Subuh ini Lala tidak salat berjamaah denganku alasannya dia memang sedang di toilet lantaran perutnya sakit. Terpaksa aku salat duluan karena Lala tidak ada tanda-tanda akan segera keluar dari toilet. Saat itu aku percaya kalau Lala memang sedang kebelet di kamar mandi.Tapi begitu aku pulang dan salat Maghrib, Lala masih beralasan untuk tidak salat berjamaah, aku mulai curiga. Pasalnya dia menolak salat berjamaah magrib juga dengan alasan sakit perutnya. Wajahnya memang terlihat pucat, seperti yang menahan sakit pula. Ketika aku menawarkan untuk periksa ke dokter, Lala menolak, dia bilang dia hanya perlu istirahat dan berbaring. Mana ada sakit perut akan sembuh hanya dengan berbaring, kalau agak mendingan mungkin masih bisa dimengerti.Kecurigaanku berlanjut ketika salat isya, Lala masih menolak salat berjamaah. Dan ketika dia sedang asyik dengan laptopnya di meja makan, aku diam-diam masuk kamar lalu memeriksa lemari pakaiannya. Awalnya tidak ada yang mencurigakan, tapi begitu aku p
"Argh!! Jadi kamu menipuku, menipu Rendy dan semua keluargaku?! Kenapa kamu mempermainkan pernikahan, memfitnah Rendy dan mencoreng nama baik keluarga kami?!" Aku bergerak maju dan meraih kedua bahunya lalu mengguncangkannya. Aku benar-benar marah saat ini. Kebohongan gadis ini telah memporak-porandakan impianku. Aku sedang membangun mimpiku di masa depan tapi dengan menikahinya semuanya hancur.Kuhempaskan tubuh ini ke atas ranjang. Sementara gadis itu hanya diam saja, sepertinya dia pasrah apapun yang akan aku lakukan padanya. Aku beristigfar dalam hati, sudah cukup marahku, aku laki-laki normal punya ambisi dan amarah. Tapi aku harus ingat tidak ada yang terjadi kecuali atas izin dan kehendak Allah. Bukankah dari awal aku berusaha menerima Lala sebagai istriku, sebagai jodoh yang terbaik yang Allah berikan padaku. Bukankah sebelum ini aku sudah merasakan getar-getar itu. Berdebar saat bersamanya. Selalu merindukannya saat aku jauh darinya, hanya saja selama ini aku belum berani m
Aksi pura-pura marahku berlanjut sampai pagi. Aku harus kuat untuk tidak berinteraksi dulu dengan Lala supaya aktingku sempurna. Dan benar saja, malamnya Lala kembali membahasnya. Tentu saja aku juga harus jual mahal. "Aku pamit Om. Jika kehadiranku disini hanya mengganggu saja, lebih baik aku tidak ada. Semoga setelah aku pergi Om bisa membangun kembali mimpi yang sempat aku hancurkan." Gadis keluar kamar sambil membawa trolly bag-nya. Sejenak aku tertegun, apa Lala akan se-nekad itu? Rasanya tidak mungkin, memangnya dia mau ke mana malam-malam begini. Kubiarkan saja, setelah ini, Lala pasti akan kembali ke kamar.Tapi di luar dugaan, gadis itu melangkah menuju pintu. Kita lihat saja, La. Sampai di lantai bawah, kamu pasti akan kembali. Gengsi, lah, kalau aku menahannya apalagi memohon supaya dia tidak jadi pergi.Akan tetapi setelah beberapa saat, Lala tidak jugalah kembali. Aku mulai khawatir kalau dia benar-benar nekad. Lebih baik aku pantau saja melalui aplikasi WA-nya. Lantaran
Aku berbalik untuk mengambil kunci mobil ke atas. Selain itu aku juga perlu berganti pakaian. Menggunakan kaos lengan panjang yang baru saja aku beli beberapa waktu yang lalu. Sengaja aku membelinya dan memakainya supaya Lala senang Bukankah selama ini Lala tidak suka kalau melihatku menggunakan Koko pendek. Dan benar saja ketika aku turun Lala begitu lama menatapku seakan dia terpesona melihat penampilanku ini. Aku mengartikannya seperti itu."Jadi benar kata Mitha, kalau kamu kangen sama aku?" Tanyaku dengan wajah yang kubuat sedatar mungkin."Jangan percaya Mitha, Dia berbohong!"Gadis itu menjawab cepat sambil terbelalak tapi rona merah dipipinya tidak bisa membohongiku."Yang bohong itu Mitha apa kamu, buktinya kamu ngeliatin aku terus. Sepertinya itu tanda kalau kamu kangen sama aku."Gadis itu terlihat makin kesal, tapi aku suka melihatnya. Waktu lagi aku segera mengajaknya pergi ke rumah sakit untuk menemui mamanya. ***Selama di rumah sakit, aku menggunakan kesempatan itu un
"Sebelum gue tidak bisa menahan diri, sebaiknya lo pergi dari sini!""Gak usah ngusir gue, sebab yang sebaiknya pergi itu lo. Gue di sini menemani istri gue, sementara lo cuma menantunya. Itu pun kalau dianggap. Lo 'kan cuma menantu dadakan, menantu yang tidak diharapkan dan bukan menantu sesungguhnya."Tak tahan mendengar ejekan yang terus-terusan dilontarkan dari mulut busuknya itu, akhirnya satu pukulan mendarat di rahang Dimas. Pria itu tersenyum menyeringai sambil memegangi rahangnya yang baru saja terkena tinjuku."Pergi, atau gue beberkan semuanya sama Mama mertua gue," ancamku."Apa yang mau lo beberkan sama istri gue? Memangnya lo tau apa tentang gue?""Gue tahu tentang Ella, tentang Friska, tentang Lidya, gue tahu semuanya."Dimas diam, perlahan tangannya terangkat lalu mengusap dagunya. Mungkin dia tidak menyangka kalau aku tahu bagaimana masa lalunya di kampus dulu. Friska dan Lidya adalah gadis yang terenggut kesuciannya oleh Dimas. Ella malah sempat hamil, aku tidak tahu
[Kita ketemu di cafe biasa siang ini. Aku harap kamu bisa datang, La.]Aku tersentak kaget ketika mendapati ada pesan masuk ke dalam aplikasi milik Lala. Pesan itu masuk beberapa jam yang lalu. Saat ini aku baru saja keluar dari kelas, ketika memeriksa pesan dari Lala yang mengatakan bahwa tidak usah menjemputnya lantaran dia ada tugas yang akan dikerjakan di rumah Mitha. Tapi setelah diperiksa ternyata ada satu pesan yang masuk sebelumnya ke nomor Lala. Dan yang membuatku kaget, pesan itu dikirim oleh nomor Rendy. Lagi, Lala berbohong padaku untuk bertemu dengan Rendy.Aku bersiap pulang dan bermaksud untuk mengikuti mereka ke cafe itu. Tapi di dalam pesan tidak disebutkan cafe mana yang akan mereka tuju. Rendy hanya menyebutkan cafe biasa, itu artinya cafe yang dulu biasa mereka gunakan untuk bertemu. Tapi di mana?Sambil menyetir aku mencoba mengingat-ingat atau menebak di cafe mana mereka akan bertemu. Apa mungkin di cafe yang dulu pertama mereka janjikan dan tidak sempat bertemu.
"Waktu itu aku mengatakannya hanya untuk meyakinkan Lala dan semuanya, supaya mereka tidak khawatir. Lagipula saat itu aku berpikir bahwa gadis yang kunikahi adalah gadis broken home yang mencari kesenangan diluar. Tapi setelah aku hidup bersamanya dan mengenalnya, aku baru tahu Lala tak sehina itu. Dan bagiku, menikah hanya sekali, jika aku melepaskan Lala berarti aku mempermainkan pernikahan itu sendiri.""Tidak bisa, aku ingin kembali pada Lala. Aku harap Om mau melepaskannya untukku.""Kalau aku bersikeras bilang tidak, kamu mau apa? Apalagi sekarang kami sudah saling jatuh cinta. Aku mencintainya begitupun Lala.""Apa?!" Lala kaget dengan apa yang aku bicarakan barusan."Sayang ... Apa kamu akan menyangkalnya di depan Rendy? Bukankah kita sudah saling mengungkapkan perasaan itu?" Perlahan Aku berjalan mendekat ke arahnya lalu meraih tubuhnya dan menariknya ke dalam pelukan. Kudekatkan wajah ini sambil berbisik."Iyakan saja, jangan menyangkal." Ku akhiri dengan kecupan di kepalan
Saat ini kami sedang berada di sebuah restoran ternama yang aku tahu ini adalah restoran favorit keluarga Lala. Meskipun pada awalnya Lala terlihat ragu lantaran aku membawanya masuk restoran mahal ini. Setahu Lala penghasilanku hanya dari toko alat tulis itu, jadi pantas kalau dia meragukan keuanganku.Beberapa saat yang lalu, Lala bertanya tentang sikapku di depan Rendy tadi. Dan seperti dugaanku Lala tidak percaya kalau itu datang dari dalam hatiku, bukan rekayasa atau sandiwara di depan Rendy."Kalau aku bilang bahwa aku jatuh cinta beneran padamu, kamu percaya enggak?" tanyaku serius dan kalimat itu sukses membuat matanya membola sempurna. "Eng-gak .... " Dia menggeleng perlahan dengan mata masih fokus padaku."Sudah kuduga .... " jawabku sambil terkekeh."Jangan bercanda, Om. Aku tahu kriteria istri idaman Om itu bukan seperti aku. Jadi mana mungkin Om jatuh cinta padaku."Aku tersenyum masam mendengar alasan yang Lala ungkapkan. Dia belum mengerti saja bahwa cinta berlabuh tan