SETELAH KITA BERPISAH 23.**PoV AuthorYudha melangkah cepat untuk bertemu dengan kakaknya. Dia terkejut sekali mengetahui kabar kakaknya yang ditabrak orang yang tak dikenal. Hingga akhirnya lelaki muda itu sampai juga dan sudah melihat Tante Dina duduk di depan ruang perawatan Rizka. Segera Yudha melangkah agar cepat mengetahui kabar dari Rizka"Tante, bagaimana Kak Rizka?" tanyanya."Lagi di periksa, Yudha. Kita doa yang terbaik aja semoga Kakak kamu nggak apa-apa."Tak lama berselang Dokter pun keluar dari ruang perawatan Rizka. Mereka berdua segera bertanya ke Dokter apa yang terjadi dengan Rizka? Bagaimana kondisinya?"Bagaimana kabar Rizka, Dokter? Dia baik-baik saja, 'kan? Bayi yang ada dalam kandungannya, bagaimana? Kami sangat khawatir?" tanya Tante Dina cemas."Alhamdulillah, Bu. Bu Rizka hanya mengalami luka lecet saja. Insya Allah kandungannya baik-baik saja, bayinya sangat kuat," kata Dokter.Mereka berdua menghela nafas panjang bersyukur kalau tidak terjadi apa-apa den
Yudha pun setuju ketika dia berbicara dengan Zaki. Akhirnya Yuda membantu Zaki menuju ke ruang perawatan Rizka.Zaki mengatakan tangannya sedikit sakit tetapi kakinya tidak terlalu sakit. Apabila dirawat secara baik akan segera sembuh. Tangannya yang mungkin harus dilakukan perawatan intensif.Yudha juga tidak menyangka kalau sifat Zaki dan Hans sungguh sangat berbeda. Bagaikan langit dan bumi. Hans sangat sombong, kemungkinan karena dia seorang pejabat publik jadi dia merasa di atas awan. Dia merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Sedangkan Zaki bersikap apa adanya dan biasa-biasa saja, ramah dan baik.Saat Zaki sudah sampai ke ruang perawatan Rizka. Perempuan itu sudah sadar. Dia bersama dengan Tante Dina. Rizka pun kaget dan dia tahu Zaki yang menyelamatkan dirinya.Sekarang Zaki harus repot-repot datang kemari, kemarahan Rizka masih belum reda ke mantan suami tapi dia sangat bersyukur karena Zaki sudah mau membantunya."Bang Zaki," sahut Rizka."Rizka. Abang sudah dengar beb
SETELAH KITA BERPISAH 24.**PoV Author.Ucapan Zaki barusan bagaikan sebuah ejekan untuk Rizka, dia tertawa mendengarnya."Kamu mau bertanggung jawab kepadaku, Bang. Kamu ini ngejek ya? Hidupku lagi sulit. Tolong jangan dipersulit dengan ucapanmu yang nggak masuk akal!" kata Rizka."Rizka, Abang serius. Abang serius ingin bertanggung jawab kepadamu. Bagaimanapun anak yang ada di kandunganmu memerlukan sosok ayah. Abang tidak akan menjadi seperti Hans. Abang benar-benar akan bertanggung jawab kepada Rizka dan anak yang ada dalam kandungan Rizka dan memberikan yang terbaik.""Kenapa? Kenapa kamu mau melakukan itu. Tidak mungkin tanpa alasan kan, Bang. kalau kamu bertanggung jawab padaku dan kamu ingin menikah denganku. Otomatis masa depanmu juga akan dipertaruhkan dalam hal ini." Rizka heran dengan pikiran Zaki."Masa depan Abang nggak pernah dipertaruhkan karena abang berniat menikahi Rizka."Rizka tertawa getir mendengar ucapan Zaki."Aku tanya lebih spesifik. Kenapa Bang? Kenapa kam
"Bang aku mohon beri aku waktu. Aku tidak bisa memutuskan sekarang dan terima kasih karena kamu sudah mengungkapkan perasaanmu. Cuma aku nggak tahu mau berbicara dan membalas apa. Saat ini bukan itu fokusku. Aku hanya ingin melahirkan anak ini. Meskipun benar yang Abang katakan kalau aku membutuhkan pendamping dan juga Ayah untuk anak ini. Anak ini akan kehilangan dan kekurangan kasih sayang ayahnya. Tapi aku sekarang tidak ingin memikirkan itu. Aku ingin sehat dan aku ingin tahu siapa orang yang tega melakukan kejahatan ini padaku."Rizka memberikan penjelasan. Dia tak tahu harus apa dengan ungkapan perasaan Zaki yang tiba-tiba."Iya Rizka. Abang hanya ingin kamu memikirkannya saja. Semoga ada jalan yang terbaik untuk kita semuanya.""Aku hanya menginginkan Abang tidak mengatakan apa-apa ke Bang Hans soal anak yang ada dalam kandunganku. Aku nggak tahu apa yang terjadi kalau dia tahu. Mungkin aja dia ingin melenyapkan ku dan bayi ini untuk kedua kalinya. Aku memang tak punya bukti in
SETELAH KITA BERPISAH 25.**Ketika kedua orang tuanya sudah tidak ada lagi di ruang perawatan. Zaki mencoba bangkit. Dia berusaha sekuat tenaga agar bisa duduk saat berbicara dengan adiknya, Hans.Setelah berusaha susah payah. Zaki bisa duduk di bangsal istirahatnya. Rasanya lebih nyaman ketika berbicara dalam posisi duduk daripada berbaring.Berbaring, maka dia akan terlihat sangat lemah. Zaki harus kuat. Bukankah Zaki berjanji ke Rizka akan menjaga Rizka dan bahkan berjanji kepada Rizka mau menikahi wanita itu."Apa yang ingin kamu bicarakan, Bang? Sampai kamu tidak menginginkan Bapak dan ibu mendengarkan pembicaraan kita!" Hans berkata santai."Kenapa ada manusia terburuk seperti kamu? Sudah diberikan Istri setia, baik tapi kamu menggantinya dengan perempuan lain. Di mana pikiran kamu?!" kata Zaki di awal pembicaraannya sebelum dia mengintimidasi lebih lanjut."Aku tahu kamu yang menyelamatkan perempuan itu! Kenapa juga ada lelaki bodoh sepertimu yang sudah tahu dia bekas orang la
Saat sudah mulai terjadi pertikaian sengit di antara mereka. Ibu dan bapaknya Zaki datang. Bu Nining sedikit kaget ketika kedua anaknya bersiteru. Bapaknya juga."Ada masalah apa, Zaki, Hans?" tanya Bapaknya.Bu Nining meletakkan obat yang tadi diambil dari apotek. Wanita paruh baya itu duduk di sisi anaknya, Zaki."Nggak ada masalah apa-apa kok, Pak. hanya masalah kecil saja. Aku keluar dulu!"Karena malas membahasnya dan juga Hans tidak ingin ketahuan. Dia harus segera keluar dari ruang perawatan Zaki. Tidak ingin terlibat konflik lebih lanjut."Zaki kamu ceritakan sama Ibu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bu Nining ingin tahu setelah Hans keluar. "Ibu tahu nggak kalau aku ada di rumah sakit karena menyelamatkan Rizka. Dia hampir tertabrak. Dia hampir kecelakaan akibat ulah orang yang gak dikenal."Bapaknya serta Bu Nining merasa kasus ini serius. Mereka lebih dekat lagi mendengarkan cerita Zaki. Sebenarnya ada kabar kalau Zaki dan seorang perempuan tertabrak tetapi Bu Nining ti
SETELAH KITA BERPISAH 26.**Setelah kejadian itu. Rizka menjadi sedikit trauma. Dia masih terus terbayang-bayang ketika dirinya hampir ditabrak oleh orang yang tak dikenal yang saat itu lelaki tersebut membuka sedikit helmnya. Hal itu tidak pernah bisa dilupakan Rizka. Rizka merasa diincar dan ingin dicelakakan seperti malam ini. Dia terbangun dari mimpi buruknya. Keringat bercucuran di dahi wanita tersebut. Rizka segera mengambil air hangat yang ada di nakas dan meminumnya perlahan. Rizka mengelus perutnya yang sudah mulai membesar. Riska tak tahu kenapa anak dalam kandungannya ini begitu kuat. Padahal dia sudah hampir kecelakaan. Allah pasti memberi sebab mempertahankan bayi yang ada dalam kandungannya. Rizka mengambil air wudhu untuk memberi ketenangan pada dirinya. Serta rasa khawatir dalam dirinya saat ini. Saat air wudhu itu menyerap ke seluruh permukaan kulitnya. Rizka merasa syahdu dan lebih nyaman. Dia menutup matanya membiarkan kenyamanan itu menjalar ke seluruh tubuhny
Delia memang sengaja datang ke persidangan untuk mengejek Rizka. Beberapa waktu yang lalu Delia sempat down akibat Rizka yang menjatuhkannya. Di mana dia harus minta maaf dan sangat terpuruk akan hal itu. Delia tidak mau berlarut-larut. Kali ini waktunya untuk membalas Rizka. Apalagi Delia tahu kalau Rizka nyaris ditabrak orang. Dia berpikir. Kenapa Rizka tidak mati saja? Kenapa harus hidup sampai sekarang? Rasa benci Delia ke Rizka sungguh sangat besar dan menjadi-jadi. "Makasih, Sayang. Sebentar lagi kita akan menikah kamu jangan khawatir." "Aku juga dalam beberapa waktu akan ketuk palu perceraian. Setelah 3 bulan kita harus menikah secepatnya kalau bisa jangan ada lagi orang pengganggu yang merusak hubungan kita." Delia mengatakan itu dengan lantang di depan Rizka. Rizka mencibir perkataannya. Delia yang merusak rumah tangganya. Di mana-mana pelakor memang nggak tahu malu. Sudah merusak rumah tangga orang, sudah salah tapi tetap menyalahkan istri sah. "Oh, ternyata ada mantan
Kenapa rasa benci dan suka begitu cepat datang dan hilang? Apalagi sekarang dia melihat Rizka jauh lebih baik, jauh lebih cantik dari biasanya. Andai saja waktu bisa diulang. Jujur saja Hans tidak ingin kehilangan Rizka dan tidak ingin selingkuh dengan Delia.Dia ingin memperbaiki kehidupan rumah tangga mereka menjadi suami yang baik serta menjadi ayah yang baik untuk Rahman tapi semuanya sudah terlambat sekarang Zaki, abang kandungnya sudah menjadi suami Rizka.Semua sudah tidak lagi sama setelah mereka berpisah. Begitu banyak hal yang terjadi dan hal yang terjadi mengecewakan hidup Hans."Rizka ..." Dengan suara bergetar Hans membuka percakapan.Riska masih diam tidak menanggapinya. Entah apa yang diinginkan Hans di depannya ini."Apa yang kamu inginkan, Bang? Kenapa kamu menyuruhku datang kemari. Tidak puaskah kau ingin mencelakakan anakku. Kalau tidak datang tepat waktu mungkin anakku tinggal nama. Apakah itu keinginanmu?!"Akhirnya Rizka buka suara, tidak tahan lagi, dia meluapka
SETELAH KITA BERPISAH BAB ENDING**Dengan terpaksa Riska menyetujui untuk datang menjumpai Hans di lembaga pemasyarakatan. Walau hatinya menolak keras untuk menjumpai lelaki yang sudah membuat hidupnya hancur, Tapi dia nggak kuasa melihat ibu mertuanya yang menangis-nangis di depannya. Bu Nining menangis-nangis di depan Zaki, suaminya serta Ayah mertuanya.Saat itu Rizka mendapatkan keputusan yang tersulit jadi untuk menghentikan tangis wanita paruh baya itu dengan terpaksa dia harus menyetujuinya.Seketika Bu Nining menghentikan tangisannya saat Rizka setuju untuk menjumpai Hans di penjara. Karena memang itulah tujuan dari Bu Nining datang menjumpai Rizka.Bu Nining akan berupaya agar Hans bisa berbicara serta meminta maaf kepada Rizka atas apa yang sudah dilakukannya terhadap putra mereka.Bu Nining sangat khawatir Karena bagaimanapun Rahman adalah anaknya. Seharusnya mereka memiliki hubungan baik antara ayah dan anak. Tapi sebaliknya begitu banyak permasalahan yang terjadi sehingg
Rizka mengganggukan kepalanya. Namun perasaan Rizka tidak enak. Apakah kedua orang tua Zaki menginginkan hal lain. Semoga saja perasaannya tidak benar dan mereka datang hanya untuk silaturahmi belaka.Zaki pun keluar dari ruangan yang biasa mereka gunakan ketika tinggal di sini. Zaki sengaja merenovasi sebuah ruangan untuk tempat tinggal mereka ketika mereka pulang kampung. Tak mungkin juga mereka tinggal terlalu lama di Hotel. Apalagi ada kasus seperti ini."Bapak, Ibu."Zaki pun duduk bersama kedua orang tuanya. Bapaknya menepuk bahu anaknya."Zaki. Kalian mau ke kota?" tanya Bapak."Iya, Pak. Rencananya kami besok pulang. Kasihan juga Rizka dan Rahman. Mereka sudah di sini terlalu lama dan mengalami kejadian yang kurang menyenangkan.""Zaki, sebelumnya Bapak ingin meminta sesuatu kepada kalian bisa kamu panggilkan Rizka sebentar saja. Ada yang ingin disampaikan."Mendengar ucapan dari Bapak di balik tembok, Rizka juga penasaran. Sebenarnya apa yang mereka inginkan sampai harus mema
SETELAH KITA BERPISAH 44.**Bu Nining gak bisa menjanjikan yang terlalu banyak kepada Hans, dia tahu Rizka akan menolak untuk bertemu dengannya. Tetapi melihat putranya yang murung, bersedih saat menjadi pesakitan di dalam tahanan membuat Bu Nining juga ikut merasa sedih.Kini setelah pulang dari lapas ketika selesai mengunjungi anaknya. Bu Nining terlihat masih kepikiran atas permintaan Hans yang menginginkan Rizka untuk menjenguknya beserta juga dengan putra, Rahman. Mungkin juga Hans ingin memohon maaf atas segala kesalahannya."Bu. Kamu mikirin apa sih dari kemarin kayaknya melamun terus?" tanya suaminya."Pak, kasihan juga ya si Hans. Ibu nggak nyangka kalau kehidupannya jadi kayak begini. Padahal dulu dia itu anak kebanggaan. Bisa jadi pegawai negeri tapi sekarang dia juga terancam di pecat dari pekerjaannya gara-gara kesalahan kecil aja."Wanita paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia masih betah melamun. Sang suami duduk di sisinya. Bapak menatap istrinya."Nggak bisa dibi
Hans menahan air matanya. Dia akhirnya menangis sedih. Air mata penyesalan dan air mata ketakutan. Setelah apa yang dialaminya di dalam penjara."Aku gak mau di pecat dan di penjara, Pak!" Hans tersedu. "Sabar, Nak. Rizka juga nggak mau mencabut laporannya. Ibu juga nggak menyangka kalau Rahman itu anak kandungmu. Semua yang terjadi cobaan." Bu Nining menyambung.Mendengar ucapan ibunya semakin berkecamuklah hati Hans. Rasa bersalah semakin menjadi.Hans teringat ketika menyiksa Rahman. Mungkin kalau dia tahu Rahman adalah anak kandungnya. Dia tidak akan melakukan ini. Kenapa Rizka harus merahasiakan ini? Kenapa tidak memberitahukan Hans kalau Rahman adalah anak kandungnya? Kenapa Rizka menutup-nutupi semuanya? Sekarang dia harus mendekam di penjara. Gara-gara kesalahannya dan juga kesalahan Rizka yang tidak memberitahu dari awal."Kenapa dia gak bilang, Bu. Kenapa Rizka gak bilang kalau itu anakku!" kata Hans protes. Dia protes sambil menangis dan sedikit teriak. Rasa kalut Hans k
SETELAH KITA BERPISAH 43.**Alangkah bahagianya Hans ketika dikunjungi keluarganya. Kali ini Ibunya datang bersamaan dengan ayahnya serta Dita, adiknya. Mereka sengaja datang bertiga untuk mengunjungi Hans yang sedang ditahan di lapas.Sementara itu Zaki beserta Rizka tidak datang. Hans cukup sadar diri, dia tahu Rizka sangat membencinya.Hans masih sangat terpukul dengan berita kalau Rahman anak yang sengaja diculiknya dan ingin dihabisinya itu adalah anak kandungnya. Hans ingin mendengar sendiri dari bibir keluarganya apa yang terjadi sebenarnya.Menurut pengakuan Polisi. Setelah dilakukan tes DNA dan hasilnya keluar. Hans adalah Ayah kandungnya. Kini Hans tinggal menunggu proses pengadilan dan hukuman apa yang didapatkannya setelah dia melakukan tindak kejahatan, menculik anak serta melakukan tindakan penganiayaan.Bu Nining merasa sedih melihat putranya yang sedang duduk di hadapannya dan sangat terlihat kacau. Semangat hidupnya seakan-akan sirna. Wanita paruh baya itu tidak meli
Perlahan kepala Rizka mengangguk pertanda dia setuju untuk pergi ke rumah ibu mertua. Zaki merasa lega, dia tahu Rizka adalah wanita yang patuh. Zaki mengelus pundak istrinya dengan rasa sayang agar Rizka jauh lebih tenang menghadapi segala persoalan di rumahnya nanti.**Dengan perasaan yang bergejolak. Rizka menekan perasaan malasnya. Seharusnya mereka yang datang menjumpai Rahman yang sedang sakit tetapi justru keegoisan keluarga Hans menuntun Rizka untuk datang juga ke rumah Ibu mertuanya. Entah masalah apa yang akan dibicarakan mereka."Assalamualaikum."Zaki mengucapkan salam ke semuanya. Di jawab oleh Bapaknya. Sekarang semuanya sudah berkumpul. Di sana Ibu, Bapaknya, adiknya, Dita, Zaki Rizka dan juga Rahman yang sudah jauh lebih tenang dan kesehatannya juga lebih membaik.Yang tidak ada di sana hanya Hans karena Hans sudah ditangkap polisi seminggu yang lalu dan kasusnya tetap bergulir.Dengan perasaan yang tidak nyaman Rizka penduduk di samping Zaki dan akan mendengarkan apa
SETELAH KITA BERPISAH 42.**Netra Hans melotot ketika melihat lelaki berseragam mengejar dirinya. Spontan dia berlari. Seharusnya jika tidak bersalah, Hans tidak perlu takut. Tetapi dia tahu kalau dia salah. Hans salah sudah melakukan kekerasan ke seorang bayi dan dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Polisi pun bergerak cepat untuk mengamankan Hans. Akhirnya dibantu juga oleh warga. Hans bisa ditangkap untuk dibawa ke kantor Polisi serta dimintai keterangan."Saya nggak bersalah, Pak. Kenapa Bapak harus menangkap saya?!" katanya berdalih."Kami punya surat penangkapan Bapak karena Bapak dilaporkan sudah melakukan tindak kekerasan. Persoalan kekerasan ini bukan persoalan kejahatan biasa jadi harus segera diadili secepatnya!"Hans masih berusaha melepaskan diri tapi apa daya. Dia sudah tertangkap, dia harus dipenjara lagi. Trauma itu masih tersisa ketika dia di penjara di rumah tahanan wilayatul hisbah. Sekarang mungkin dia akan dipenjara dengan penjara sebenarnya bukan penja
Mata Rizka membola melihat mantan suaminya serta Ibu mertuanya akan segera mendatanginya. Wajah Rizka berubah ketus dengan amarah yang memuncak. Dia ingin sekali mencakar-cakar Hans yang sudah membuat anaknya trauma. Gara-gara Hans anaknya harus dirawat intensif di rumah sakit.Bayinya mengalami beberapa kekerasan yang menyebabkan ketakutan luar biasa sehingga benar-benar harus dilakukan perawatan kondusif agar bayinya tidak trauma lagi dan bisa kembali sehat."Rizka ..."Suara bariton itu memanggilnya tetapi Rizka sangat jijik mendengarnya."Pergi dari sini! Apa yang kamu inginkan? Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja, Bang."Rizka sedikit berteriak karena dia tidak suka dengan kehadiran Hans serta Ibu mertua yang tidak bersikap bersahabat."Aku datang hanya mau tanya dan tau kebenaran tantang bayi itu. Kamu sengaja mau mempermainkan aku?!" Hans berkata garang."Pergi kamu dari sini! Untuk apa kamu tahu kebenaran. Aku sudah mengatakannya tadi dan aku tidak akan mengulang per