SETELAH KITA BERPISAH 15.**PoV AuthorDengan tangan bergetar Rizka memberikan hasil testpack tersebut ke Dokter yang menyuruhnya untuk memeriksa. Wajah Rizka pucat pasi. Pemandangan itu disaksikan Dina sang Tante dan juga Yudha. Sepertinya memang ada masalah dengan Rizka.Apakah penyakitnya parah sehingga dia pucat sedemikian rupa? Dina takut terjadi apa-apa dengan keponakannya. Mungkin terguncang akibat baru saja bercerai dengan Hans. Tapi, setahu Dina Rizka memang ingin bercerai. Hans menghianatinya. sungguh Dina kasihan dengan keponakannya yang teramat banyak tersakiti. Karena tersakiti Rizka jadi jatuh sakit.Ketika melihat hasil testpack tersebut. Dokter tersenyum. Dokter tidak tahu masalah yang sedang dihadapi Rizka. Dokter berpikir ini adalah suatu berita bahagia untuk sang pasien yang memeriksakan diri ke kliniknya.Senyum di bibir Dokter tersebut masih mengembang. Dia kemudian memberikan ucapan selamat ke Rizka yang tengah mengandung."Selamat ya ibu hamil. Siapa suami Ibu
Rizka hanya menganggukkan kepalanya. Dia kemudian diantar pulang oleh Yudha, adiknya. Dalam perjalanan Rizka tidak banyak berbicara. Merasa sedih dengan keadaan yang menimpanya terutama kandungannya yang dianggap menghambat ini."Kak, istirahat saja dulu. Aku akan ke Toko Kakak lagi. Membantu mereka bekerja sambil lihat-lihat," kata Yudha."Iya, di sana ada karyawan laki-laki kamu tanya saja sama dia dan awasi para karyawan kakak. Kakak percaya sama kamu. Kalau ada apa-apa hubungi segera."Yudha mengganggukan kepalanya. Dia pun berlalu untuk kembali ke Toko Rizka, sekalian ingin belajar dari Toko kakaknya.Dengan langkah gontai. Rizka masuk ke dalam kamar dan segera merebahkan dirinya di atas kasur. Sementara Dina sibuk menyiapkan bubur yang akan di konsumsi Rizka. Rizka memang sedikit sekali makan dengan kondisi kesehatan yang rentan. Dia masih juga memilih untuk ke Toko dan bekerja tadinya. Sampai setelah tahu kondisi kesehatan lemah akhirnya Rizka menyerah juga pulang ke rumah.Saa
SETELAH KITA BERPISAH 16.**PoV AuthorMereka berdua terkaget saat ada suara klakson. Yang meng-klakson pengendara sepeda motor yang terganggu ketika mobil Hans harus parkir di pinggir jalan satu arah."Bang, jangan parkir di sini. Mengganggu. Udah jalanan sempit. Cepat jalan. Anda itu mengganggu pengguna jalanan yang lain. Kalau ada mobil yang jalan nanti bakal sulit kalau Anda parkir sembarangan di sini!" katanya marah.Hans dan Delia terkaget. Untuk sementara mereka masih trauma akibat dicambuk 100 kali. Rasa sakit itu dan rasa malu masih mereka rasakan. Jadi saat ini mereka tidak mau cari masalah. Takut tertangkap lagi. Takut dihukum lagi dan takut berimbas ke masyarakat sosial serta pekerjaan."Bang Hans udahlah kita jalan aja," kata Delia panik.Hans pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu menuju kantor."Bang, pekerjaan aku berantakan gara-gara kejadian ini banyak orang yang mencibir dan menghujat. Apalagi Kantor baru dan orang baru!" Delia buka suara saat mobil sudah d
"Bang, Aku benci sekali dengan Rizka. Pokoknya aku akan membuat dia malu dan dia juga akan merasakan hal yang sama. Aku nggak akan membiarkan dia bahagia!" kata Delia."Iya, Abang juga sama. Abang nggak nyangka kalau Rizka tega melaporkan kita. Abang juga benci sekali sama dia. Emang kamu punya rencana apa?" tanya Hans. Delia menarik sudut bibirnya dengan licik setelah memikirkan rencana jahat.Mereka berdua memang serasi sama-sama pasangan dengan niatan jahat.Hingga akhirnya Hans sampai di kantor Delia. Efek kejadian mereka kepergok dan dihukum cambuk 100 kali. Hans memang tidak dipindah tugaskan tetapi jabatannya diturunkan. Sementara Delia dipindah tugaskan dengan jabatan yang diturunkan. Delia harus rela tidak satu kantor lagi dengan Hans untuk meminimalisir perbuatan m e s u m mereka di suatu hari nanti.Atasan mereka tahu kalau mereka pasti akan terus menjalin hubungan diam-diam meskipun sudah di cambuk. Efek jera hanya diatas kertas untuk pelakunya."Bang, aku kerja dulu," kat
SETELAH KITA BERPISAH 17.**PoV Author"Keluar dari rumahku, Bang!"Rizka mengusir Hans dengan kasar agar keluar dari rumahnya. Rizka jijik dan muak dengan kedatangan Hans. Untuk apa laki-laki itu datang lagi ke rumahnya? Padahal mereka sudah bercerai. Hans sudah jelas menceraikannya di depan kedua orang tuanya dan Dita yang menjadi saksi.Karena rasa iri dengki yang sudah memenuhi perasaan Hans. Dia tidak peduli dengan pengusiran Rizka. Bentakan Rizka, semuanya hanya omong kosong baginya. Hans terus saja melangkah dengan pintu yang sudah terbuka lebar akibat ditolak begitu saja olehnya.Rizka terhuyung. Tapi Hans sama sekali nggak peduli. Dengan wajah bengis, dia maju perlahan-lahan memberikan aura ketakutan sendiri ke Rizka."Apa maumu, Bang! Pergi!" kata Rizka marah.Hans masih diam saja tapi dia tetap melangkah perlahan dan menakutkan."Ada apa, Mbak?!" kata Yudha datang bersama juga dengan Tante Dina.Mendengar teriakan Rizka. Mereka segera ke depan. Mungkin ada sesuatu yang ter
"Lagi pula dalam bisnisku itu nggak ada lagi hak-mu. Kamu udah menceraikanku. Kamu nggak punya hak apa-apa sama seperti aku juga nggak punya hak apa-apa terhadapmu. Yang perlu kamu pikirkan adalah memberikan nafkah iddah dan nafkah mut'ah kepadaku seperti perjanjian kita. Kalau kamu menunda-nunda untuk mengirimkan surat cerai kepadaku. Aku akan memberikan surat cerai kepadamu. Aku yang akan menggugat ke pengadilan agama!"Hans diam saat Rizka berhasil membalik keadaan menyerangnya. Yudha kembali dari gudang membawa karung pakaian Hans.Secara kasar Yudha memberikan pakaian dan seluruh berkas-berkas yang diminta Hans. Semuanya ada di dalam karung. Hans mendengkus kesal dengan perbuatan Rizka yang semena-mena."Semuanya sudah ada di sini, Bang. Aku jijik kalau pakaian dan seluruh barang-barangmu ada di lemariku. Sekarang kamu keluar dari rumahku karena kamu nggak berhak ada di sini!""Kau memang keterlaluan, Rizka! Kamu pikir ini barang rongsokan. Lihat saja Rizka aku nggak akan tinggal
SETELAH KITA BERPISAH 18.**POV RIZKA.Kepalaku rasanya berdenyut nyeri karena baru kali ini ada pelanggan yang memberikan bintang satu dan menghujat. Entah kenapa aku curiga kalau ini bukan pelanggan sembarangan. Selama ini mereka selalu mereview hal yang baik tentang produkku. Aku juga nggak mungkin sembarangan dalam membuat produk skincare. Aku benar-benar berkonsultasi dengan maklon yang terbaik dan sudah beberapa kali uji coba. Harganya juga mahal sepadan dengan pendapatan yang ku peroleh. Jadi gak bisa sembarangan."Apa yang dilakukannya berimbas ke pelanggan lain, Kak. Beberapa pelanggan membatalkan pesanan."Apa yang dikatakan Yudha membuat kepalaku berdenyut nyeri. Aku memegang pelipisku."Kamu nggak apa-apa kan, Kak?" tanyanya."Iya, hanya sedikit pusing saja. Maklum aku sedang hamil. Begini aja kita memang wajar mendapatkan pelanggan yang komplen. Tapi mungkin ini bukan pelanggan sembarangan Karena dia udah memberi bintang satu, mereview dengan tidak baik. Membuat konten d
Aku melirik jam tanganku dan sepertinya sudah waktunya makan siang. Rasa mual juga menyertaiku. Ketika aku hendak beranjak, tiba-tiba Mila datang menghampiri. Dia datang ke Tokoku. Senyumnya mengembang di wajahnya."Mila ...""Rizka," katanya. Dia membawa sesuatu di tangannya.Mila masuk ke ruangan dan duduk di depanku. Dia meletakkan bungkusan yang di bawahnya di meja."Tadi aku mampir ke rumahmu. Ku pikir kamu nggak kerja. Soalnya aku menghubungimu gak diangkat, mungkin kamu sibuk jadi aku mau hubungi Tante Dina. Katanya kamu bekerja. Padahal kamu lagi sakit. Emang kamu sakit apa? Kenapa masih bisa kerja? Sebagai temanmu, aku khawatir. Ini aku bawakan makanan untukmu. Kita makan sama-sama sekaligus ngobrol. Aku juga mau beli produk karena kulitku kayaknya udah kusam banget. Kamu rekomendasi buatku, Rizka." Mila berkata panjang lebar padaku."Wah, Alhamdulillah. Rezeki memang nggak ke mana. Makasih banget ya, Mil. Iya, aku memang kurang enak badan. Berapa hari ini sakit juga."Aku Da