Share

SETELAH AKU DIMADU
SETELAH AKU DIMADU
Author: Kak Semok

Lendir?

Author: Kak Semok
last update Last Updated: 2023-12-28 01:51:41

"Nggak pulang lagi, Mas?" tanyaku di telepon setelah berhasil membuat panggilan ke dua puluh dua kali yang baru diangkat suamiku.

"Masih banyak kerjaan, Sayang. Kamu tidur aja duluan ya. Ntar subuh aku pasti pulang."

Jawaban yang sama yang aku dengar dari mas Irwan hampir seminggu belakangan ini. Kerjaan numpuklah, masih menemani atasan lah, menemani klienlah. Pulang selalu sudah subuh. Tiap pulang, langsung tidur, tak sempat mau ngobrol dengan istri lagi. Belum lagi, kadang tercium aroma alkohol dari mulutnya, padahal sudah berkali-kali aku katakan, aku tak suka dia minum-minum.

Cuma aku ini bisa apa? Aku cuma seorang istri yang harus nurut kata suami. Pernah sekali aku bertengkar dengannya perkara hal yang sama, wah, mas Irwan langsung ngambek tak pulang berhari-hari. Katanya aku yang tak punya hati, suami capek kerja malah dimaki-maki. Padahal aku tidak memakinya, aku hanya mengeluarkan pendapatku sebagai seorang istri.

Suamiku seorang yang bekerja di sebuah perusahaan properti dengan jabatan yang cukup tinggi. Penghasilannya cukup besar. Dari pekerjaannya itu, sekarang kami tinggal di rumah yang cukup besar berlantai dua dengan halaman yang cukup luas pula. Tentu itu dengan harus menabung beberapa tahun dulu. Aku juga termasuk istri yang pandai mengatur pengeluaran, jadi untuk hal ekonomi, hampir tak ada masalah sama sekali.

Cuma sekarang aku jadi berpikir macam-macam karena dia sering tak pulang. Naluriku sebagai seorang istri merasa tak tenang. Pernah terpikir suamiku main gila dengan perempuan lain. Tapi seringnya aku tepis prasangka itu. Mas Irwan orangnya gila bekerja, bukan gila main wanita. Begitulah bisik hatiku selalu menenangkan.

Tapi sekarang rasanya mulai wajar. Masa selalu lembur hampir setiap hari? Dengan alasan yang selalu sama pula. Wajarkan aku yang seorang istri ini jadi curiga? Apa aku perlu cek ponselnya ya? Selama ini kami memang saling percaya. Tak pernah sibuk mengotak atik ponsel lain. Apalagi kata mas Irwan, di dalam ponselnya banyak hal penting tentang pekerjaan.

"Ma."

Aku tersentak, menoleh sebentar ke arah pintu kamarku yang memang tak tertutup. Puteraku satu-satunya sedang berdiri sambil menguap. Usianya sudah tujuh tahun.

"Kok belum tidur, Nak?"

Aku segera menghentikan segala bentuk kecurigaan terhadap suamiku untuk sementara lalu mendekat kepada Rafa, puteraku itu.

"Haus, Ma, air minum habis."

Dia menunjukkan gelas di tangannya yang sudah kosong. Aku memang terbiasa meletakkan satu gelas air minum karena Rafa sering terbangun untuk minum.

"Oh, ya udah, balik kamar gih, sebentar lagi Mama ke sana sambil bawa air minum lagi."

"Mama cari papa lagi ya?"

Tanpa mengindahkan perintahku barusan, Rafa bertanya dengan malas. Anak sekecil itu ternyata bisa merasakan kegelisahan ibunya yang memang sedari tadi sedang tak tenang.

"Ehmmm, enggak. Tadi udah telepon papa, papa bilang masih ada kerjaan."

Akhirnya Rafa mengangguk, lalu berbalik dan meninggalkan kamarku menuju kamarnya sendiri. Aku menarik nafas panjang, mengarahkan mataku ke jam dinding yang sekarang bergerak ke pukul dua belas malam.

Gegas ku langkahkan kaki menuju ke dapur, menuruni perlahan anak tangga dengan perasaan gamang. Hatiku tiba-tiba saja tak tenang. Namun, aku harus segera mengantarkan minuman ini ke kamar puteraku.

Saat aku tiba di kamar, kulihat Rafa sedang menunggu sambil terkantuk-kantuk.

"Ini, minum lah. Habis ini langsung tidur ya, besok kan ada acara di sekolahnya Rafa."

"Papa ikut kan, Ma?"

Aku terdiam, dalam dua bulan ini, mas Irwan tak lagi mau ikut setiap ada acara di sekolah Rafa. Katanya kesibukan membuatnya tak bisa ikut hadir.

"Nanti Mama ajak papa ya."

Rafa hanya mengangguk kecil. Aku yakin, puteraku ini juga kecewa kepada ayahnya yang semakin hari sikapnya malah semakin cuek. Namun, aku mencoba untuk tetap berpikir positif, mungkin memang pekerjaan mas Irwan benar-benar tak bisa ditinggal walau hanya sebentar.

***

"Minum lagi, Mas?" tanyaku sambil menutup hidung setelah mencium bau alkohol dari mulut suamiku ketika dia ingin mengecup bibirku.

"Sedikit, Sayang."

"Sedikit!" balasku sarkas. "Tadi katanya ada kerjaan lagi, lembur lagi, kok malah minum-minum. Kamu lembur di diskotik memangnya?" tanyaku kesal.

"Udahlah, Nggit. Ini udah subuh, aku capek! Minum sedikit sama temen di kantor kan gak masalah. Itu cara kami mengusir ngantuk waktu lagi nyelesain kerjaan!" balasnya ketus sambil melempar baju kerjanya sembarangan.

"Terus enggak selesai juga kan kerjaannya? Besok pasti lembur lagi!"

Mas Irwan menatapku tak suka lalu mulai memejamkan matanya. Aku memejamkan mata sesaat. Di saat harusnya orang-orang mulai bangun dan beraktivitas atau menunaikan ibadah, suamiku ini malah baru mau tidur. Besok jam sembilan pagi dia sudah harus pergi lagi bekerja, pulang di jam seperti ini lagi. Aku mendengus tanpa sadar.

"Mas!" Aku mendekat, mengguncangkan tubuhnya hingga membuat dia kembali membuka mata dan menatapku dengan kesal.

"Apa lagi? Aku mau istirahat, Inggit! Nggak bisa ya kalo mau ngomong besok aja?"

"Kamu inget gak besok ada acara di sekolahnya Rafa. Anak kita tampil loh, Mas. Dia pengen kamu datang."

Mas Irwan tampak diam sebentar lalu dia menggeleng. "Enggak bisa, aku ada meeting besok sama klien."

Aku menatapnya dengan pandangan kecewa tapi mas Irwan tak peduli. Dia kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu tak lama kemudian tertidur pulas.

"Kamu nggak mikirin Rafa, Mas," desahku dengan perasaan sedih yang membuncah.

Ku tatap jam dinding yang sudah bergerak ke angka lima lalu segera pergi ke bawah, mengambil wudhu lalu menunaikan subuh yang sudah cukup terlambat ini.

Setelah itu, aku segera membuka pintu setelah mendengar seseorang memencet bel. Aku tersenyum, mendapati mbok Yem, art rumah kami yang datang subuh dan akan pulang di sore hari.

"Habis nangis ya, Nya?" tanyanya dengan pandangan heran.

Aku hanya tersenyum kecil lalu mengajaknya masuk. "Biasalah, Mbok," jawabku singkat.

"Yang sabar, Nya. Ini si Mbok langsung ke belakang ya."

Aku mengangguk, melepas mbok Yem menuju dapur untuk masak dan mencuci beberapa pakaian kotor. Kadang, aku memang seringkali curhat kepada mbok Yem tentang kegundahanku.

"Nyonya."

Aku segera menoleh, melihat mbok Yem kembali menuju ke arahku sambil membawa sesuatu. Benda yang sekarang berada di tangannya terjuntai, baju kerja suamiku yang tadi sempat aku pungut dan kemudian kuletakkan di atas mesin cuci.

"Kenapa, Mbok?" tanyaku heran.

"Ini, Nya."

Mbok Yem menunjukkan sesuatu yang menempel kepadaku di sana. Aku tak melihat apa, tapi kemudian saat ku amati lebih dekat, mataku membulat sempurna, itu tentu saja bukan lendir ingus tapi sesuatu yang lain. Batinku mulai bergejolak. Mbok Yem memandangku dengan tatapan yang juga bingung, sedih, campur aduk.

"Mboookkk!" tangisku pecah seketika.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lemari Kertas
bab pertama udah dibikin gregetan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SETELAH AKU DIMADU   Praduga

    Amarahku memuncak sampai ke ubun-ubun. Tadi mbok Yem dengan susah payah menenangkan aku di belakang. Tangisku pecah di pelukan perempuan tua itu. Meski aku tidak bisa menuduh mas Irwan secara langsung, tapi bagaimana mungkin sperma orang lain bisa ada di sekitar pakaian jika itu bukan miliknya sendiri? "Aku sakit hati, Mbok. Apa yang musti aku lakukan? Oh, apa aku labrak saja ya mas Irwan sekarang?" tanyaku putus asa. "Jangan, Nya. Tenang dulu. Ini kan belum tentu benar kalau punya tuan." "Mbok ini, ya bagaimana lendir orang lain bisa menempel di baju dan celananya kalau bukan miliknya sendiri? Masa ini punya coby?"Aku kembali terisak, tak mungkin kan itu lendir milik kucingku yang memang sedang birahi? "Nya, coba diselidiki dulu betul-betul. Mbok bukannya mau mengajari Nyonya, tapi kalau Nyonya gegabah, nanti malah gak akan dapat bukti apa-apa."Aku menghentikan isak perlahan, mengatur nafas yang tadi sesak karena tangis. Namun, betul juga apa yang dikatakan oleh mbok Yem. Aku h

    Last Updated : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Wanita Yang Bersama Suamiku

    "Papa nggak jemput kita, Ma?"Pertanyaan itu meluncur dari mulut Rafa ketika kami sudah keluar dari gerbang sekolah dan kini tengah berada di pinggir trotoar, menunggu taksi yang akan lewat. "Iya, Nak. Kita naik taksi saja ya." "Yaaaaa, padahal Rafa kan mau pergi ke kedai eskrim, Ma." "Ya udah, kita berdua aja ya dulu."Rafa tersenyum lalu mengangguk. Ada kedai eskrim langgananku dan Rafa, dekat dengan mall yang kerap kami kunjungi jika akhir pekan. Tak apalah menyenangkan puteraku meski harus naik taksi dua kali kelak. Kami tiba di kedai eskrim yang ternyata hari ini cukup ramai. Aku segera mengantri dengan Rafa yang sedang menunggu di meja yang telah kami pilih. Mataku menatap ke sekeliling, di seberang kedai ini terlihat orang-orang keluar masuk mall.Aku membawa dua cup eskrim yang akan aku nikmati bersama Rafa. Terlihat puteraku itu tersenyum senang saat aku menyerahkan satu cup eskrim kesukaannya. "Enak?" tanyaku kepadanya yang begitu lahap. "Enak, Ma. Sebenarnya lebih ena

    Last Updated : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Pertemuan Tak Terduga

    Kepalaku masih saja berdenyut nyeri ketika aku terbangun. Aku mendengar suara air dari pancaran shower yang ada di dalam kamarku dan mas Irwan. Suamiku yang bajingan ini ternyata sudah pulang. Sudah puas mungkin dia bercumbu dengan gundiknya. Aku mengepalkan jemari yang tertaut terbenam ke dalam lengkungan seprai. Aku mencengkramnya kuat, menahan segala bentuk kemarahan yang sebenarnya ingin sekali aku ledakkan di depan wajah mas Irwan sekarang. Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, ketika ku sibak tirai, ternyata senja telah memayungi langit. Tampak rumput di bawah sana basah, rupanya sempat hujan. Aku tak tahu, sebab sudah begitu pulas tidur tadinya selama beberapa jam. Lalu kemudian sayup-sayup terdengar mas Irwan keluar dari kamar mandi. Aku menoleh sesaat kepadanya. "Udah bangun? Aku tadi lihat kamu pulas tidurnya, jadi gak mau bangunin." Dia berkata dengan santai, perlahan bergerak mendekatiku. Aku diam saja ketika dia sekarang bergerak semakin mendekat, menyibak sedikit a

    Last Updated : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Namanya Erika

    "Ngapain kok lama banget di toilet, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan setelah dia kembali lagi ke meja kami. Nampak layar ponselnya menyala, nampaknya dia baru saja selesai berkomunikasi dengan perempuan itu sebelum benar-benar kembali ke meja ini. Aku juga sempat melihat perempuan itu makan dengan perlahan sembari melihat-lihat ponselnya. Sesekali bahkan perempuan itu tampak tertawa kecil, entah apa yang mereka bicarakan tadi lewat ponsel masing-masing. "Sakit perut, Sayang. Biasalah, aku kan gak bisa makanan yang pedas," kilahnya. Aku mengangkat bahu, berlagak seolah aku percaya dengan alasannya barusan. Aku berusaha untuk tetap tenang dan kembali makan dengan teratur. Sejauh ini, aktingku cukup bagus, meski aku sudah benar-benar gemetaran di dalam hati. "Kita balik aja langsung habis ini, Mas. Kasihan Rafa kalau tidurnya kemaleman." "Iya, Sayang. "Kami kembali sibuk dengan makanan masing-masing. Bisa aku rasakan jika dua manusia ini masih saling melirik. Aku berusaha untuk mengab

    Last Updated : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Masih Sangup Berpura-pura

    Aku masih tergugu menangis sembari ditemani mbok Yem. Mataku pasti nampak bengkak sekarang. Setelah menyaksikan kenyataan di rumah sakit tentang mas Irwan dan gundiknya tadi, rasanya duniaku benar-benar sudah hancur. Bukan lagi diambang kehancuran, tapi memang sudah hancur lebur. Setiap butiran airmata juga sesak di hati yang kurasa sekarang adalah penggambaran kekecewaanku yang semakin dalam. Aku tak bisa lagi sekarang hanya sekedar diam dan menunggu. Selama ini, aku hanya melihat di film-film yang menceritakan tentang perselingkuhan dan ketika aku merasakannya sekarang, aku jadi tahu bahwa begitu sakit dan terlukanya para istri yang telah dikhianati suami mereka. "Nyonya harus sabar, harus tenang. Mbok tahu ini sulit, tapi Nyonya tidak boleh terus-terusan bersedih seperti ini." Kalimat penenang yang sedari tadi keluar dari mulut mbok Yem nyatanya tak mampu meredam tangisku. Namun, usapan lembutnya di punggungku seakan memberi ketenangan tersendiri. Aku ini jauh dari keluargaku yan

    Last Updated : 2024-01-13
  • SETELAH AKU DIMADU   Memulai Misi

    Waktu beranjak pukul setengah delapan malam setelah aku selesai membacakan dongeng untuk Rafa yang telah memejamkan matanya. Mas Irwan masih berada di rumah, dia belum pergi. Aku menutup pintu kamar Rafa dengan hati-hati, takut nanti puteraku itu terbangun lagi. Gegas ku langkahkan kaki menuju ke kamarku dan mas Irwan yang memang berseberangan dengan kamar Rafa. Saat aku membuka pintu, kulihat tak ada mas Irwan di sana. Tapi pintu yang menuju ke balkon tampak terbuka sedikit. Pasti dia ada di sana. Aku bergerak ke sana, baru saja hendak menguak daun pintu lebih lebar, aku mendengar mas Irwan tengah asyik berteleponan dengan seseorang. Urung aku mendekatinya, aku lebih tertarik untuk menguping pembicaraannya dengan lawan bicaranya di telepon saat ini. "Sabar sebentar, Sayang."Terus aku mendengarkan dengan seksama. "Aku udah pesan hotel buat kita tiga hari ini. Aku tahu kamu udah mulai risih sama tetangga-tetangga kamu karna aku sering ke sana, jadi aku udah sewa kamar hotel lengkap

    Last Updated : 2024-01-15
  • SETELAH AKU DIMADU   Sebuah Pertemuan

    Entah sudah berapa kali aku bolak balik melihat lewat lubang yang ada di pintu untuk memastikan apakah mas Irwan dan gundiknya sempat keluar kamar atau tidak. Namun, hingga pukul setengah satu malam, aku tidak mendapatkan pergerakan apapun. Aku bisa menebak sekarang pasti keduanya sedang sibuk bergelut di atas ranjang kamar hotel. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur karena aku yakin mereka benar-benar akan keluar besok pagi. Pukul setengah tujuh, aku terbangun dari tidurku. Aku segera menuju ke pintu dan pas saat aku mengintip, kulihat mas Irwan dan gundiknya baru saja membuka pintu kamar mereka. Barulah sekarang aku melihat dengan cukup jelas wajah perempuan itu. Aku melihat mereka sudah berpakaian cukup rapi, pasti akan sarapan di bawah. Aku kemudian mendapatkan telepon dan segera mengangkatnya."Mbak Inggit, sarapannya mau diantarkan atau mau langsung ke resto bawah?" tanya pelayan. "Saya ke bawah saja, Mas." "Oh, baiklah kalau begitu, Mbak." Aku menutup telepon kemudian sege

    Last Updated : 2024-01-15
  • SETELAH AKU DIMADU   Aku Memang Tidak Pernah Beruntung

    "Kamu memang gak pernah beruntung." Setelah mengatakan itu, lelaki bernama Baskara itu benar-benar melangkah pergi. Aku hanya menatapnya dengan pandangan yang masih sama yaitu benci. Setelah bertemu secara tak sengaja barusan, ingatanku tentang peristiwa masa silam ketika aku masih berseragam abu-abu kembali terlintas begitu saja. Wajah Baskara yang tampan dan menyebalkan juga sikapnya yang semena-mena terhadapku dahulu kembali terbayang. Aku membawa diriku pergi, secepatnya kembali ke dalam kamar hotel. Aku duduk termangu di sisi ranjang. Aku merasakan dua kesakitan sekaligus saat ini, rekaman video perselingkuhan suamiku juga pertemuan tak sengaja aku dengan Baskara barusan. Mataku memanas, terkenang satu kata Baskara beberapa saat yang tadi. 'Kamu memang tidak pernah beruntung.'Ingin sekali aku membalas perkataannya tadi, tapi aku seperti membeku dan hanya bisa membalasnya dengan tatapan benci. Harusnya lelaki itu sadar bahwa dia adalah salah satu sumber kesialan di dalam hidup

    Last Updated : 2024-01-19

Latest chapter

  • SETELAH AKU DIMADU   Tinggal Bersama

    Setelah kemarin acara pernikahan mas Irwan dan Erika digelar, aku begitu terkejut ketika hari ini mendapati keduanya datang ke rumah. Padahal aku dan mas Irwan sudah sempat menyepakati bahwa Erika tidak akan tinggal di rumah ini karena aku masih menjaga perasaan Rafa. Namun, sekarang kenapa Erika ikut pulang bersama mas Irwan, bahkan membawa koper dan beberapa barangnya?"Kenapa dia ikut ke sini, Mas? Kita udah sepakat ya, dia nggak tinggal di sini sama kita. Kamu bisa bebas pergi dengannya dan tinggal dengannya, asal gak di sini," ujarku yang langsung melayangkan protes kepada mas Irwan. "Kenapa kamu yang mengatur? Ini kan rumah suamiku juga, jadi aku juga berhak untuk tinggal di sini dong! Enak aja kamu mau tinggal di sini sendirian sama anakmu aja! Aku juga lagi mengandung anaknya Mas Irwan, jadi aku juga berhak!" Aku memandang sengit Erika. Sudah dipastikan bahwa kehidupan rumah tangga ini akan kacau setelah kehadirannya di sini. Aku tidak akan pernah mau berbaikan dengan peremp

  • SETELAH AKU DIMADU   Dan Mereka Menikah

    Dan mereka pun menikah, ya, mereka menikah. Aku tak hadir di pernikahan mas Irwan dan Erika. Aku hanya berdiam diri di rumah saja, aku menghabiskan waktu menonton televisi yang sesekali diselingi airmata. Tak ada isak yang keluar dari mulutku, hanya airmata yang senantiasa mengalir menandakan aku tengah terluka. Meski aku mencoba untuk menerima ini semua, tapi tetap saja rasa sakit menyerangku tanpa ampun. "Ma." Gegas ku hapus airmata. Rafa tidak boleh melihatku dalam keadaan menangis seperti ini. Aku segera menoleh dan memberikan senyum terbaikku kepadanya. "Ma, papa udah berapa hari ini kok enggak pulang?" tanya puteraku kebingungan. Aku menarik nafas panjang, sulit sekali menjelaskan kepada Rafa tentang semua ini tetapi aku juga tak bisa jika membiarkan Rafa terus dibohongi. Namun, setiap kali ingin mengatakan kepada Rafa hal yang sebenarnya, pasti aku langsung terdiam, tak sanggup. Rafa masih cukup kecil untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya telah menikah lagi dan malah dia

  • SETELAH AKU DIMADU   Apa Rasanya Berselingkuh?

    "Totalnya lima ratus lima puluh dua ribu, Mbak." Aku mengangguk, mengeluarkan uang dari dalam dompet dari dalam tasku. Aku sedang berada di dalam supermarket, membeli kebutuhan rumah tangga yang sudah mulai habis. Sudah tiga hari semenjak mas Irwan membawa selingkuhannya ke rumah kami, dia tak pulang ke rumah lagi. Aku juga tak lagi mengharapkan kepulangannya. Aku takut dia akan menyentuhku sebab aku tak lagi rela tubuhku dijamah olehnya. Meski aku tahu bahwa dia masih berstatus sebagai suamiku, tapi aku sungguh tak lagi menganggapnya demikian.Katakanlah aku bodoh karena masih bertahan. Namun, kulakukan semua ini demi Rafa. Aku tak mau kehilangan puteraku. Sampai hari ini, Rafa juga tak tahu apa yang telah terjadi pada hubungan kedua orangtuanya dan aku rasa, Rafa belum cukup umur untuk mengerti akan hal itu. "Mas, aku sekalian beli alat-alat mandi ya, di rumah soalnya udah pada habis." Aku mendengar suara yang akhir-akhir ini tak lagi asing di telingaku. Suara perempuan yang suda

  • SETELAH AKU DIMADU   Dihina Miskin

    "Tega kamu, Mas!" Setelah sekian detik aku menahan gejolak amarah akhirnya meledak juga rasa sakit yang selama ini aku tahan. "Dan kamu! Kamu juga gak punya perasaan. Sebagai perempuan, harusnya kamu bisa menjaga harga diri kamu! Ada banyak lelaki di dunia ini kenapa harus suamiku?!"Kemarahanku meluap-luap tanpa bisa ku cegah lagi. Aku mendekat ke arah Erika bersiap untuk menampar wajahnya tetapi mas Irwan segera menghalangiku hingga tamparanku mendarat sempurna di pipinya. "Inggit, tenang! Aku yakin ini bisa diselesaikan secara baik-baik!" bentak mas Irwan menangkap tanganku yang kembali hendak melayang."Baik-baik katamu?! Kamu pikir aku mau dimadu hah?!" Aku berseru di depan wajahnya."Mbak nggak punya pilihan selain membiarkan mas Irwan menikahiku! Aku sudah hamil, Mbak! Lihat, perutku sudah semakin membesar!" Erika berkata dengan nada keras. "Kamu mau menikahinya, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan dengan penuh penekanan. "Ya, semakin lama perut Erika akan semakin membesar. Ada a

  • SETELAH AKU DIMADU   Aku Memang Tidak Pernah Beruntung

    "Kamu memang gak pernah beruntung." Setelah mengatakan itu, lelaki bernama Baskara itu benar-benar melangkah pergi. Aku hanya menatapnya dengan pandangan yang masih sama yaitu benci. Setelah bertemu secara tak sengaja barusan, ingatanku tentang peristiwa masa silam ketika aku masih berseragam abu-abu kembali terlintas begitu saja. Wajah Baskara yang tampan dan menyebalkan juga sikapnya yang semena-mena terhadapku dahulu kembali terbayang. Aku membawa diriku pergi, secepatnya kembali ke dalam kamar hotel. Aku duduk termangu di sisi ranjang. Aku merasakan dua kesakitan sekaligus saat ini, rekaman video perselingkuhan suamiku juga pertemuan tak sengaja aku dengan Baskara barusan. Mataku memanas, terkenang satu kata Baskara beberapa saat yang tadi. 'Kamu memang tidak pernah beruntung.'Ingin sekali aku membalas perkataannya tadi, tapi aku seperti membeku dan hanya bisa membalasnya dengan tatapan benci. Harusnya lelaki itu sadar bahwa dia adalah salah satu sumber kesialan di dalam hidup

  • SETELAH AKU DIMADU   Sebuah Pertemuan

    Entah sudah berapa kali aku bolak balik melihat lewat lubang yang ada di pintu untuk memastikan apakah mas Irwan dan gundiknya sempat keluar kamar atau tidak. Namun, hingga pukul setengah satu malam, aku tidak mendapatkan pergerakan apapun. Aku bisa menebak sekarang pasti keduanya sedang sibuk bergelut di atas ranjang kamar hotel. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur karena aku yakin mereka benar-benar akan keluar besok pagi. Pukul setengah tujuh, aku terbangun dari tidurku. Aku segera menuju ke pintu dan pas saat aku mengintip, kulihat mas Irwan dan gundiknya baru saja membuka pintu kamar mereka. Barulah sekarang aku melihat dengan cukup jelas wajah perempuan itu. Aku melihat mereka sudah berpakaian cukup rapi, pasti akan sarapan di bawah. Aku kemudian mendapatkan telepon dan segera mengangkatnya."Mbak Inggit, sarapannya mau diantarkan atau mau langsung ke resto bawah?" tanya pelayan. "Saya ke bawah saja, Mas." "Oh, baiklah kalau begitu, Mbak." Aku menutup telepon kemudian sege

  • SETELAH AKU DIMADU   Memulai Misi

    Waktu beranjak pukul setengah delapan malam setelah aku selesai membacakan dongeng untuk Rafa yang telah memejamkan matanya. Mas Irwan masih berada di rumah, dia belum pergi. Aku menutup pintu kamar Rafa dengan hati-hati, takut nanti puteraku itu terbangun lagi. Gegas ku langkahkan kaki menuju ke kamarku dan mas Irwan yang memang berseberangan dengan kamar Rafa. Saat aku membuka pintu, kulihat tak ada mas Irwan di sana. Tapi pintu yang menuju ke balkon tampak terbuka sedikit. Pasti dia ada di sana. Aku bergerak ke sana, baru saja hendak menguak daun pintu lebih lebar, aku mendengar mas Irwan tengah asyik berteleponan dengan seseorang. Urung aku mendekatinya, aku lebih tertarik untuk menguping pembicaraannya dengan lawan bicaranya di telepon saat ini. "Sabar sebentar, Sayang."Terus aku mendengarkan dengan seksama. "Aku udah pesan hotel buat kita tiga hari ini. Aku tahu kamu udah mulai risih sama tetangga-tetangga kamu karna aku sering ke sana, jadi aku udah sewa kamar hotel lengkap

  • SETELAH AKU DIMADU   Masih Sangup Berpura-pura

    Aku masih tergugu menangis sembari ditemani mbok Yem. Mataku pasti nampak bengkak sekarang. Setelah menyaksikan kenyataan di rumah sakit tentang mas Irwan dan gundiknya tadi, rasanya duniaku benar-benar sudah hancur. Bukan lagi diambang kehancuran, tapi memang sudah hancur lebur. Setiap butiran airmata juga sesak di hati yang kurasa sekarang adalah penggambaran kekecewaanku yang semakin dalam. Aku tak bisa lagi sekarang hanya sekedar diam dan menunggu. Selama ini, aku hanya melihat di film-film yang menceritakan tentang perselingkuhan dan ketika aku merasakannya sekarang, aku jadi tahu bahwa begitu sakit dan terlukanya para istri yang telah dikhianati suami mereka. "Nyonya harus sabar, harus tenang. Mbok tahu ini sulit, tapi Nyonya tidak boleh terus-terusan bersedih seperti ini." Kalimat penenang yang sedari tadi keluar dari mulut mbok Yem nyatanya tak mampu meredam tangisku. Namun, usapan lembutnya di punggungku seakan memberi ketenangan tersendiri. Aku ini jauh dari keluargaku yan

  • SETELAH AKU DIMADU   Namanya Erika

    "Ngapain kok lama banget di toilet, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan setelah dia kembali lagi ke meja kami. Nampak layar ponselnya menyala, nampaknya dia baru saja selesai berkomunikasi dengan perempuan itu sebelum benar-benar kembali ke meja ini. Aku juga sempat melihat perempuan itu makan dengan perlahan sembari melihat-lihat ponselnya. Sesekali bahkan perempuan itu tampak tertawa kecil, entah apa yang mereka bicarakan tadi lewat ponsel masing-masing. "Sakit perut, Sayang. Biasalah, aku kan gak bisa makanan yang pedas," kilahnya. Aku mengangkat bahu, berlagak seolah aku percaya dengan alasannya barusan. Aku berusaha untuk tetap tenang dan kembali makan dengan teratur. Sejauh ini, aktingku cukup bagus, meski aku sudah benar-benar gemetaran di dalam hati. "Kita balik aja langsung habis ini, Mas. Kasihan Rafa kalau tidurnya kemaleman." "Iya, Sayang. "Kami kembali sibuk dengan makanan masing-masing. Bisa aku rasakan jika dua manusia ini masih saling melirik. Aku berusaha untuk mengab

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status