. Gak ada yang langsung bisa kalau gak mau belajar," papar Oma lagi.

"Hmmm ... ya udah, Oma lanjutin aja makannya. Aku mau nyusul Mami dulu ke kamarnya," ucapku sembari berdiri.

"Iya, bujuk sana Mami kamu. Kayak anak kecil aja, pake' ngambek segala," ketus Oma.

***

Aku pun segera menghampiri Mami di kamarnya.

"Mi. Aku boleh masuk gak?" tanyaku lembut.

"Masuk aja," sahut Mami cuek.

"Mami kenapa gak selesaikan dulu makan malamnya?" tanyaku basa-basi.

"Udah kenyang," jawab Mami singkat.

"Mami marah karna omongan Oma tadi?" tanyaku memastikan.

"Ya, Mami kesal aja. Kenapa sih harus nyindir-nyindir gitu," sahut Mami sambil memonyongkan bibirnya.

"Udah jangan ngambek lagi. Nanti cantiknya Mami luntur lho," godaku mencoba mencairkan amarah Mami.

"Ah kamu tu bisa aja ngerayu Mami," ucap Mami yang mulai tersenyum.

"Nah gitu dong, senyum!" pujiku.

"Tapi kayaknya Mami gak suka deh kalau Dara tetap tinggal di sini," papar Mami dengan memandang serius ke arahku.

"Lho kenapa, Mi? Bukannya Mami sendiri yang udah ngizinin Dara buat tinggal di rumah ini?" tanyaku bingung.

"Iya sih, tapi Mami berubah fikiran. Liat aja tu Oma kamu, dia selalu muji-muji Dara kan? Bisa besar kepala nanti itu Anak," jelas Mami sambil membuang nafas kasar.

"Hmmm ... Terus Mami maunya gimana?" tanyaku lagi.

"Mami bakal memulangkan Dara ke kampung, setelah Si Mbok datang nanti. Lagian kamu juga gak suka kan kalau Dara tinggal di rumah kita ini?" papar Mami dengan jelas sembari kembali bertanya.

"Iya sih, Mi. Tapi aku udah gak mau ambil pusing masalah itu," jawabku malas.

"Iya. Tapi kali ini Mami yang gak mau Dara tetap tinggal di sini," sambung Mami lagi

Harusnya aku senang dong, dengan keputusan Mami untuk memulangkan gadis kampung itu. Karna kemarin-kemarin aku yang mencari cara bagaimana agar gadis kampung itu segera keluar dari rumah ini. Tapi sekarang, kok rasanya ada yang aneh. Aku seperti gak rela kalau Dara di pulangkan.

Entahlah ... aku juga tidak mengerti dengan apa yang sekarang tengah aku rasakan ini.

***

Setelah usai berbincang-bincang dengan Mami. Aku pun kembali ke kamarku.

Aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi besok.

Benarkah Mami akan memulangkan Dara ke kampung?

Lalu bagaimana tanggapan Papi?

Setujukah Oma dengan keputusan itu?

Apakah Si Mbok juga bisa menerima? 

Kemudian Dara akan kembali sendirian lagi di kampung?

Dan aku, apakah aku merasa puas setelah itu? Bukankah itu yang aku inginkan?

Lalu kenapa sekarang aku malah menjadi kefikiran, Entah lah. Aku bahkan masih mencoba memahami, apa yang belum aku mengerti.

Bersambung.

Bab terkait

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Pengusiran Dara

    ***Pagi ini aku aku bangun dengan sejuta perasa'an cemas dan gelisah.Setelah semalaman aku berfikir, aku bahkan tidak mengerti dengan apa yang sedang aku rasakan sekarang. Aku terus saja memikirkan gadis kampung itu, dan memikirkan ucapan Mami semalam."Selamat pagi Cucu kesayangan Oma." Oma menyapaku dengan di iringi senyum di wajah senjanya."Selamat pagi juga Oma""Tumben Cucu Oma bangun pagi, di hari libur kerja?" tanya Oma heran."Aku tuh mau ngajakin Oma lari pagi," ucapku tersenyum."Beneran?" tanya Oma serius.Iyalah Oma. Masa bohongan sih," sahutku."Kalau begitu Oma siap-siap dulu ya.""Iya Oma, ditunggu."Oma pun masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Sementara itu aku menunggu di sofa. Mami dan Papi pun datang menghampiriku."Anak Mami udah bangun? Pasti lupa ya, kalau hari ini tuh, hari Minggu?" Mami pun sama herannya."I-iya, Mi. aku lupa tadi," Aku berbohong pada Mami, padahal

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Rencana bersenang-senang gagal

    ***Aku terus saja memikirkan perkata'an Oma. Siapa gadis yang Oma maksud? Kenapa Oma begitu yakin kalau aku akan luluh padanya.Sampai kapan pun aku takkan pernah takhluk pada seorang wanita ...!Bicara soal wanita, aku jadi rindu ranjang panas milikku itu. Aku mengotak-ngatik ponselku, aku berniat menghubungi Doni. Tapi kali ini aku meminta Doni mengirimkan beberapa foto gadis cantik untuk ku pilih salah satunya."Don ... seperti biasa, kamu carikan saya mainan baru. Tapi saya ingin melihat beberapa pilihan dari kamu hari ini. Tolong dikirimkan foto-fotonya." Aku mengirimkan pesan pada Doni lewat watsapp.Tak lama kemudian Doni pun membalas pesanku. Doni mengirim beberapa foto wanita cantik. Hingga aku memilih salah satunya. Aku pun memberitahui Doni, untuk segera mengantar gadis yang ku pilih itu ke apartemen.Aku langsung bersiap-siap menuju apartemen. Ketika aku hendak melangkahkan kakiku keluar, tiba-tiba Mami menyapaku ...."Ma

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Diary#1

    ***Seperti biasa malam ini semua berkumpul di meja makan. Semua hidangan sudah di sediakan oleh Si Mbok dan Dara."Dara dan Si mbok, ayo gabung makan di sini," ajak Papi dengan begitu ramah."Terima kasih, Tuan. Tapi Si Mbok makan di dapur aja," tolak Si Mbok, sambil bergegas ke dapur."Hmmm ... ya sudah, kamu saja yang ikut makan di sini Dara," Papi kembali mengajak Dara."Saya bareng Ibu saja di dapur Tuan." Dara juga bergegas masuk ke dapur."Yaah ... pada gak mau gabung," keluh Papi."Mungkin mereka sungkan. Makanya kalian tuh biasakan beramah-ramah dengan mereka. Jadi mereka pun tidak akan menolak untuk ikut bergabung," ucap Oma mencoba menasehati kami semua."Ya, ngapain juga toh Bu beramah-ramah dengan pembantu. Nanti yang ada mereka malah besar kepala," sahut Mami dengan nada sinisnya."Tuh rudy, dengar kan ucapan istri kamu? Besok tugasmu merubah perangainya," ucap Oma kembali menyindir Mami."Kala

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Diary#2

    *** Sepulang dari kantor, aku langsung menuju apartemenku. Niatnya aku ingin bersenang-senang di ranjang panas milikku! Aku pun telah tiba di sebuah apartemen mewahku ini. Aku langsung merebahkan tubuhku. Ku coba mencari kontak Doni diponselku, dan segera menghubunginya.! "Hallo, Don. Seperti biasa. Saya tunggu di apartemen," ucapku. "Beres, Tuan muda." Sahut Doni, dan aku segera memutuskan sambungannya. Tak lama menunggu, Doni datang dengan seorang gadis cantik. Seperti biasa aku mengirim bayarannya, dan Doni segera berlalu. "Hey, Tuan muda! Anda sungguh menggoda," ucap wanita itu. "Tentu saja...." Sahutku. Aku yang sedari kemarin ingin menyalurkan birahiku, kini sudah dapat mangsa di depan mata. Seorang gadis yang terlihat masih sangat muda itu tersenyum manis menggodaku.! Tentu saja aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Aku langsung menerkam gadis itu dengan buas. Terlihat gadis can

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Diary#3

    ***Pagi ini aku kembali bersiap-siap untuk ke kantor!Dara terlihat sedang mondar-mandir membawakan sarapan ke meja makan. Aku menyaksikan langkah gadis kampung itu, dari atas tangga. Aku turun perlahan ke bawah. Hingga tiba-tiba ... Mami menabrak tubuh Dara, dan minuman yang tengah Dara bawa tumpah seketika."Kamu tuh gak punya mata ya?" teriak Mami pada Dara."Ma'af, Nyonya. Tapi tadi, Nyonya yang menabrak saya dari samping," ucap Dara jujur."Oh ... Jadi kamu nyalahin saya? Lancang kamu ya. Mau saya usir kamu dari sini? ancam Mami, sambil melotot."Ini ada apa sih, Mi?" Papi menghampiri Mami, karna mendengar Mami marah sambil berteriak."Lihat ni, Pi. Baju Mami kotor begini," keluh Mami, sambil menunjukkan bajunya."Lho ... Kok bisa?" Papi terlihat heran."Ya gara-gara Si Dara ini." Mami menunjuk ke arah Dara."Ma'af, Nyonya. Biar saya bersihkan." Dara terlihat mencoba mengelap baju Mami."Gak per

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Diary#4

    ***Ketika aku sudah sampai di rumah, aku langsung menghubungi Grecia...!"Hallo, Grecia. Mulai besok, kamu sudah bisa bergabung di perusaha'an saya," ucapku."Baik, pak. Terima kasih banyak!" sahutnya terdengar senang.Setelah selesai bicara dengan Grecia lewat telfon, aku menuju teras lantai dua dekat kamarku. Aku memang suka bersantai di sana. Menikmati secangkir kopi, atau sekedar melamun saja. Sore ini angin bertiup dengan begitu kencang. Seperti akan turun badai. Aku menyaksikan pemandangan dari atas sini. Terlihat kota ramai kendara'an lalu lalang. Sungguh pemandangan yang membosankan bagiku. Lalu terlihat Mami sedang bicara dengan seseorang di seberang jalan...!"Siapa yang di temui Mami di sana?" gumamku pada diri sendiri.Terlihat, Mami menemui seorang laki-laki berbadan tegap. Entah apa yang di bicarakan Mami. Namun, terlihat cukup serius. Seketika laki-laki itu sudah pergi menggunakan mobil berwarna hitam miliknya.Aku yan

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Diary#5

    ***Pagi ini aku kembali bersiap ke kantor. Ku hubungi Grecia agar segera datang ke rumahku terlebih dahulu.!!"Hallo, Grecia. Kamu sudah siap? Saya tidak suka ada keterlambatan, walau hanya satu menit," tanyaku tegas."Sudah, Pak. Saya akan berangkat lebih awal," sahutnya santai."Sebelum ke kantor, kamu mampir ke rumah saya terlebih dahulu. Ada yang mau saya bicarakan," ucapku."Baik, Pak. Saya segera ke sana, kirimkan saja lokasinya," sahutnya lagi.Aku pun mengirimkan alamat rumahku. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Grecia sampai..! Seperti biasa, Dara membukakan pintu."Permisi ... Saya ingin bertemu dengan Pak Riko," ucap Grecia saat Dara membukakan pintu."Oh, silahkan. Tuan muda sedang sarapan," sahut Dara tersenyum.Kemudian Grecia masuk dan menghampiriku."Cia ...." teriak Mami terkejut"Eh, Tante ...." sahut Grecia yang tak kalah terkejutnya."Kalian saling kenal?" t

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Diary#6

    ***Aku masuk ke kamar dan mengambil diary yang diberi Oma. Aku menulis dengan begitu semangatnya, ku luahkan semua kekesalanku hari ini.Aku bahkan tidak tertarik sama sekali pada Grecia. Bagaimana mungkin aku bisa menerima perjodohan konyol ini.Tok-tok-tok ....Terdengar ketukan dari pintu kamarku! Aku pun membukanya dengan langkah yang malas."Tuan, dipanggil Nyonya besar untuk segera makan malam," ucap Dara dengan lembut.Seketika aku punya ide cemerlang untuk menggagalkan rencana perjodohan antara aku dan Grecia...!"Tuan ...." Panggil Dara sambil melambaikan tangannya ke depan wajahku. Aku pun segera sadar dari lamunanku itu."Oh, iya ... Kamu kemarilah!" Aku menarik Dara masuk ke dalam kamarku, dan aku mengunci pintu kamar, agar tidak ada yang mengetahui ini."Jangan macam-macam, Tuan." Ucap Dara yang menepis kasar tanganku."Diamlah! Saya hanya butuh bantuanmu," ujarku de

Bab terbaru

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Jatuh di dua hati

    ***Semalaman aku tak bisa tidur. Rasa bersalahku menghampiri.Kutatap lagi ke arah Dara yang sudah terlelap dalam pelukanku. Seketika sesal di dalam diri muncul.Saat ini istriku sedang mengandung, tapi aku malah mengkhianatinya. Air mata jatuh dengan begitu saja.***Entah kapan aku tertidur, saat aku membuka mata, ternyata hari sudah terang."Sayang, kenapa tidak membangunkan, Mas? Bukankah Mas sudah telat ke kantor," ucapku pada Dara yang terlihat mulai segar kembali."Ke kantor? Mas lupa kalau hari ini adalah hari Minggu?"Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku memang lupa."Eh, he-he ... iya, Mas tak ingat.""Mentang-mentang ada Asisten baru, jadi mau ke kantor terus deh," goda Dara dengan nada bercanda.Aku langsung salah tingkah. Bagaimana jika Dara tahu, tentang kejadian kemarin?Bagaimana jika Puja meminta tanggung jawab karena aku telah mengambil mahkotanya?Ar

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Terbawa perasaan

    ***Hari berikutnya, aku berangkat lagi ke kantor. Sedangkan Dara masih tak bisa ke mana-mana. Kehamilannya membuat ia sulit bangun. Maklum saja, karena ini adalah kehamilan pertama.Sampai di kantor, aku bertemu Puja lagi tentunya. Sosok Puja sangat membuat Dara cemburu. Padahal mereka belum pernah bertemu.Dan aku, entah kenapa ada perasaan gugup ketika berhadapan dengan Puja."Selamat pagi, Tuan muda." Puja menyapa."Pagi," sahutku singkat.Cepat-cepat aku melangkah ke dalam ruangan. Tak mau aku berlama-lama berada di dekat Puja.Hatiku berdebar, jiwa kejantananku bergetar. Aku memang suka bermain-main dengan wanita dulu.Akan tetapi itu dulu, sebelum aku memutuskan jatuh cinta pada Dara.Saat ini, aku merasakan gejolak itu lagi. Ingin rasanya aku menikmati permainanan yang dulu pernah aku gemari.Oh, Puja ....Kenapa lekuk tubuhnya tampak begitu menggoda. Aku tak boleh terus berpikir b

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Sosok Puja, Asisten baru Riko

    ***Aku bergegas menuju arah pulang. Namun, sebelum itu aku singgah ke sebuah toko perhiasan.Kupilih dua kalung berbentuk hati."Berapa harga kalung ini?" tanyaku pada penjual berlian itu."Setengah M saja Tuan muda," ucapnya."Saya mau dua."Setelah selesai menggesekkan kartu ajaibku, kini aku pulang.Aku menyebut tabungan di setiap kartu ATM maupun kartu credit ini sebagai kartu ajaib.Mobilku melaju dengan cepat. Ada rasa bahagia yang tak bisa aku ucapkan dengan kata-kata saat ini.Sampai di depan halaman, aku melihat sosok laki-laki bergegas pergi ketika melihat mobilku menuju ke sana.Berjubah sangat panjang orang itu. Aku jadi penasaran. Bahkan aku sangat takut jika hal buruk sedang seseorang rencanakan.Kupercepat langkahku turun dari mobil. Akhir-akhir ini aku memang sering menyetir sendiri. Karena Pak Tarjo sudah aku perintahkan untuk mengawasi keadaan di rumah."Oma, aku

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   POV Riko

    ***Aku mendapat kabar dari Pak Tarjo bahwa istriku diculik. Detik itu juga aku langsung menghubungi polisi.Saat kami tiba di tempat penyekapan Dara, aku sangat terkejut menyaksikan Mami lagi yang melakukan tindak kejahatan itu. Namun, Mami tak sendiri kali ini. Ada Grecia yang menjadi rekan kerjanya.Aku sangat kesal. Emosiku sudah tak tertahan. Polisi pun melepaskan tembakan. Kini Mami dan Grecia sedang dalam perawatan medis. Setelah keduanya sadar nanti, maka aku akan tetap menjebloskan dalam penjara."Sayang, istirahatlah! Biar Mas saja yang ke rumah sakit melihat kondisi Mami dan Grecia," ujarku mengantar Dara ke dalam kamar.Dara mengangguk. Ia masih terlihat syok. Oma, dan mertuaku menemaninya.Kini aku berangkat dengan Pak Tarjo.Dua puluh menit berlalu ....Aku pun sampai di rumah sakit yang tak jauh dari penjara itu."Bagaimana keadaan mereka?" tanyaku." Pasien bernama Greci

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   POV Dara

    ***POV Dara.Aku berangkat ke kantor sendirian. Mas Riko pergi mencari pelaku kejahatan itu.Aku diantar Pak Tarjo. Namun, di jalan tiba-tiba ada yang menghadang mobil kami."Siapa itu, Pak?" tanyaku bingung."Saya juga tidak tahu, Non."Pak Tarjo turun, sedangkan aku tetap menunggu di dalam mobil.Bugh!Bugh!Dua pukulan mendarat di wajah Pak Tarjo. Aku jadi ketakutan. Sebenarnya siapa mereka?Pak Tarjo tersungkur lemah, kini dua pria berbadan kekar itu membuka pintu mobilku secara paksa."Ikut kami!" perintahnya menarik tanganku."Tidak! Lepaskan saya!" Aku mencoba berontak.Mereka terlalu kuat, aku tak mampu melawan. Kini aku dibawa paksa menggunakan mobilnya.Pak Tarjo hanya meringis sambil berteriak mencaci para penjahat ini.Kini aku sudah berada di dalam mobil mereka."Mau apa kalian? Lepaskan saya!" hardikku."Diamlah! Kau akan bertemu

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Memenjarakan orang tua sendiri

    ***Seminggu berlalu, keadaan mertuaku mulai membaik. Namun, ia kehilangan suaranya.Menurut dokter ada yang meminumkan sesuatu padanya hingga mengakibatkan kehilangan suara.Tubuh mertuaku juga masih lemah. Tidak bisa dimintai keterangan saat ini.Sedangkan polisi sudah menemukan jejak pelaku. Robekkan baju itu, benar-benar milik Mbok Inem. Akan tetapi Mbok Inem hanya menjalankan tugas. Ada seseorang yang mengendalikannya.Aku sampai di kantor polisi sendirian. Mbok Inem sudah ditangkap."Pelaku masih tidak ingin mengatakan siapa yang menyuruhnya," ujar polisi."Izinkan saya bicara pada Mbok Inem, Pak!""Baiklah."Kini Mbok Inem sedang dibawa menuju ke hadapanku."Tu-tuan muda," lirihnya menunduk."Mbok, katakan yang sebenarnya! Siapa yang menyuruh si Mbok melakukan perbuatan tercela itu?" Aku menatap serius."Maafkan si Mbok, Tuan muda. Mbok terpaksa karena diancam.""Apapu

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Ibu bersimbah darah

    ***Dara histeris ketika mendapati sang Ibu sudah tergeletak bersimbah darah."Bu, bangun!" teriak Dara sambil mengguncang tubuh sang Ibu.Aku terdiam tak berdaya. Apa yang telah terjadi di keluargaku?"Ayo kita bawa ke rumah sakit," ujarku.Ibu mertuaku itu masih bernafas, aku harap kami tidak terlambat sampai di rumah sakit.Setelah menempuh kurang lebih tiga puluh menit. Kini aku dan Dara sampai di depan rumah sakit.Ibu langsung ditangani oleh ahlinya. Aku dan Dara saling menguatkan tanpa banyak bicara.Seketika aku teringat pada Oma. Jangan sampai ada yang berniat buruk juga terhadapnya.Aku mencoba menelepon dan memberitahunya."Halo, Oma.""Iya, sayang. Ada apa?""Mertuaku tadi tergelak bersimbah darah di rumah. Sekarang kami semua sudah berada di rumah sakit.""Apa?!"Oma terdengar sangat terjejut."Iya, Oma. Aku sangat khawatir dengan kondisi Oma yang tinggal s

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Ancaman

    ***Pagi tiba, aku dan Dara bangun bersamaan. Istri cantikku ini tersenyum sangat manis di pagi hari."Selamat pagi istriku," sapaku mesra."Pagi juga, Tuan muda.""Tuan muda? Ganti ah, gak seru," godaku."Ganti apa ya?" Dara berpikir sambil memutar matanya ke atas."Panggil Mas aja, nanti kalau kita sudah punya Anak, baru deh panggil Ayah," ujarku.Dara mengangguk setuju. Setelah puas bercanda di pagi hari. Kini kami mandi bersama. Malam pertama yang tertunda, terlaksana di pagi harinya.***Setelah selesai, aku dan Dara memakai baju untuk keluar bersarapan.Oma sudah menunggu di meja makan. Wajah Oma cerah, tampak sangat bahagia."Selamat pagi, Oma." Aku menyapa."Pagi juga Cucu tampan, Oma."Aku sangat tersanjung, Oma masih menyayangiku. Tak ada perubahan di dirinya.Ibu mertuaku sudah datang menyiapkan makanan."Darmi, ayo duduk di sini! Mulai hari ini kamu tidak pe

  • SI KEPALA BATU JATUH CINTA   Pernikahan Riko dan Dara

    ***Cukup lama Oma pergi, kini ia telah kembali. Aku menghampiri Oma yang tengah beristirahat di ruang tengah."Oma dari mana?" tanyaku sedikit canggung."Ada urusan. Oya, Rik. Kapan kamu akan menikahi Dara?""Belum kepikiran Oma. Apa lagi sekarang masalah yang kita hadapi sangat berat.""Sudah, lupakan saja! Sekarang fokus pada hubungan kalian! Masalah Mamimu biar Oma yang mengurusnya," ujar Oma.Aku menatap Oma cukup lama. Aku bukan Cucu kandungnya. Apakah kasih sayang Oma terhadapku akan pudar."Oma tahu apa yang sekarang sedang kamu pikirkan. Jangan khawatir, Oma tetap menyayangimu, tidak ada yang berubah."Mendengar ucapan Oma itu, aku langsung memeluk Oma dengan erat."Terima kasih, Oma. Aku sungguh malu menerima kenyataan ini. Jika bisa memilih, maka aku akan lebih memilih untuk tidak dilahirkan saja," paparku yang semakin sedih."Jangan berkata seperti itu! Kamu tetaplah

DMCA.com Protection Status