Share

Praduga

Penulis: Kak Semok
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 01:53:21

Amarahku memuncak sampai ke ubun-ubun. Tadi mbok Yem dengan susah payah menenangkan aku di belakang. Tangisku pecah di pelukan perempuan tua itu. Meski aku tidak bisa menuduh mas Irwan secara langsung, tapi bagaimana mungkin sperma orang lain bisa ada di sekitar pakaian jika itu bukan miliknya sendiri?

"Aku sakit hati, Mbok. Apa yang musti aku lakukan? Oh, apa aku labrak saja ya mas Irwan sekarang?" tanyaku putus asa.

"Jangan, Nya. Tenang dulu. Ini kan belum tentu benar kalau punya tuan."

"Mbok ini, ya bagaimana lendir orang lain bisa menempel di baju dan celananya kalau bukan miliknya sendiri? Masa ini punya coby?"

Aku kembali terisak, tak mungkin kan itu lendir milik kucingku yang memang sedang birahi?

"Nya, coba diselidiki dulu betul-betul. Mbok bukannya mau mengajari Nyonya, tapi kalau Nyonya gegabah, nanti malah gak akan dapat bukti apa-apa."

Aku menghentikan isak perlahan, mengatur nafas yang tadi sesak karena tangis. Namun, betul juga apa yang dikatakan oleh mbok Yem. Aku harus bisa menemukan bukti lain jika memang mencurigai suamiku berselingkuh.

"Jadi maksud Mbok, aku musti pura-pura gak tahu dulu?"

Mbok Yem mengangguk perlahan. Aku menarik nafas panjang. Benar, nampaknya aku memang tak boleh gegabah. Aku harus bisa membuktikan kebenarannya. Meski sekarang rasanya aku jijik dan tidak sanggup melihat atau berdekatan dengan suamiku.

"Mbok, beberapa hari lagi kebetulan Rafa libur. Kalau aku titip Rafa di rumah Mbok barang sehari, apa boleh?" tanyaku penuh harap kepada mbok Yem yang segera mengangguk dan tersenyum kecil.

"Ya boleh, Nya, itu cucu saya pasti senang ada Den Rafa."

Aku menghela nafas lega, sepertinya aku memang harus menyelidiki semua ini. Tak apalah menitipkan Rafa kepada mbok Yem kelak karena aku akan melakukan pengintaian di malam hari. Tak mungkin aku meninggalkan Rafa sendirian kelak.

Tunggu kau, Mas, akan aku buktikan kecurigaanku terhadap kecuranganmu selama ini.

"Ya sudah, Mbok kembali ke dapur ya. Nanti kita pura-pura gak tahu kalau mas Irwan sudah bangun."

Mbok mengangguk lagi, lalu meninggalkanku sendiri yang termenung di sofa ruang tengah. Aku duduk dengan kepala berdenyut nyeri setelah lelah berpikir. Kalau saja tak ingat hari sudah beranjak pukul enam pagi dan aku harus pergi bersama Rafa ke sekolahnya, mungkin aku sudah akan sibuk dengan membongkar isi ponsel mas Irwan yang aku yakin, banyak sekali menyimpan rahasia kecurangannya terhadapku.

Namun, aku memilih diam dulu. Aku harus bertindak dengan tenang, dengan terukur dan rapi agar mas Irwan tak curiga bahwa aku sudah mencium permainannya.

"Tenang, Inggit, jangan gegagah."

Aku menarik nafas panjang lalu menghembuskannya kasar. Perlahan aku bangkit dari posisiku, aku segera naik dan masuk ke dalam kamar. Kulihat, suamiku yang tak setia itu sedang tidur dengan pulas. Lalu, mataku menangkap sebuah tanda merah di leher belakangnya.

Aku segera mendekat, untuk mempertegas penglihatan. Hatiku berdenyut nyeri, meski tak begitu jelas, tapi aku tahu betul tanda apa itu. Ya Tuhan, sungguh jahat kamu, Mas. Sekarang aku betul-betul yakin kalau kamu memang sudah main serong dengan orang lain di luar sana.

Lalu, mataku menangkap ponsel yang tergeletak di atas nakas. Baru saja aku hendak meraihnya, aku tersentak ketika suara pintu dibuka.

"Ma, papa jadi ikut kan?"

Kulihat Rafa baru saja bangun, dia sedang mengucek matanya. Aku sedih, sedih karena harus mengatakan bahwa hari ini, ayahnya kembali tak bisa menemani kami.

"Ehmmm, Rafa mandi dulu ya. Nanti kita bicarakan di bawah sambil sarapan."

"Tapi papa ikut kan, Ma?"

Aku tak bisa menjawab dengan suara, aku hanya mengangguk kecil membuat Rafa segera ke kamarnya sendiri untuk mandi. Rafa pasti kecewa kalau aku sempat berbohong kepadanya.

***

"Papa mana, Ma? Kok enggak sarapan bareng kita?" tanya Rafa yang telah berseragam rapi. Aku menatapnya sendu, bingung harus mengatakan apa.

"Papa hanya bisa mengantar Rafa dan Mama, sebab Papa harus bertemu dengan klien."

Suara yang diikuti ketukan langkah sepatu dari atas membuat aku dan Rafa serentak menoleh. Mbok Yem sedang menuangkan susu untuk puteraku itu. Kami jadi saling lirik.

Aku juga tak tahu jika mas Irwan sudah bangun dan sekarang turun ikut bergabung untuk sarapan bersama meski agak terlambat. Namun, yang aku kecewa, dia tetap saja tidak bisa ikut bersama kami.

"Kenapa sih Papa gak pernah bisa datang," keluh Rafa sambil mengaduk-aduk makanannya dengan tak berselera.

"Rafa, Papa benar-benar gak bisa. Kamu sama Mama saja dulu. Ini klien penting buat Papa."

"Sepenting apa sih, Mas, sampe kamu gak bisa meluangkan waktu cuma beberapa jam di sekolah anak kita?"

"Kamu gak akan paham, Sayang. Udahlah, aku ini kerja buat kalian, jangan didebat terus."

Melihat Rafa yang mulai tak nyaman karena pertengkaran kecil ini, aku segera tersenyum kepadanya.

"Rafa, gak apa ya, Nak. Papa benar-benar lagi gak bisa. Nanti pasti Papa punya waktu bareng kita lagi."

Dan Rafa hanya mengangguk kecil lalu kembali melanjutkan makannya dengan perlahan.

Ketika sudah berada di dalam mobil, aku dan mas Irwan sama sekali tak bicara. Entahlah, semenjak aku mencium kecurangannya, aku mulai malas untuk bicara bahkan melihatnya saja aku muak.

"Nanti bisa pulang pakai taksi kan? Aku gak bisa memperkirakan kelar meeting jam berapa."

"Ya, gak masalah," jawabku singkat.

Suamiku menoleh, melihat dengan kening berkerut sementara aku tak lagi memperdulikan keheranannya. Aku ingin segera sampai, sebab sekarang melihatnya terlalu lama membuatku benar-benar mual. Ingatan tentang lendir di pakaiannya, tanda merah di belakang lehernya, membuat aku geli. Entahlah nanti bukti apa lagi yang akan aku temukan dan perempuan macam apa yang selama ini menjadi selingkuhannya.

Aku hanya sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan kejutan apalagi dari suami yang tidak setia ini kelak.

Saat sampai di sekolah Rafa dengan banyaknya para orangtua murid yang sudah hadir hingga sampai acara berlangsung, hatiku masih saja nyeri. Aku gelisah, ingin rasanya aku menyusul mas Irwan ke kantornya sekarang. Namun, melihat wajah Rafa yang sedang bernyanyi bersama teman-temannya di atas panggung yang dengan senyum khasnya menatap ke arahku, aku jadi lebih tenang.

Senandung dari hatiku untuk Mama...

Nyanyian Rafa dan teman-temannya membuat aku tersentuh dan menitikkan airmata. Aku jadi berpikir, jika benar mas Irwan main serong, bagaimana nanti nasin puteraku? Haruskah dia aku pisahkan dari ayahnya? Haruskah ada perpisahan?

Entahlah, sekarang aku hanya bisa berharap semoga saja praduga selama ini salah. Semoga saja mas Irwan tak benar-benar mengkhianati kesetiaanku selama ini. Aku meraih tisu, mengusap airmata yang kian banyak jatuh.

Bab terkait

  • SETELAH AKU DIMADU   Wanita Yang Bersama Suamiku

    "Papa nggak jemput kita, Ma?"Pertanyaan itu meluncur dari mulut Rafa ketika kami sudah keluar dari gerbang sekolah dan kini tengah berada di pinggir trotoar, menunggu taksi yang akan lewat. "Iya, Nak. Kita naik taksi saja ya." "Yaaaaa, padahal Rafa kan mau pergi ke kedai eskrim, Ma." "Ya udah, kita berdua aja ya dulu."Rafa tersenyum lalu mengangguk. Ada kedai eskrim langgananku dan Rafa, dekat dengan mall yang kerap kami kunjungi jika akhir pekan. Tak apalah menyenangkan puteraku meski harus naik taksi dua kali kelak. Kami tiba di kedai eskrim yang ternyata hari ini cukup ramai. Aku segera mengantri dengan Rafa yang sedang menunggu di meja yang telah kami pilih. Mataku menatap ke sekeliling, di seberang kedai ini terlihat orang-orang keluar masuk mall.Aku membawa dua cup eskrim yang akan aku nikmati bersama Rafa. Terlihat puteraku itu tersenyum senang saat aku menyerahkan satu cup eskrim kesukaannya. "Enak?" tanyaku kepadanya yang begitu lahap. "Enak, Ma. Sebenarnya lebih ena

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Pertemuan Tak Terduga

    Kepalaku masih saja berdenyut nyeri ketika aku terbangun. Aku mendengar suara air dari pancaran shower yang ada di dalam kamarku dan mas Irwan. Suamiku yang bajingan ini ternyata sudah pulang. Sudah puas mungkin dia bercumbu dengan gundiknya. Aku mengepalkan jemari yang tertaut terbenam ke dalam lengkungan seprai. Aku mencengkramnya kuat, menahan segala bentuk kemarahan yang sebenarnya ingin sekali aku ledakkan di depan wajah mas Irwan sekarang. Perlahan aku bangkit dari tempat tidur, ketika ku sibak tirai, ternyata senja telah memayungi langit. Tampak rumput di bawah sana basah, rupanya sempat hujan. Aku tak tahu, sebab sudah begitu pulas tidur tadinya selama beberapa jam. Lalu kemudian sayup-sayup terdengar mas Irwan keluar dari kamar mandi. Aku menoleh sesaat kepadanya. "Udah bangun? Aku tadi lihat kamu pulas tidurnya, jadi gak mau bangunin." Dia berkata dengan santai, perlahan bergerak mendekatiku. Aku diam saja ketika dia sekarang bergerak semakin mendekat, menyibak sedikit a

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Namanya Erika

    "Ngapain kok lama banget di toilet, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan setelah dia kembali lagi ke meja kami. Nampak layar ponselnya menyala, nampaknya dia baru saja selesai berkomunikasi dengan perempuan itu sebelum benar-benar kembali ke meja ini. Aku juga sempat melihat perempuan itu makan dengan perlahan sembari melihat-lihat ponselnya. Sesekali bahkan perempuan itu tampak tertawa kecil, entah apa yang mereka bicarakan tadi lewat ponsel masing-masing. "Sakit perut, Sayang. Biasalah, aku kan gak bisa makanan yang pedas," kilahnya. Aku mengangkat bahu, berlagak seolah aku percaya dengan alasannya barusan. Aku berusaha untuk tetap tenang dan kembali makan dengan teratur. Sejauh ini, aktingku cukup bagus, meski aku sudah benar-benar gemetaran di dalam hati. "Kita balik aja langsung habis ini, Mas. Kasihan Rafa kalau tidurnya kemaleman." "Iya, Sayang. "Kami kembali sibuk dengan makanan masing-masing. Bisa aku rasakan jika dua manusia ini masih saling melirik. Aku berusaha untuk mengab

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-28
  • SETELAH AKU DIMADU   Masih Sangup Berpura-pura

    Aku masih tergugu menangis sembari ditemani mbok Yem. Mataku pasti nampak bengkak sekarang. Setelah menyaksikan kenyataan di rumah sakit tentang mas Irwan dan gundiknya tadi, rasanya duniaku benar-benar sudah hancur. Bukan lagi diambang kehancuran, tapi memang sudah hancur lebur. Setiap butiran airmata juga sesak di hati yang kurasa sekarang adalah penggambaran kekecewaanku yang semakin dalam. Aku tak bisa lagi sekarang hanya sekedar diam dan menunggu. Selama ini, aku hanya melihat di film-film yang menceritakan tentang perselingkuhan dan ketika aku merasakannya sekarang, aku jadi tahu bahwa begitu sakit dan terlukanya para istri yang telah dikhianati suami mereka. "Nyonya harus sabar, harus tenang. Mbok tahu ini sulit, tapi Nyonya tidak boleh terus-terusan bersedih seperti ini." Kalimat penenang yang sedari tadi keluar dari mulut mbok Yem nyatanya tak mampu meredam tangisku. Namun, usapan lembutnya di punggungku seakan memberi ketenangan tersendiri. Aku ini jauh dari keluargaku yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • SETELAH AKU DIMADU   Memulai Misi

    Waktu beranjak pukul setengah delapan malam setelah aku selesai membacakan dongeng untuk Rafa yang telah memejamkan matanya. Mas Irwan masih berada di rumah, dia belum pergi. Aku menutup pintu kamar Rafa dengan hati-hati, takut nanti puteraku itu terbangun lagi. Gegas ku langkahkan kaki menuju ke kamarku dan mas Irwan yang memang berseberangan dengan kamar Rafa. Saat aku membuka pintu, kulihat tak ada mas Irwan di sana. Tapi pintu yang menuju ke balkon tampak terbuka sedikit. Pasti dia ada di sana. Aku bergerak ke sana, baru saja hendak menguak daun pintu lebih lebar, aku mendengar mas Irwan tengah asyik berteleponan dengan seseorang. Urung aku mendekatinya, aku lebih tertarik untuk menguping pembicaraannya dengan lawan bicaranya di telepon saat ini. "Sabar sebentar, Sayang."Terus aku mendengarkan dengan seksama. "Aku udah pesan hotel buat kita tiga hari ini. Aku tahu kamu udah mulai risih sama tetangga-tetangga kamu karna aku sering ke sana, jadi aku udah sewa kamar hotel lengkap

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • SETELAH AKU DIMADU   Sebuah Pertemuan

    Entah sudah berapa kali aku bolak balik melihat lewat lubang yang ada di pintu untuk memastikan apakah mas Irwan dan gundiknya sempat keluar kamar atau tidak. Namun, hingga pukul setengah satu malam, aku tidak mendapatkan pergerakan apapun. Aku bisa menebak sekarang pasti keduanya sedang sibuk bergelut di atas ranjang kamar hotel. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur karena aku yakin mereka benar-benar akan keluar besok pagi. Pukul setengah tujuh, aku terbangun dari tidurku. Aku segera menuju ke pintu dan pas saat aku mengintip, kulihat mas Irwan dan gundiknya baru saja membuka pintu kamar mereka. Barulah sekarang aku melihat dengan cukup jelas wajah perempuan itu. Aku melihat mereka sudah berpakaian cukup rapi, pasti akan sarapan di bawah. Aku kemudian mendapatkan telepon dan segera mengangkatnya."Mbak Inggit, sarapannya mau diantarkan atau mau langsung ke resto bawah?" tanya pelayan. "Saya ke bawah saja, Mas." "Oh, baiklah kalau begitu, Mbak." Aku menutup telepon kemudian sege

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • SETELAH AKU DIMADU   Aku Memang Tidak Pernah Beruntung

    "Kamu memang gak pernah beruntung." Setelah mengatakan itu, lelaki bernama Baskara itu benar-benar melangkah pergi. Aku hanya menatapnya dengan pandangan yang masih sama yaitu benci. Setelah bertemu secara tak sengaja barusan, ingatanku tentang peristiwa masa silam ketika aku masih berseragam abu-abu kembali terlintas begitu saja. Wajah Baskara yang tampan dan menyebalkan juga sikapnya yang semena-mena terhadapku dahulu kembali terbayang. Aku membawa diriku pergi, secepatnya kembali ke dalam kamar hotel. Aku duduk termangu di sisi ranjang. Aku merasakan dua kesakitan sekaligus saat ini, rekaman video perselingkuhan suamiku juga pertemuan tak sengaja aku dengan Baskara barusan. Mataku memanas, terkenang satu kata Baskara beberapa saat yang tadi. 'Kamu memang tidak pernah beruntung.'Ingin sekali aku membalas perkataannya tadi, tapi aku seperti membeku dan hanya bisa membalasnya dengan tatapan benci. Harusnya lelaki itu sadar bahwa dia adalah salah satu sumber kesialan di dalam hidup

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • SETELAH AKU DIMADU   Dihina Miskin

    "Tega kamu, Mas!" Setelah sekian detik aku menahan gejolak amarah akhirnya meledak juga rasa sakit yang selama ini aku tahan. "Dan kamu! Kamu juga gak punya perasaan. Sebagai perempuan, harusnya kamu bisa menjaga harga diri kamu! Ada banyak lelaki di dunia ini kenapa harus suamiku?!"Kemarahanku meluap-luap tanpa bisa ku cegah lagi. Aku mendekat ke arah Erika bersiap untuk menampar wajahnya tetapi mas Irwan segera menghalangiku hingga tamparanku mendarat sempurna di pipinya. "Inggit, tenang! Aku yakin ini bisa diselesaikan secara baik-baik!" bentak mas Irwan menangkap tanganku yang kembali hendak melayang."Baik-baik katamu?! Kamu pikir aku mau dimadu hah?!" Aku berseru di depan wajahnya."Mbak nggak punya pilihan selain membiarkan mas Irwan menikahiku! Aku sudah hamil, Mbak! Lihat, perutku sudah semakin membesar!" Erika berkata dengan nada keras. "Kamu mau menikahinya, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan dengan penuh penekanan. "Ya, semakin lama perut Erika akan semakin membesar. Ada a

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19

Bab terbaru

  • SETELAH AKU DIMADU   Tinggal Bersama

    Setelah kemarin acara pernikahan mas Irwan dan Erika digelar, aku begitu terkejut ketika hari ini mendapati keduanya datang ke rumah. Padahal aku dan mas Irwan sudah sempat menyepakati bahwa Erika tidak akan tinggal di rumah ini karena aku masih menjaga perasaan Rafa. Namun, sekarang kenapa Erika ikut pulang bersama mas Irwan, bahkan membawa koper dan beberapa barangnya?"Kenapa dia ikut ke sini, Mas? Kita udah sepakat ya, dia nggak tinggal di sini sama kita. Kamu bisa bebas pergi dengannya dan tinggal dengannya, asal gak di sini," ujarku yang langsung melayangkan protes kepada mas Irwan. "Kenapa kamu yang mengatur? Ini kan rumah suamiku juga, jadi aku juga berhak untuk tinggal di sini dong! Enak aja kamu mau tinggal di sini sendirian sama anakmu aja! Aku juga lagi mengandung anaknya Mas Irwan, jadi aku juga berhak!" Aku memandang sengit Erika. Sudah dipastikan bahwa kehidupan rumah tangga ini akan kacau setelah kehadirannya di sini. Aku tidak akan pernah mau berbaikan dengan peremp

  • SETELAH AKU DIMADU   Dan Mereka Menikah

    Dan mereka pun menikah, ya, mereka menikah. Aku tak hadir di pernikahan mas Irwan dan Erika. Aku hanya berdiam diri di rumah saja, aku menghabiskan waktu menonton televisi yang sesekali diselingi airmata. Tak ada isak yang keluar dari mulutku, hanya airmata yang senantiasa mengalir menandakan aku tengah terluka. Meski aku mencoba untuk menerima ini semua, tapi tetap saja rasa sakit menyerangku tanpa ampun. "Ma." Gegas ku hapus airmata. Rafa tidak boleh melihatku dalam keadaan menangis seperti ini. Aku segera menoleh dan memberikan senyum terbaikku kepadanya. "Ma, papa udah berapa hari ini kok enggak pulang?" tanya puteraku kebingungan. Aku menarik nafas panjang, sulit sekali menjelaskan kepada Rafa tentang semua ini tetapi aku juga tak bisa jika membiarkan Rafa terus dibohongi. Namun, setiap kali ingin mengatakan kepada Rafa hal yang sebenarnya, pasti aku langsung terdiam, tak sanggup. Rafa masih cukup kecil untuk menerima kenyataan bahwa ayahnya telah menikah lagi dan malah dia

  • SETELAH AKU DIMADU   Apa Rasanya Berselingkuh?

    "Totalnya lima ratus lima puluh dua ribu, Mbak." Aku mengangguk, mengeluarkan uang dari dalam dompet dari dalam tasku. Aku sedang berada di dalam supermarket, membeli kebutuhan rumah tangga yang sudah mulai habis. Sudah tiga hari semenjak mas Irwan membawa selingkuhannya ke rumah kami, dia tak pulang ke rumah lagi. Aku juga tak lagi mengharapkan kepulangannya. Aku takut dia akan menyentuhku sebab aku tak lagi rela tubuhku dijamah olehnya. Meski aku tahu bahwa dia masih berstatus sebagai suamiku, tapi aku sungguh tak lagi menganggapnya demikian.Katakanlah aku bodoh karena masih bertahan. Namun, kulakukan semua ini demi Rafa. Aku tak mau kehilangan puteraku. Sampai hari ini, Rafa juga tak tahu apa yang telah terjadi pada hubungan kedua orangtuanya dan aku rasa, Rafa belum cukup umur untuk mengerti akan hal itu. "Mas, aku sekalian beli alat-alat mandi ya, di rumah soalnya udah pada habis." Aku mendengar suara yang akhir-akhir ini tak lagi asing di telingaku. Suara perempuan yang suda

  • SETELAH AKU DIMADU   Dihina Miskin

    "Tega kamu, Mas!" Setelah sekian detik aku menahan gejolak amarah akhirnya meledak juga rasa sakit yang selama ini aku tahan. "Dan kamu! Kamu juga gak punya perasaan. Sebagai perempuan, harusnya kamu bisa menjaga harga diri kamu! Ada banyak lelaki di dunia ini kenapa harus suamiku?!"Kemarahanku meluap-luap tanpa bisa ku cegah lagi. Aku mendekat ke arah Erika bersiap untuk menampar wajahnya tetapi mas Irwan segera menghalangiku hingga tamparanku mendarat sempurna di pipinya. "Inggit, tenang! Aku yakin ini bisa diselesaikan secara baik-baik!" bentak mas Irwan menangkap tanganku yang kembali hendak melayang."Baik-baik katamu?! Kamu pikir aku mau dimadu hah?!" Aku berseru di depan wajahnya."Mbak nggak punya pilihan selain membiarkan mas Irwan menikahiku! Aku sudah hamil, Mbak! Lihat, perutku sudah semakin membesar!" Erika berkata dengan nada keras. "Kamu mau menikahinya, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan dengan penuh penekanan. "Ya, semakin lama perut Erika akan semakin membesar. Ada a

  • SETELAH AKU DIMADU   Aku Memang Tidak Pernah Beruntung

    "Kamu memang gak pernah beruntung." Setelah mengatakan itu, lelaki bernama Baskara itu benar-benar melangkah pergi. Aku hanya menatapnya dengan pandangan yang masih sama yaitu benci. Setelah bertemu secara tak sengaja barusan, ingatanku tentang peristiwa masa silam ketika aku masih berseragam abu-abu kembali terlintas begitu saja. Wajah Baskara yang tampan dan menyebalkan juga sikapnya yang semena-mena terhadapku dahulu kembali terbayang. Aku membawa diriku pergi, secepatnya kembali ke dalam kamar hotel. Aku duduk termangu di sisi ranjang. Aku merasakan dua kesakitan sekaligus saat ini, rekaman video perselingkuhan suamiku juga pertemuan tak sengaja aku dengan Baskara barusan. Mataku memanas, terkenang satu kata Baskara beberapa saat yang tadi. 'Kamu memang tidak pernah beruntung.'Ingin sekali aku membalas perkataannya tadi, tapi aku seperti membeku dan hanya bisa membalasnya dengan tatapan benci. Harusnya lelaki itu sadar bahwa dia adalah salah satu sumber kesialan di dalam hidup

  • SETELAH AKU DIMADU   Sebuah Pertemuan

    Entah sudah berapa kali aku bolak balik melihat lewat lubang yang ada di pintu untuk memastikan apakah mas Irwan dan gundiknya sempat keluar kamar atau tidak. Namun, hingga pukul setengah satu malam, aku tidak mendapatkan pergerakan apapun. Aku bisa menebak sekarang pasti keduanya sedang sibuk bergelut di atas ranjang kamar hotel. Akhirnya, aku memutuskan untuk tidur karena aku yakin mereka benar-benar akan keluar besok pagi. Pukul setengah tujuh, aku terbangun dari tidurku. Aku segera menuju ke pintu dan pas saat aku mengintip, kulihat mas Irwan dan gundiknya baru saja membuka pintu kamar mereka. Barulah sekarang aku melihat dengan cukup jelas wajah perempuan itu. Aku melihat mereka sudah berpakaian cukup rapi, pasti akan sarapan di bawah. Aku kemudian mendapatkan telepon dan segera mengangkatnya."Mbak Inggit, sarapannya mau diantarkan atau mau langsung ke resto bawah?" tanya pelayan. "Saya ke bawah saja, Mas." "Oh, baiklah kalau begitu, Mbak." Aku menutup telepon kemudian sege

  • SETELAH AKU DIMADU   Memulai Misi

    Waktu beranjak pukul setengah delapan malam setelah aku selesai membacakan dongeng untuk Rafa yang telah memejamkan matanya. Mas Irwan masih berada di rumah, dia belum pergi. Aku menutup pintu kamar Rafa dengan hati-hati, takut nanti puteraku itu terbangun lagi. Gegas ku langkahkan kaki menuju ke kamarku dan mas Irwan yang memang berseberangan dengan kamar Rafa. Saat aku membuka pintu, kulihat tak ada mas Irwan di sana. Tapi pintu yang menuju ke balkon tampak terbuka sedikit. Pasti dia ada di sana. Aku bergerak ke sana, baru saja hendak menguak daun pintu lebih lebar, aku mendengar mas Irwan tengah asyik berteleponan dengan seseorang. Urung aku mendekatinya, aku lebih tertarik untuk menguping pembicaraannya dengan lawan bicaranya di telepon saat ini. "Sabar sebentar, Sayang."Terus aku mendengarkan dengan seksama. "Aku udah pesan hotel buat kita tiga hari ini. Aku tahu kamu udah mulai risih sama tetangga-tetangga kamu karna aku sering ke sana, jadi aku udah sewa kamar hotel lengkap

  • SETELAH AKU DIMADU   Masih Sangup Berpura-pura

    Aku masih tergugu menangis sembari ditemani mbok Yem. Mataku pasti nampak bengkak sekarang. Setelah menyaksikan kenyataan di rumah sakit tentang mas Irwan dan gundiknya tadi, rasanya duniaku benar-benar sudah hancur. Bukan lagi diambang kehancuran, tapi memang sudah hancur lebur. Setiap butiran airmata juga sesak di hati yang kurasa sekarang adalah penggambaran kekecewaanku yang semakin dalam. Aku tak bisa lagi sekarang hanya sekedar diam dan menunggu. Selama ini, aku hanya melihat di film-film yang menceritakan tentang perselingkuhan dan ketika aku merasakannya sekarang, aku jadi tahu bahwa begitu sakit dan terlukanya para istri yang telah dikhianati suami mereka. "Nyonya harus sabar, harus tenang. Mbok tahu ini sulit, tapi Nyonya tidak boleh terus-terusan bersedih seperti ini." Kalimat penenang yang sedari tadi keluar dari mulut mbok Yem nyatanya tak mampu meredam tangisku. Namun, usapan lembutnya di punggungku seakan memberi ketenangan tersendiri. Aku ini jauh dari keluargaku yan

  • SETELAH AKU DIMADU   Namanya Erika

    "Ngapain kok lama banget di toilet, Mas?" tanyaku kepada mas Irwan setelah dia kembali lagi ke meja kami. Nampak layar ponselnya menyala, nampaknya dia baru saja selesai berkomunikasi dengan perempuan itu sebelum benar-benar kembali ke meja ini. Aku juga sempat melihat perempuan itu makan dengan perlahan sembari melihat-lihat ponselnya. Sesekali bahkan perempuan itu tampak tertawa kecil, entah apa yang mereka bicarakan tadi lewat ponsel masing-masing. "Sakit perut, Sayang. Biasalah, aku kan gak bisa makanan yang pedas," kilahnya. Aku mengangkat bahu, berlagak seolah aku percaya dengan alasannya barusan. Aku berusaha untuk tetap tenang dan kembali makan dengan teratur. Sejauh ini, aktingku cukup bagus, meski aku sudah benar-benar gemetaran di dalam hati. "Kita balik aja langsung habis ini, Mas. Kasihan Rafa kalau tidurnya kemaleman." "Iya, Sayang. "Kami kembali sibuk dengan makanan masing-masing. Bisa aku rasakan jika dua manusia ini masih saling melirik. Aku berusaha untuk mengab

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status