Rizka hanya menganggukkan kepalanya. Dia kemudian diantar pulang oleh Yudha, adiknya. Dalam perjalanan Rizka tidak banyak berbicara. Merasa sedih dengan keadaan yang menimpanya terutama kandungannya yang dianggap menghambat ini."Kak, istirahat saja dulu. Aku akan ke Toko Kakak lagi. Membantu mereka bekerja sambil lihat-lihat," kata Yudha."Iya, di sana ada karyawan laki-laki kamu tanya saja sama dia dan awasi para karyawan kakak. Kakak percaya sama kamu. Kalau ada apa-apa hubungi segera."Yudha mengganggukan kepalanya. Dia pun berlalu untuk kembali ke Toko Rizka, sekalian ingin belajar dari Toko kakaknya.Dengan langkah gontai. Rizka masuk ke dalam kamar dan segera merebahkan dirinya di atas kasur. Sementara Dina sibuk menyiapkan bubur yang akan di konsumsi Rizka. Rizka memang sedikit sekali makan dengan kondisi kesehatan yang rentan. Dia masih juga memilih untuk ke Toko dan bekerja tadinya. Sampai setelah tahu kondisi kesehatan lemah akhirnya Rizka menyerah juga pulang ke rumah.Saa
SETELAH KITA BERPISAH 16.**PoV AuthorMereka berdua terkaget saat ada suara klakson. Yang meng-klakson pengendara sepeda motor yang terganggu ketika mobil Hans harus parkir di pinggir jalan satu arah."Bang, jangan parkir di sini. Mengganggu. Udah jalanan sempit. Cepat jalan. Anda itu mengganggu pengguna jalanan yang lain. Kalau ada mobil yang jalan nanti bakal sulit kalau Anda parkir sembarangan di sini!" katanya marah.Hans dan Delia terkaget. Untuk sementara mereka masih trauma akibat dicambuk 100 kali. Rasa sakit itu dan rasa malu masih mereka rasakan. Jadi saat ini mereka tidak mau cari masalah. Takut tertangkap lagi. Takut dihukum lagi dan takut berimbas ke masyarakat sosial serta pekerjaan."Bang Hans udahlah kita jalan aja," kata Delia panik.Hans pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu menuju kantor."Bang, pekerjaan aku berantakan gara-gara kejadian ini banyak orang yang mencibir dan menghujat. Apalagi Kantor baru dan orang baru!" Delia buka suara saat mobil sudah d
"Bang, Aku benci sekali dengan Rizka. Pokoknya aku akan membuat dia malu dan dia juga akan merasakan hal yang sama. Aku nggak akan membiarkan dia bahagia!" kata Delia."Iya, Abang juga sama. Abang nggak nyangka kalau Rizka tega melaporkan kita. Abang juga benci sekali sama dia. Emang kamu punya rencana apa?" tanya Hans. Delia menarik sudut bibirnya dengan licik setelah memikirkan rencana jahat.Mereka berdua memang serasi sama-sama pasangan dengan niatan jahat.Hingga akhirnya Hans sampai di kantor Delia. Efek kejadian mereka kepergok dan dihukum cambuk 100 kali. Hans memang tidak dipindah tugaskan tetapi jabatannya diturunkan. Sementara Delia dipindah tugaskan dengan jabatan yang diturunkan. Delia harus rela tidak satu kantor lagi dengan Hans untuk meminimalisir perbuatan m e s u m mereka di suatu hari nanti.Atasan mereka tahu kalau mereka pasti akan terus menjalin hubungan diam-diam meskipun sudah di cambuk. Efek jera hanya diatas kertas untuk pelakunya."Bang, aku kerja dulu," kat
SETELAH KITA BERPISAH 17.**PoV Author"Keluar dari rumahku, Bang!"Rizka mengusir Hans dengan kasar agar keluar dari rumahnya. Rizka jijik dan muak dengan kedatangan Hans. Untuk apa laki-laki itu datang lagi ke rumahnya? Padahal mereka sudah bercerai. Hans sudah jelas menceraikannya di depan kedua orang tuanya dan Dita yang menjadi saksi.Karena rasa iri dengki yang sudah memenuhi perasaan Hans. Dia tidak peduli dengan pengusiran Rizka. Bentakan Rizka, semuanya hanya omong kosong baginya. Hans terus saja melangkah dengan pintu yang sudah terbuka lebar akibat ditolak begitu saja olehnya.Rizka terhuyung. Tapi Hans sama sekali nggak peduli. Dengan wajah bengis, dia maju perlahan-lahan memberikan aura ketakutan sendiri ke Rizka."Apa maumu, Bang! Pergi!" kata Rizka marah.Hans masih diam saja tapi dia tetap melangkah perlahan dan menakutkan."Ada apa, Mbak?!" kata Yudha datang bersama juga dengan Tante Dina.Mendengar teriakan Rizka. Mereka segera ke depan. Mungkin ada sesuatu yang ter
"Lagi pula dalam bisnisku itu nggak ada lagi hak-mu. Kamu udah menceraikanku. Kamu nggak punya hak apa-apa sama seperti aku juga nggak punya hak apa-apa terhadapmu. Yang perlu kamu pikirkan adalah memberikan nafkah iddah dan nafkah mut'ah kepadaku seperti perjanjian kita. Kalau kamu menunda-nunda untuk mengirimkan surat cerai kepadaku. Aku akan memberikan surat cerai kepadamu. Aku yang akan menggugat ke pengadilan agama!"Hans diam saat Rizka berhasil membalik keadaan menyerangnya. Yudha kembali dari gudang membawa karung pakaian Hans.Secara kasar Yudha memberikan pakaian dan seluruh berkas-berkas yang diminta Hans. Semuanya ada di dalam karung. Hans mendengkus kesal dengan perbuatan Rizka yang semena-mena."Semuanya sudah ada di sini, Bang. Aku jijik kalau pakaian dan seluruh barang-barangmu ada di lemariku. Sekarang kamu keluar dari rumahku karena kamu nggak berhak ada di sini!""Kau memang keterlaluan, Rizka! Kamu pikir ini barang rongsokan. Lihat saja Rizka aku nggak akan tinggal
SETELAH KITA BERPISAH 18.**POV RIZKA.Kepalaku rasanya berdenyut nyeri karena baru kali ini ada pelanggan yang memberikan bintang satu dan menghujat. Entah kenapa aku curiga kalau ini bukan pelanggan sembarangan. Selama ini mereka selalu mereview hal yang baik tentang produkku. Aku juga nggak mungkin sembarangan dalam membuat produk skincare. Aku benar-benar berkonsultasi dengan maklon yang terbaik dan sudah beberapa kali uji coba. Harganya juga mahal sepadan dengan pendapatan yang ku peroleh. Jadi gak bisa sembarangan."Apa yang dilakukannya berimbas ke pelanggan lain, Kak. Beberapa pelanggan membatalkan pesanan."Apa yang dikatakan Yudha membuat kepalaku berdenyut nyeri. Aku memegang pelipisku."Kamu nggak apa-apa kan, Kak?" tanyanya."Iya, hanya sedikit pusing saja. Maklum aku sedang hamil. Begini aja kita memang wajar mendapatkan pelanggan yang komplen. Tapi mungkin ini bukan pelanggan sembarangan Karena dia udah memberi bintang satu, mereview dengan tidak baik. Membuat konten d
Aku melirik jam tanganku dan sepertinya sudah waktunya makan siang. Rasa mual juga menyertaiku. Ketika aku hendak beranjak, tiba-tiba Mila datang menghampiri. Dia datang ke Tokoku. Senyumnya mengembang di wajahnya."Mila ...""Rizka," katanya. Dia membawa sesuatu di tangannya.Mila masuk ke ruangan dan duduk di depanku. Dia meletakkan bungkusan yang di bawahnya di meja."Tadi aku mampir ke rumahmu. Ku pikir kamu nggak kerja. Soalnya aku menghubungimu gak diangkat, mungkin kamu sibuk jadi aku mau hubungi Tante Dina. Katanya kamu bekerja. Padahal kamu lagi sakit. Emang kamu sakit apa? Kenapa masih bisa kerja? Sebagai temanmu, aku khawatir. Ini aku bawakan makanan untukmu. Kita makan sama-sama sekaligus ngobrol. Aku juga mau beli produk karena kulitku kayaknya udah kusam banget. Kamu rekomendasi buatku, Rizka." Mila berkata panjang lebar padaku."Wah, Alhamdulillah. Rezeki memang nggak ke mana. Makasih banget ya, Mil. Iya, aku memang kurang enak badan. Berapa hari ini sakit juga."Aku Da
SETELAH KITA BERPISAH 19.**PoV Author.Saat itu Mila menghubungi temannya yang bernama Bunga. Mila mengatakan kalau Bunga satu pekerjaan, satu kantor dengan Delia. Kebetulan kantor Delia juga sudah dipindahkan tidak bersama dengan kantor mantan suami Rizka lagi. Akibat perbuatan terlarang yang mereka lakukan kepergok serta dicambuk segala jadi atasan mereka punya hak untuk memindahkan mereka dan memisahkan mereka agar tidak berbuat lebih jauh lagi kedepannya.Ketika panggilan itu sudah tersambung. Rizka mendengarkan percakapan Mila dan juga teman yang bernama bunga itu. Singkat cerita Mila menceritakan apa yang diinginkan Rizka agar mau membantunya. Sebagai hadiah Rizka akan memberikan produk gratis ke Bunga apabila dia mau membantu. Seperangkat produk skincare gratis akan dikirim ke Bunga sebagai imbalannya.Tentu mendengar hal itu Bunga sangat antusias. Dia juga menggunakan produk skincare dari tokonya Rizka. Dia juga senang bisa mengenal Rizka di mana Bunga adalah pelanggan setia
Kenapa rasa benci dan suka begitu cepat datang dan hilang? Apalagi sekarang dia melihat Rizka jauh lebih baik, jauh lebih cantik dari biasanya. Andai saja waktu bisa diulang. Jujur saja Hans tidak ingin kehilangan Rizka dan tidak ingin selingkuh dengan Delia.Dia ingin memperbaiki kehidupan rumah tangga mereka menjadi suami yang baik serta menjadi ayah yang baik untuk Rahman tapi semuanya sudah terlambat sekarang Zaki, abang kandungnya sudah menjadi suami Rizka.Semua sudah tidak lagi sama setelah mereka berpisah. Begitu banyak hal yang terjadi dan hal yang terjadi mengecewakan hidup Hans."Rizka ..." Dengan suara bergetar Hans membuka percakapan.Riska masih diam tidak menanggapinya. Entah apa yang diinginkan Hans di depannya ini."Apa yang kamu inginkan, Bang? Kenapa kamu menyuruhku datang kemari. Tidak puaskah kau ingin mencelakakan anakku. Kalau tidak datang tepat waktu mungkin anakku tinggal nama. Apakah itu keinginanmu?!"Akhirnya Rizka buka suara, tidak tahan lagi, dia meluapka
SETELAH KITA BERPISAH BAB ENDING**Dengan terpaksa Riska menyetujui untuk datang menjumpai Hans di lembaga pemasyarakatan. Walau hatinya menolak keras untuk menjumpai lelaki yang sudah membuat hidupnya hancur, Tapi dia nggak kuasa melihat ibu mertuanya yang menangis-nangis di depannya. Bu Nining menangis-nangis di depan Zaki, suaminya serta Ayah mertuanya.Saat itu Rizka mendapatkan keputusan yang tersulit jadi untuk menghentikan tangis wanita paruh baya itu dengan terpaksa dia harus menyetujuinya.Seketika Bu Nining menghentikan tangisannya saat Rizka setuju untuk menjumpai Hans di penjara. Karena memang itulah tujuan dari Bu Nining datang menjumpai Rizka.Bu Nining akan berupaya agar Hans bisa berbicara serta meminta maaf kepada Rizka atas apa yang sudah dilakukannya terhadap putra mereka.Bu Nining sangat khawatir Karena bagaimanapun Rahman adalah anaknya. Seharusnya mereka memiliki hubungan baik antara ayah dan anak. Tapi sebaliknya begitu banyak permasalahan yang terjadi sehingg
Rizka mengganggukan kepalanya. Namun perasaan Rizka tidak enak. Apakah kedua orang tua Zaki menginginkan hal lain. Semoga saja perasaannya tidak benar dan mereka datang hanya untuk silaturahmi belaka.Zaki pun keluar dari ruangan yang biasa mereka gunakan ketika tinggal di sini. Zaki sengaja merenovasi sebuah ruangan untuk tempat tinggal mereka ketika mereka pulang kampung. Tak mungkin juga mereka tinggal terlalu lama di Hotel. Apalagi ada kasus seperti ini."Bapak, Ibu."Zaki pun duduk bersama kedua orang tuanya. Bapaknya menepuk bahu anaknya."Zaki. Kalian mau ke kota?" tanya Bapak."Iya, Pak. Rencananya kami besok pulang. Kasihan juga Rizka dan Rahman. Mereka sudah di sini terlalu lama dan mengalami kejadian yang kurang menyenangkan.""Zaki, sebelumnya Bapak ingin meminta sesuatu kepada kalian bisa kamu panggilkan Rizka sebentar saja. Ada yang ingin disampaikan."Mendengar ucapan dari Bapak di balik tembok, Rizka juga penasaran. Sebenarnya apa yang mereka inginkan sampai harus mema
SETELAH KITA BERPISAH 44.**Bu Nining gak bisa menjanjikan yang terlalu banyak kepada Hans, dia tahu Rizka akan menolak untuk bertemu dengannya. Tetapi melihat putranya yang murung, bersedih saat menjadi pesakitan di dalam tahanan membuat Bu Nining juga ikut merasa sedih.Kini setelah pulang dari lapas ketika selesai mengunjungi anaknya. Bu Nining terlihat masih kepikiran atas permintaan Hans yang menginginkan Rizka untuk menjenguknya beserta juga dengan putra, Rahman. Mungkin juga Hans ingin memohon maaf atas segala kesalahannya."Bu. Kamu mikirin apa sih dari kemarin kayaknya melamun terus?" tanya suaminya."Pak, kasihan juga ya si Hans. Ibu nggak nyangka kalau kehidupannya jadi kayak begini. Padahal dulu dia itu anak kebanggaan. Bisa jadi pegawai negeri tapi sekarang dia juga terancam di pecat dari pekerjaannya gara-gara kesalahan kecil aja."Wanita paruh baya itu menghela nafas panjang. Dia masih betah melamun. Sang suami duduk di sisinya. Bapak menatap istrinya."Nggak bisa dibi
Hans menahan air matanya. Dia akhirnya menangis sedih. Air mata penyesalan dan air mata ketakutan. Setelah apa yang dialaminya di dalam penjara."Aku gak mau di pecat dan di penjara, Pak!" Hans tersedu. "Sabar, Nak. Rizka juga nggak mau mencabut laporannya. Ibu juga nggak menyangka kalau Rahman itu anak kandungmu. Semua yang terjadi cobaan." Bu Nining menyambung.Mendengar ucapan ibunya semakin berkecamuklah hati Hans. Rasa bersalah semakin menjadi.Hans teringat ketika menyiksa Rahman. Mungkin kalau dia tahu Rahman adalah anak kandungnya. Dia tidak akan melakukan ini. Kenapa Rizka harus merahasiakan ini? Kenapa tidak memberitahukan Hans kalau Rahman adalah anak kandungnya? Kenapa Rizka menutup-nutupi semuanya? Sekarang dia harus mendekam di penjara. Gara-gara kesalahannya dan juga kesalahan Rizka yang tidak memberitahu dari awal."Kenapa dia gak bilang, Bu. Kenapa Rizka gak bilang kalau itu anakku!" kata Hans protes. Dia protes sambil menangis dan sedikit teriak. Rasa kalut Hans k
SETELAH KITA BERPISAH 43.**Alangkah bahagianya Hans ketika dikunjungi keluarganya. Kali ini Ibunya datang bersamaan dengan ayahnya serta Dita, adiknya. Mereka sengaja datang bertiga untuk mengunjungi Hans yang sedang ditahan di lapas.Sementara itu Zaki beserta Rizka tidak datang. Hans cukup sadar diri, dia tahu Rizka sangat membencinya.Hans masih sangat terpukul dengan berita kalau Rahman anak yang sengaja diculiknya dan ingin dihabisinya itu adalah anak kandungnya. Hans ingin mendengar sendiri dari bibir keluarganya apa yang terjadi sebenarnya.Menurut pengakuan Polisi. Setelah dilakukan tes DNA dan hasilnya keluar. Hans adalah Ayah kandungnya. Kini Hans tinggal menunggu proses pengadilan dan hukuman apa yang didapatkannya setelah dia melakukan tindak kejahatan, menculik anak serta melakukan tindakan penganiayaan.Bu Nining merasa sedih melihat putranya yang sedang duduk di hadapannya dan sangat terlihat kacau. Semangat hidupnya seakan-akan sirna. Wanita paruh baya itu tidak meli
Perlahan kepala Rizka mengangguk pertanda dia setuju untuk pergi ke rumah ibu mertua. Zaki merasa lega, dia tahu Rizka adalah wanita yang patuh. Zaki mengelus pundak istrinya dengan rasa sayang agar Rizka jauh lebih tenang menghadapi segala persoalan di rumahnya nanti.**Dengan perasaan yang bergejolak. Rizka menekan perasaan malasnya. Seharusnya mereka yang datang menjumpai Rahman yang sedang sakit tetapi justru keegoisan keluarga Hans menuntun Rizka untuk datang juga ke rumah Ibu mertuanya. Entah masalah apa yang akan dibicarakan mereka."Assalamualaikum."Zaki mengucapkan salam ke semuanya. Di jawab oleh Bapaknya. Sekarang semuanya sudah berkumpul. Di sana Ibu, Bapaknya, adiknya, Dita, Zaki Rizka dan juga Rahman yang sudah jauh lebih tenang dan kesehatannya juga lebih membaik.Yang tidak ada di sana hanya Hans karena Hans sudah ditangkap polisi seminggu yang lalu dan kasusnya tetap bergulir.Dengan perasaan yang tidak nyaman Rizka penduduk di samping Zaki dan akan mendengarkan apa
SETELAH KITA BERPISAH 42.**Netra Hans melotot ketika melihat lelaki berseragam mengejar dirinya. Spontan dia berlari. Seharusnya jika tidak bersalah, Hans tidak perlu takut. Tetapi dia tahu kalau dia salah. Hans salah sudah melakukan kekerasan ke seorang bayi dan dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.Polisi pun bergerak cepat untuk mengamankan Hans. Akhirnya dibantu juga oleh warga. Hans bisa ditangkap untuk dibawa ke kantor Polisi serta dimintai keterangan."Saya nggak bersalah, Pak. Kenapa Bapak harus menangkap saya?!" katanya berdalih."Kami punya surat penangkapan Bapak karena Bapak dilaporkan sudah melakukan tindak kekerasan. Persoalan kekerasan ini bukan persoalan kejahatan biasa jadi harus segera diadili secepatnya!"Hans masih berusaha melepaskan diri tapi apa daya. Dia sudah tertangkap, dia harus dipenjara lagi. Trauma itu masih tersisa ketika dia di penjara di rumah tahanan wilayatul hisbah. Sekarang mungkin dia akan dipenjara dengan penjara sebenarnya bukan penja
Mata Rizka membola melihat mantan suaminya serta Ibu mertuanya akan segera mendatanginya. Wajah Rizka berubah ketus dengan amarah yang memuncak. Dia ingin sekali mencakar-cakar Hans yang sudah membuat anaknya trauma. Gara-gara Hans anaknya harus dirawat intensif di rumah sakit.Bayinya mengalami beberapa kekerasan yang menyebabkan ketakutan luar biasa sehingga benar-benar harus dilakukan perawatan kondusif agar bayinya tidak trauma lagi dan bisa kembali sehat."Rizka ..."Suara bariton itu memanggilnya tetapi Rizka sangat jijik mendengarnya."Pergi dari sini! Apa yang kamu inginkan? Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja, Bang."Rizka sedikit berteriak karena dia tidak suka dengan kehadiran Hans serta Ibu mertua yang tidak bersikap bersahabat."Aku datang hanya mau tanya dan tau kebenaran tantang bayi itu. Kamu sengaja mau mempermainkan aku?!" Hans berkata garang."Pergi kamu dari sini! Untuk apa kamu tahu kebenaran. Aku sudah mengatakannya tadi dan aku tidak akan mengulang per