SETELAH KITA BERPISAH 13**PoV Rizka.Aku sudah datang ke sini untuk memenuhi panggilan dari ibu mertua. Kondisi kesehatanku dua hari ini kurang membaik. Aku juga nggak tahu kenapa? Bahkan pekerjaanku terbengkalai.Sebenarnya aku ingin memberi kejutan ke Bang Hans kalau sekarang sudah bekerja. Meskipun dia memandang sebelah mata pekerjaanku tapi omsetku belakangan ini naik pesat. Yang Bang Hans tahu aku hanya jualan online kecil-kecilan dan kurang laku.Awalnya aku hanya iseng, aku hanya di rumah dan tidak bekerja. Bang Hans memintaku tidak bekerja dan hanya mengharapkan pemberiannya. Tapi benar-benar pemberian yang diberikan Bang Hans tidak mencukupi. Bukan aku tidak bersyukur. Namun ada saja ucapan Bang Hans yang mengatakan kalau uangnya sudah terpakai jadi aku harus benar-benar hemat menjadi seorang istri. Semua kulakukan demi mendapat anak sehingga aku berhenti bekerja. Dulu aku bekerja sebagai pegawai honorer dengan gaji lumayan. Tapi, sudahlah.Dari sanalah aku mulai berjualan
Aku berkata panjang agar mereka juga paham. Mendengar perkataanku ayah mertua salah tingkah. Dia diam juga seribu bahasa tidak berani menyela perkataan istrinya. Begitu pula Dita yang menyimak saja. Tetapi aku tahu dia tidak menyukaiku. Mungkin terkena hasutan dari ibunya. Setelah lebih tenang dan suaraku Bisa lebih normal lagi tidak bergetar seperti tadi kulanjutkan ucapanku."Wajar jika saya melaporkan perbuatan Bang Hans ke polisi, dia sudah berzina. Mungkin kalau posisinya di balik. Bang Hans juga pasti akan melaporkan perbuatan saya. Terlalu sakit hati dengan apa yang dilakukannya!" ucapku melirik suamiku yang semakin garang menatapku."Ku-rang a-jar kamu, Rizka! Kamu hanya mikirin diri kamu sendiri dan kamu tidak pernah berpikir tentang aku yang menahan malu ketika dicambuk. Aku udah muak sama kamu Rizka! Benar-benar muak dengan kelakuan kamu!""Kamu muak dengan kelakuan aku sementara aku juga sama Bang. Perkataan kamu selama ini menyakiti ku. Aku berusaha menjadi istri yang bai
SETELAH KITA BERPISAH 14.**PoV Author.Keluarga Hans masih berkumpul di ruang tamu beberapa saat setelah Rizka meninggalkan rumah. Zaki masuk begitu saja ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.Zaki mengetahui kalau baru saja Hans menceraikan Rizka. Sebenarnya Zaki sudah ada di luar dari tadi. Namun dia membiarkan mereka menyelesaikan masalah keluarganya tanpa menyela sama sekali. Zaki tidak mau Hans menyalahkan dirinya dan menuduhnya yang bukan-bukan. Zaki malas ribut.Zaki melihat adik keduanya tersebut menghela nafas panjang setelah melakukan hal besar dalam hidupnya yaitu menceraikan Rizka dan tidak menganggap Rizka sebagai istrinya. Tapi Zaki saat ini hanya menyimak saja membiarkan masalah bergulir.Sementara Hans sendiri sebenarnya tidak ada rasa kecewa ketika sudah menceraikan Rizka. Dia menganggap Rizka perempuan mandul. Sudah hampir setahun berobat ke sana, kemari tapi tidak juga berhasil. Oleh karena itu dia mencari kesenangan baru dan menemukan Delia. Hans tidak pernah me
[Abang, aku akan memenuhi panggilan cerai dari suamiku, dia sudah mendaftarkan perceraian ke pengadilan agama. Aku sebentar lagi akan berpisah dengannya. Bagaimana denganmu? Kapan kamu berpisah dengan istrimu? Kamu udah bilang kan Bang ke keluargamu kalau kamu akan menikahiku?][Iya, Sayang. Kamu tenang aja. Abang akan menikahimu. Abang juga sudah menceraikan Rizka. Tapi masih cerai di bawah tangan. Semoga aja keluargaku bisa menerima pernikahan kita.][Maksudnya menerima bagaimana? Apa mereka nggak setuju dengan pernikahan kita? Mereka nggak menyukai aku?] tanya Delia penasaran.[Enggak, Sayang. Kamu jangan khawatir semuanya baik-baik aja. Yang pasti setelah kamu bercerai dan tunggu masa iddah. Kita akan segera menikah.][Wah, aku sangat menunggu, Bang.]Hans mendesah. Bagaimana kalau Delia tahu keluarganya tidak setuju ketika dia menikahi Delia...Sementara itu beberapa hari setelah Hans menceraikannya. Rizka sudah punya agenda untuk mendaftarkan ke pengadilan agama kalau dalam sa
SETELAH KITA BERPISAH 15.**PoV AuthorDengan tangan bergetar Rizka memberikan hasil testpack tersebut ke Dokter yang menyuruhnya untuk memeriksa. Wajah Rizka pucat pasi. Pemandangan itu disaksikan Dina sang Tante dan juga Yudha. Sepertinya memang ada masalah dengan Rizka.Apakah penyakitnya parah sehingga dia pucat sedemikian rupa? Dina takut terjadi apa-apa dengan keponakannya. Mungkin terguncang akibat baru saja bercerai dengan Hans. Tapi, setahu Dina Rizka memang ingin bercerai. Hans menghianatinya. sungguh Dina kasihan dengan keponakannya yang teramat banyak tersakiti. Karena tersakiti Rizka jadi jatuh sakit.Ketika melihat hasil testpack tersebut. Dokter tersenyum. Dokter tidak tahu masalah yang sedang dihadapi Rizka. Dokter berpikir ini adalah suatu berita bahagia untuk sang pasien yang memeriksakan diri ke kliniknya.Senyum di bibir Dokter tersebut masih mengembang. Dia kemudian memberikan ucapan selamat ke Rizka yang tengah mengandung."Selamat ya ibu hamil. Siapa suami Ibu
Rizka hanya menganggukkan kepalanya. Dia kemudian diantar pulang oleh Yudha, adiknya. Dalam perjalanan Rizka tidak banyak berbicara. Merasa sedih dengan keadaan yang menimpanya terutama kandungannya yang dianggap menghambat ini."Kak, istirahat saja dulu. Aku akan ke Toko Kakak lagi. Membantu mereka bekerja sambil lihat-lihat," kata Yudha."Iya, di sana ada karyawan laki-laki kamu tanya saja sama dia dan awasi para karyawan kakak. Kakak percaya sama kamu. Kalau ada apa-apa hubungi segera."Yudha mengganggukan kepalanya. Dia pun berlalu untuk kembali ke Toko Rizka, sekalian ingin belajar dari Toko kakaknya.Dengan langkah gontai. Rizka masuk ke dalam kamar dan segera merebahkan dirinya di atas kasur. Sementara Dina sibuk menyiapkan bubur yang akan di konsumsi Rizka. Rizka memang sedikit sekali makan dengan kondisi kesehatan yang rentan. Dia masih juga memilih untuk ke Toko dan bekerja tadinya. Sampai setelah tahu kondisi kesehatan lemah akhirnya Rizka menyerah juga pulang ke rumah.Saa
SETELAH KITA BERPISAH 16.**PoV AuthorMereka berdua terkaget saat ada suara klakson. Yang meng-klakson pengendara sepeda motor yang terganggu ketika mobil Hans harus parkir di pinggir jalan satu arah."Bang, jangan parkir di sini. Mengganggu. Udah jalanan sempit. Cepat jalan. Anda itu mengganggu pengguna jalanan yang lain. Kalau ada mobil yang jalan nanti bakal sulit kalau Anda parkir sembarangan di sini!" katanya marah.Hans dan Delia terkaget. Untuk sementara mereka masih trauma akibat dicambuk 100 kali. Rasa sakit itu dan rasa malu masih mereka rasakan. Jadi saat ini mereka tidak mau cari masalah. Takut tertangkap lagi. Takut dihukum lagi dan takut berimbas ke masyarakat sosial serta pekerjaan."Bang Hans udahlah kita jalan aja," kata Delia panik.Hans pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu menuju kantor."Bang, pekerjaan aku berantakan gara-gara kejadian ini banyak orang yang mencibir dan menghujat. Apalagi Kantor baru dan orang baru!" Delia buka suara saat mobil sudah d
"Bang, Aku benci sekali dengan Rizka. Pokoknya aku akan membuat dia malu dan dia juga akan merasakan hal yang sama. Aku nggak akan membiarkan dia bahagia!" kata Delia."Iya, Abang juga sama. Abang nggak nyangka kalau Rizka tega melaporkan kita. Abang juga benci sekali sama dia. Emang kamu punya rencana apa?" tanya Hans. Delia menarik sudut bibirnya dengan licik setelah memikirkan rencana jahat.Mereka berdua memang serasi sama-sama pasangan dengan niatan jahat.Hingga akhirnya Hans sampai di kantor Delia. Efek kejadian mereka kepergok dan dihukum cambuk 100 kali. Hans memang tidak dipindah tugaskan tetapi jabatannya diturunkan. Sementara Delia dipindah tugaskan dengan jabatan yang diturunkan. Delia harus rela tidak satu kantor lagi dengan Hans untuk meminimalisir perbuatan m e s u m mereka di suatu hari nanti.Atasan mereka tahu kalau mereka pasti akan terus menjalin hubungan diam-diam meskipun sudah di cambuk. Efek jera hanya diatas kertas untuk pelakunya."Bang, aku kerja dulu," kat
Kenapa rasa benci dan suka begitu cepat datang dan hilang? Apalagi sekarang dia melihat Rizka jauh lebih baik, jauh lebih cantik dari biasanya. Andai saja waktu bisa diulang. Jujur saja Hans tidak ingin kehilangan Rizka dan tidak ingin selingkuh dengan Delia.Dia ingin memperbaiki kehidupan rumah tangga mereka menjadi suami yang baik serta menjadi ayah yang baik untuk Rahman tapi semuanya sudah terlambat sekarang Zaki, abang kandungnya sudah menjadi suami Rizka.Semua sudah tidak lagi sama setelah mereka berpisah. Begitu banyak hal yang terjadi dan hal yang terjadi mengecewakan hidup Hans."Rizka ..." Dengan suara bergetar Hans membuka percakapan.Riska masih diam tidak menanggapinya. Entah apa yang diinginkan Hans di depannya ini."Apa yang kamu inginkan, Bang? Kenapa kamu menyuruhku datang kemari. Tidak puaskah kau ingin mencelakakan anakku. Kalau tidak datang tepat waktu mungkin anakku tinggal nama. Apakah itu keinginanmu?!"Akhirnya Rizka buka suara, tidak tahan lagi, dia meluapka
SETELAH KITA BERPISAH BAB ENDING**Dengan terpaksa Riska menyetujui untuk datang menjumpai Hans di lembaga pemasyarakatan. Walau hatinya menolak keras untuk menjumpai lelaki yang sudah membuat hidupnya hancur, Tapi dia nggak kuasa melihat ibu mertuanya yang menangis-nangis di depannya. Bu Nining menangis-nangis di depan Zaki, suaminya serta Ayah mertuanya.Saat itu Rizka mendapatkan keputusan yang tersulit jadi untuk menghentikan tangis wanita paruh baya itu dengan terpaksa dia harus menyetujuinya.Seketika Bu Nining menghentikan tangisannya saat Rizka setuju untuk menjumpai Hans di penjara. Karena memang itulah tujuan dari Bu Nining datang menjumpai Rizka.Bu Nining akan berupaya agar Hans bisa berbicara serta meminta maaf kepada Rizka atas apa yang sudah dilakukannya terhadap putra mereka.Bu Nining sangat khawatir Karena bagaimanapun Rahman adalah anaknya. Seharusnya mereka memiliki hubungan baik antara ayah dan anak. Tapi sebaliknya begitu banyak permasalahan yang terjadi sehingg
Rizka mengganggukan kepalanya. Namun perasaan Rizka tidak enak. Apakah kedua orang tua Zaki menginginkan hal lain. Semoga saja perasaannya tidak benar dan mereka datang hanya untuk silaturahmi belaka.Zaki pun keluar dari ruangan yang biasa mereka gunakan ketika tinggal di sini. Zaki sengaja merenovasi sebuah ruangan untuk tempat tinggal mereka ketika mereka pulang kampung. Tak mungkin juga mereka tinggal terlalu lama di Hotel. Apalagi ada kasus seperti ini."Bapak, Ibu."Zaki pun duduk bersama kedua orang tuanya. Bapaknya menepuk bahu anaknya."Zaki. Kalian mau ke kota?" tanya Bapak."Iya, Pak. Rencananya kami besok pulang. Kasihan juga Rizka dan Rahman. Mereka sudah di sini terlalu lama dan mengalami kejadian yang kurang menyenangkan.""Zaki, sebelumnya Bapak ingin meminta sesuatu kepada kalian bisa kamu panggilkan Rizka sebentar saja. Ada yang ingin disampaikan."Mendengar ucapan dari Bapak di balik tembok, Rizka juga penasaran. Sebenarnya apa yang mereka inginkan sampai harus mema
SETELAH KITA BERPISAH 44.**Bu Nining gak bisa menjanjikan yang terlalu banyak kepada Hans, dia tahu Rizka akan menolak untuk bertemu dengannya. Tetapi melihat putranya yang murung, bersedih saat menjadi pesakitan di dalam tahanan membuat Bu Nining juga ikut merasa sedih.Kini setelah pulang dari lapas ketika selesai mengunjungi anaknya. Bu Nining terlihat masih kepikiran atas permintaan Hans yang menginginkan Rizka untuk menjenguknya beserta juga dengan putra, Rahman. Mungkin juga Hans ingin memohon maaf atas segala kesalahannya."Bu. Kamu mikirin apa sih dari kemarin kayaknya melamun terus?" tanya suaminya."Pak, kasihan juga ya si Hans. Ibu nggak nyangka kalau kehidupannya jadi kayak begini. Padahal dulu dia itu anak kebanggaan. Bisa jadi pegawai negeri tapi sekarang dia juga terancam di pecat dari pekerjaannya gara-gara kesalahan kecil aja."Wanita paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia masih betah melamun. Sang suami duduk di sisinya. Bapak menatap istrinya."Nggak bisa dibi
Hans menahan air matanya. Dia akhirnya menangis sedih. Air mata penyesalan dan air mata ketakutan. Setelah apa yang dialaminya di dalam penjara."Aku gak mau di pecat dan di penjara, Pak!" Hans tersedu. "Sabar, Nak. Rizka juga nggak mau mencabut laporannya. Ibu juga nggak menyangka kalau Rahman itu anak kandungmu. Semua yang terjadi cobaan." Bu Nining menyambung.Mendengar ucapan ibunya semakin berkecamuklah hati Hans. Rasa bersalah semakin menjadi.Hans teringat ketika menyiksa Rahman. Mungkin kalau dia tahu Rahman adalah anak kandungnya. Dia tidak akan melakukan ini. Kenapa Rizka harus merahasiakan ini? Kenapa tidak memberitahukan Hans kalau Rahman adalah anak kandungnya? Kenapa Rizka menutup-nutupi semuanya? Sekarang dia harus mendekam di penjara. Gara-gara kesalahannya dan juga kesalahan Rizka yang tidak memberitahu dari awal."Kenapa dia gak bilang, Bu. Kenapa Rizka gak bilang kalau itu anakku!" kata Hans protes. Dia protes sambil menangis dan sedikit teriak. Rasa kalut Hans k
SETELAH KITA BERPISAH 43.**Alangkah bahagianya Hans ketika dikunjungi keluarganya. Kali ini Ibunya datang bersamaan dengan ayahnya serta Dita, adiknya. Mereka sengaja datang bertiga untuk mengunjungi Hans yang sedang ditahan di lapas.Sementara itu Zaki beserta Rizka tidak datang. Hans cukup sadar diri, dia tahu Rizka sangat membencinya.Hans masih sangat terpukul dengan berita kalau Rahman anak yang sengaja diculiknya dan ingin dihabisinya itu adalah anak kandungnya. Hans ingin mendengar sendiri dari bibir keluarganya apa yang terjadi sebenarnya.Menurut pengakuan Polisi. Setelah dilakukan tes DNA dan hasilnya keluar. Hans adalah Ayah kandungnya. Kini Hans tinggal menunggu proses pengadilan dan hukuman apa yang didapatkannya setelah dia melakukan tindak kejahatan, menculik anak serta melakukan tindakan penganiayaan.Bu Nining merasa sedih melihat putranya yang sedang duduk di hadapannya dan sangat terlihat kacau. Semangat hidupnya seakan-akan sirna. Wanita paruh baya itu tidak meli
Perlahan kepala Rizka mengangguk pertanda dia setuju untuk pergi ke rumah ibu mertua. Zaki merasa lega, dia tahu Rizka adalah wanita yang patuh. Zaki mengelus pundak istrinya dengan rasa sayang agar Rizka jauh lebih tenang menghadapi segala persoalan di rumahnya nanti.**Dengan perasaan yang bergejolak. Rizka menekan perasaan malasnya. Seharusnya mereka yang datang menjumpai Rahman yang sedang sakit tetapi justru keegoisan keluarga Hans menuntun Rizka untuk datang juga ke rumah Ibu mertuanya. Entah masalah apa yang akan dibicarakan mereka."Assalamualaikum."Zaki mengucapkan salam ke semuanya. Di jawab oleh Bapaknya. Sekarang semuanya sudah berkumpul. Di sana Ibu, Bapaknya, adiknya, Dita, Zaki Rizka dan juga Rahman yang sudah jauh lebih tenang dan kesehatannya juga lebih membaik.Yang tidak ada di sana hanya Hans karena Hans sudah ditangkap polisi seminggu yang lalu dan kasusnya tetap bergulir.Dengan perasaan yang tidak nyaman Rizka penduduk di samping Zaki dan akan mendengarkan apa
SETELAH KITA BERPISAH 42.**Netra Hans melotot ketika melihat lelaki berseragam mengejar dirinya. Spontan dia berlari. Seharusnya jika tidak bersalah, Hans tidak perlu takut. Tetapi dia tahu kalau dia salah. Hans salah sudah melakukan kekerasan ke seorang bayi dan dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Polisi pun bergerak cepat untuk mengamankan Hans. Akhirnya dibantu juga oleh warga. Hans bisa ditangkap untuk dibawa ke kantor Polisi serta dimintai keterangan."Saya nggak bersalah, Pak. Kenapa Bapak harus menangkap saya?!" katanya berdalih."Kami punya surat penangkapan Bapak karena Bapak dilaporkan sudah melakukan tindak kekerasan. Persoalan kekerasan ini bukan persoalan kejahatan biasa jadi harus segera diadili secepatnya!"Hans masih berusaha melepaskan diri tapi apa daya. Dia sudah tertangkap, dia harus dipenjara lagi. Trauma itu masih tersisa ketika dia di penjara di rumah tahanan wilayatul hisbah. Sekarang mungkin dia akan dipenjara dengan penjara sebenarnya bukan penja
Mata Rizka membola melihat mantan suaminya serta Ibu mertuanya akan segera mendatanginya. Wajah Rizka berubah ketus dengan amarah yang memuncak. Dia ingin sekali mencakar-cakar Hans yang sudah membuat anaknya trauma. Gara-gara Hans anaknya harus dirawat intensif di rumah sakit.Bayinya mengalami beberapa kekerasan yang menyebabkan ketakutan luar biasa sehingga benar-benar harus dilakukan perawatan kondusif agar bayinya tidak trauma lagi dan bisa kembali sehat."Rizka ..."Suara bariton itu memanggilnya tetapi Rizka sangat jijik mendengarnya."Pergi dari sini! Apa yang kamu inginkan? Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja, Bang."Rizka sedikit berteriak karena dia tidak suka dengan kehadiran Hans serta Ibu mertua yang tidak bersikap bersahabat."Aku datang hanya mau tanya dan tau kebenaran tantang bayi itu. Kamu sengaja mau mempermainkan aku?!" Hans berkata garang."Pergi kamu dari sini! Untuk apa kamu tahu kebenaran. Aku sudah mengatakannya tadi dan aku tidak akan mengulang per