Share

86. Melerai Curiga

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-21 09:00:03

“Kalau begitu katakan padaku apa yang terjadi sebenarnya?”

Aku mulai mendesak Mas Mirza untuk segera menjelaskan apa yang terjadi sekarang.

Mas Mirza tak segera menjawab malah menarik nafas dalam sampai beberapa lama.

“Kelihatannya kamu sangat berat untuk mengatakannya Mas, apa kalian memang sedang melakukan sesuatu yang tercela?”

Aku mulai mengungkapkan kecurigaanku dengan begitu lugas.

Tapi nyatanya Mas Mirza malah membeliakkan mata ke arahku.

“Apa sebegitu rendah anggapan kamu padaku?” sergah Mas Mirza yang terlihat sangat tak mau disudutkan.

Aku membalas tatapannya dengan sama lugasnya.

“Sudahlah Mirza nggak pernah ngaku, yang jelas tadi aku melihat Erna sedang memeluk suami kamu bahkan aku melihat mereka mau berciuman,” sahut ibu sengit.

Apa yan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   87. Rencana Memberikan Bantuan

    “Untuk tujuan apa Erna mendadak mendatangi rumah kita Mas?” tanyaku mengulangi.Mas Mirza membalas tatapanku dengan lurus.“Dia ingin mengadukan tentang keadaan perekonomian keluarganya padaku.”Mas Mirza lalu menarik nafas panjang.“Dia ingin meminta bantuan lagi pada kita,” ucap Mas Mirza lugas.Aku ikut mendesah panjang, menjadi sangat menyayangkan sikap adik ipar suamiku di mana dulu dia pernah menampik untuk memberikan bantuan di saat kami sangat membutuhkan. Bukan hanya itu Erna juga bahkan mempengaruhi Andika, adik dari suamiku agar menjauhi kami di saat kami sudah tak memiliki apapun.Tapi kini di saat kami sudah mulai bangkit dan dia kembali terpuruk dia malah datang dan mengemis bantuan.Meski begitu aku tetap berusaha untuk melapangkan hati agar aku bisa menyikapi semua ini dengan bijak tak t

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   88. Andika Yang Mulai Tegas

    “Jadi katakan padaku siapa yang kamu tolong terlebih dahulu?”Aku mulai bertanya mencaritahu pendapat suamiku untuk membantu adik-adiknya yang sekarang kembali terbelit masalah.Mas Mirza menatapku lurus lalu tersenyum penuh arti padaku.“Sejak dulu kamu selalu begitu tulus memberikan perhatian pada keluargaku, bahkan dengan keadaanku yang sudah seperti ini kamu tak pernah mengeluh apapun padaku.”Aku membalas senyuman suamiku dengan lebih lebar.“Mas, kita ini sudah lama menikah bahkan sudah lebih dari 30 tahun kita bersama, kenapa kamu masih saja bersikap seperti ini? Keluarga kamu juga keluargaku.”Aku kemudian malah menjatuhkan kepalaku di atas pangkuannya, yang membuat Mas Mirza malah membelai kepalaku dengan penuh cinta.“Terima kasih ya sayang,” ucap Mas Mirza terdengar

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   89. Mendatangi Rumah Erna

    “Akui saja Erna kalau kamu memang berencana untuk merebut Mas Mirza lagi dari Mbak Nia.”Andika semakin menyudutkan istrinya yang sekarang bahkan menjadi tak berani untuk menentang tatapannya.Aku ikut menyergap Erna dengan sorot mata tajam.Wanita itu kemudian mulai memalingkan wajahnya.“Kamu yang memaksa aku untuk melakukan semua ini.”Erna malah menyalahkan suaminya.Sikapnya menjadi tak bisa aku pahami.Pun dengan Andika yang sekarang sudah membeliakkan mata karena menjadi sangat jengah ketika istrinya sangat enggan untuk disudutkan.“Kamu menyalahkan aku?”“Nyatanya kamu memang yang salah Pak,” tegas Erna sengit.“Kamu itu jadi lelaki nggak pernah bisa tegas. Selama ini selalu aku yang berusaha, dan seka

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   90. Sesuatu Yang Terjadi Pada Riska

    “Pak, Bu, Budhe Nia, tolong Riska ...”Pria muda yang sedang berlari menyongsong kami itu wajahnya menyiratkan ketegangan yang nyata.“Ada apa dengan Riska Danar?” tanyaku ikut menjadi cemas kepada keponakanku yang sekarang telah tumbuh menjadi pemuda bertubuh tegap.Sementara Andika dan Erna ikut menatap lurus ke arah putra kedua mereka itu.Riska adalah anak dari Dina, keponakanku juga yang akhir-akhir menjadi sulit untuk aku hubungi dan benar-benar sangat ingin aku tahu kabarnya karena dulu kami memang begitu dekat. Tapi semenjak aku dan Mas Mirza pindah rumah dan Dina seakan memutuskan hubungannya dengan kami, aku menjadi sulit menghubungi keponakan dari pihak Mas Mirza itu yang memiliki wajah yang cantik dan tumbuh menjadi gadis yang memiliki kecantikan paripurna itu.Danar menata nafasnya terlebih dahulu sebelum mengatakan kabar yang ingin dia sampai

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   91. Dibalik Pemerkosaan Riska

    “Nar, apa Dina ada hubungannya dengan kemalangan yang menimpa Riska saat ini?”Aku kembali mendesak Danar untuk mengungkapkan kejadian yang sebenarnya hingga Riska tampak babak belur seperti itu dengan keadaan yang sangat menyedihkan.Danar malah menggeleng sedih hanya sesaat memandang ke arahku sebelum kemudian dia kembali melanjutkan langkahnya yang membuatku harus menahan rasa ingin tahuku lagi.“Budhe dengarkan saja apa yang akan dikatakan dokter,” gumam Danar ketika kami sudah mulai masuk ke dalam ruang dokter.“Ada yang bisa saya bantu?” tanya dokter wanita yang masih terlihat sangat muda itu.Danar kemudian malah menoleh ke arahku ketika kami sudah duduk berdampingan di hadapan dokter yang menangani Riska sejak dirawat di rumah sakit.“Begini Dok, budhe saya ini ingin mengetahui secara jelas tenta

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   92. Sesuatu Tentang Akbar

    “Sekarang katakan padaku, apa yang sudah terjadi pada Riska sampai dia mengalami luka yang sangat parah seperti itu?”Aku menjadi sangat emosional menjadi tak bisa menenangkan diri.“Katakan siapa pria terakhir yang bersama Riska?”Aku kembali mendesak Danar dan memaksanya untuk mengatakan semuanya padaku.“Katakan Nar, aku akan menyeret pria itu ke polisi. Dia harus mendapat hukuman yang setimpal.”Danar masih saja diam tampak sangat enggan untuk menjawab pertanyaanku.“Danar, jangan diam saja, jawab pertanyaanku!” Aku semakin memaksa dengan nada bicara yang mulai meninggi.Danar terperangah sejenak ketika mendapati kemarahanku.“Tapi ...”“Apa yang membuat kamu ragu Nar? Apa kamu bisa diam saja melihat Riska seperti

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   93. Sesuatu Tentang Akbar 2

    “Memangnya apa yang sudah dikatakan Akbar, Mas?” Aku bertanya tandas dengan hati memendam keresahan. Aku menjadi teringat beberapa hari lalu Akbar bahkan pernah mengatakan kalau dia malu memiliki papa dan mama yang tua. Aku kemudian menjadi gusar, apa mungkin Akbar juga mengatakan hal yang sama pada Mas Mirza karena Akbar juga sempat mengeluhkan tentang keadaan papanya yang sedang sakit dan hanya bisa beraktivitas di atas kursi roda berbeda dengan papa dari teman-temannya yang lain yang bisa diajak untuk bermain bola bersama dan berlarian. Mas Mirza saat ini malah mengunggah kesedihannya yang membuatku kian merasa tertekan. “Dia bilang kenapa dia tidak bisa memiliki ayah seperti ayah teman-temannya.” Mas Mirza berucap dengan wajah murung. Tatapannya kemudian beralih pada kedua kakinya yang lumpuh yang selama ini hanya bisa melakukan segala hal dari atas kursi roda. “Aku memang sangat tidak berguna.” Mas Mirza terdengar menyalahkan dirinya sendiri. Segera aku mendekat dan bersi

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   94. Papa Muda

    “Sayang, apa ada yang ingin kamu katakan?”Aku berusaha membujuk anakku yang sekarang terlihat luruh saat menatapku.Akbar sekarang malah terlihat waktu.“Nak, katakan saja apa yang ingin kamu katakan.”Aku kemudian mulai membelai rambut anakku yang masih terlihat berantakan.“Ma, sebenarnya aku tidak suka sekolah.”Aku langsung mengernyit lugas menyergap anakku dengan tatapan yang lebih lekat.Tapi aku tetap berusaha menyajikan ketenangan meski hatiku disergap kekagetan saat mendengar ucapan anakku.“Kenapa Akbar nggak suka sekolah? Apa yang membuat Akbar nggak suka sekolah?”Aku berusaha mengorek keterangan dari anakku.Akbar masih saja memandangku dengan ragu.“Aku nggak suka karena ada teman Akbar yang suka ngeledek.”Aku mendesah tipis.“Kamu abaikan saja ledekan teman kamu, dan cari teman yang lain yang nggak suka ngeledek.”Akbar termangu ketika mendengar ucapannya dengan tatapannya yang terarah lurus padaku.“Tapi mereka bilang kalau aku nggak punya papa karena aku nggak perna

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25

Bab terbaru

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   109. Dalam Ketidakpastian

    Cukup lama aku bersimpuh di samping pusara Mas Mirza. Berusaha keras menegarkan diri meski air mataku tetap saja tak bisa aku tahan.Walau aku begitu kehilangan tapi aku enggan hanyut dalam kesedihan yang hanya akan membuat hatiku tidak bisa menerima takdir yang sudah digariskan.Aku tak mau terjebak dalam kekufuran yang hanya akan membuatku tidak bisa menerima kenyataan jika Mas Mirza tidak lagi bersamaku.Akbar yang sejak tadi mendampingi, berusaha menguatkan aku dengan sentuhannya yang selalu aku rasakan pada pundakku.Putraku mampu menempatkan dirinya dengan sangat baik hingga aku merasa tidak sendiri.“Ma, ini sudah digariskan oleh Allah, ikhlaskan Papa, Ma,” gumam Akbar bijak.Aku memandang luruh pada putraku meski sebelah tanganku masih berpegang pada nisan suamiku.Saat memandang Akbar aku merasa jika Mas Mirza seakan masih bersamaku. Wajah mereka terlalu mirip yang membuat hatiku malah menjadi lebih tegar.Aku berusaha menyunggingkan senyumku dan membalas genggaman tangan mun

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   108. Diambang Perpisahan

    “Bagaimana kamu mengenal dia?”Aku bertanya penuh rasa penasaran.Sebaliknya Yusuf malah terlihat ragu, bahkan dia kemudian mulai menarik nafas dalam.Sementara istrinya memberi tatapan penuh arti disertai sebuah anggukan ringan yang membuat Yusuf kembali mengarahkan tatapannya padaku.“Sebenarnya Mas Herlambang adalah kakak kandungku, kami bertemu setelah sekian lama terpisah karena keadaan.”“Kakak kamu?”“Tapi sebenarnya ada hal lain juga yang aku rasa Mbak Nia perlu ketahui.”“Tentang apa?” tanyaku sedikit mendesak.“Kalau sebenarnya Mas Herlambang menyimpan sebuah perasaan pada Mbak Nia sejak lama. Karena memang Mas Herlambang sudah begitu lama mengenal Mbak Nia.”“Kami sebelumnya sudah saling mengenal?” tanyaku tak bisa sepenuhnya percaya.“Iya, karena sebenarnya Mas Herlambang sendiri yang sudah membawaku untuk diletakkan di depan rumah ayah dan ibu, Mbak Nia dan ketika itu Mbak Nia sendiri yang menemukan aku terlebih dahulu. Kata Mas Herlambang yang memperhatikan Mbak Nia dari

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   107. Masuk Pesantren

    “Maksud Budhe apa ya?” Riska sekarang malah terlihat ragu.“Apa kamu memiliki perasaan yang sama dengan Danar?” Aku kembali mendesak.“Budhe, aku tidak bisa memastikan apapun. Untuk sementara aku tak memikirkan semua itu, aku hanya berpikir untuk memperbaiki diriku dulu, seperti yang sudah aku katakan aku ingin masuk pesantren dan belajar ilmu agama, meski sepertinya aku sudah sangat terlambat untuk memulainya Budhe.”“Tidak, jangan pernah berpikir seperti itu.”Aku mulai menggenggam tangan Riska.“Kalau kamu sudah membulatkan tekad kamu seperti itu, budhe akan membantumu. Budhe juga berencana akan memasukkan Akbar ke pesantren dan setelah budhe bisa membujuk Akbar, baru kita akan sama-sama ke sana. Karena kebetulan budhe memiliki adik angkat yang sekarang sudah memiliki sebuah pondok pesantren yang cukup besar.”Aku mulai mengulas senyumku di depan Riska yang masih menampakkan keresahannya itu.“Nanti kita akan sama-sama datang ke sana.”Aku berusaha meyakinkan Riska lagi.“Te

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   106. Perasaan Riska

    Sontak aku dan Mas Mirza menjawab salam itu bersamaan, sembari aku menggiring kursi roda yang diduduki Mas Mirza untuk bergerak ke ruang tamu.Aku dan Mas Mirza langsung mengunggah kekagetan saat mendapati sosok Arman sedang berdiri di ambang pintu memandang kami dengan ragu dengan keadaannya yang jauh berbeda, tak lagi seperti dulu yang selalu memakai pakaian rapi dan gayanya yang cenderung angkuh.Bahkan saat terakhir datang dulu adik suamiku itu masih menampakkan sikapnya yang suka memaksa saat meminta untuk bisa tinggal di rumah kami.Tapi kini pria itu terlihat sangat sederhana bahkan gestur tubuhnya terlihat canggung dan ragu saat kami mulai mempersilakan masuk.“Arman, masuklah,” ucapku ramah.Sementara Mas Mirza hanya diam dengan tatapan yang sejak tadi memindai pada diri adiknya yang pastinya membuat suamiku itu bertanya-tanya.“Lama kita tidak bertemu ya,” ungkapku memulai percakapan ketika pria yang sekarang terlihat kurus dan jauh lebih tua itu sudah duduk di hadapan kami.

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   105. Keinginan Suamiku

    Saat aku datang, aku melihat wajah sendu Mas Mirza. Tatapannya menjadi nanar ketika aku memandangnya.“Ada apa Mas?” tanyaku penasaran sembari aku duduk di dekatnya yang saat ini Mas Mirza sedang duduk termangu di kursi rodanya.“Tidak ....”Mas Mirza malah memandangku semakin lekat.“Apa ada yang ingin kamu sampaikan Mas?” tanyaku agak mendesak karena aku menjadi sangat penasaran.Mas Mirza kemudian malah menggeleng.“Tidak, tidak ada,” gumam Mas Mirza.Tapi ketika melihat ekspresi wajahnya yang penuh kegundahan aku tetap tak bisa menghalau rasa ingin tahuku.Aku masih tak yakin jika Mas Mirza jujur saat ini.“Katakanlah Mas, apa yang sedang Mas pikirkan saat ini?”Mas Mirza masih termangu sesaat meski kemudian ia mulai menarik nafas panjang.“Aku hanya merasa bosan,” gumam Mas Mirza kemudian sembari memandangi kedua kakinya yang sudah nyaris tiga tahun ini tak bisa digerakkan lagi.Tapi setelah itu Mas Mirza malah tersenyum lebar.“Sudahlah lupakan semua itu, bagaimana keadaan pabri

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   104. Sikap Ganjil Herlambang

    “Budhe Nia!”Sontak aku menoleh dan memandang dari kejauhan melihat sosok Danar mendekat ke arah kami.Sekarang perhatian kami tertuju pada Danar yang semakin memacu langkahnya.“Apa persoalan kamu di kampus sudah selesai?” tanyaku memastikan karena tadi Danar memang harus datang ke kampus untuk mengurus beberapa hal yang membuatnya tak bisa mengikuti jalannya persidangan yang sudah memasuki fase akhirnya.“Sudah Budhe, semuanya sudah selesai.”Danar mengatur sejenak nafasnya yang tampak tersengal.“Bagaimana sidangnya? Keputusan hakim bagaimana?” tanya Danar menjadi sangat penasaran.“Sudah, Roby kena 10 tahun dan Dina juga ikut dijadikan tersangka meski saat ini dia masih buron.”Sejak di pemakaman nyatanya Dina benar-benar mengikuti apa yang dikatakan oleh

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   103. Fakta Lain Tentang Didit

    “Kenapa kamu berkata seperti itu?”Aku menjadi penasaran dengan apa yang dikatakan Danar. Aku merasa dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku saat ini.Pria muda yang juga mewarisi kesempurnaan wajah ibunya itu meski kakaknya memiliki wajah yang lebih mirip sang ibu itu malah mendesah panjang.“Mas Didit mungkin tidak akan berubah karena di dalam penjara dia masih saja menjadi pemadat, karena benda haram itu semakin mudah didapat di dalam sana.”Aku terperangah ketika mendengar apa yang dikatakan Danar. Keponakanku itu mengunggah wajah sedihnya yang menunjukkan rasa prihatin atas keadaan sang kakak.“Apa benar yang kamu katakan ini?”“Kurasa Budhe sudah banyak mendengar berita seperti ini di berbagai media,”gumam Danar.Ganti aku yang menarik nafas panjang menjadi tak bisa berk

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   102. Rencana Masa Depan

    “Katakan saja apa permintaan kamu Nak?” Aku menunggu Riska mengatakan apa yang sedang diinginkannya saat ini. Tapi sekarang gadis yang sebenarnya masih terlalu muda untuk menghadapi segala kepedihan hidup itu malah terlihat ragu saat melihatku. “Bantu aku untuk memisahkan diri dari Ibu,” tegas Riska kemudian. Aku terperangah sejenak, tapi kemudian bisa dengan segera memaklumi keinginannya yang barangkali wajar karena memang Riska hancur seperti ini karena ulah ibunya sendiri. Melihat aku diam tak langsung memberikan jawaban Riska kemudian malah memandangku dengan gelisah. “Budhe, aku tak mau hidupku hancur lagi jika Ibu sampai menemukan keberadaanku.” “Jadi ini juga menjadi alasan kamu untuk masuk ke pesantren?” “Tapi aku benar-benar ingin memperdalam ilmu agama Budhe,” tegas Riska pada akhirnya.

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   101. Ketakutan Riska

    “Ayo Bu Nia, tunggu apalagi silakan masuk ....” Tatapan pria itu kian menegas seakan ingin memaksaku untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Aku merasa tak memiliki pilihan lain yang membuatku akhirnya tetap menerima tumpangan pria itu hingga akhirnya aku sampai ke pabrik tempat usahaku selama ini berjalan. “Terima kasih banyak Pak untuk semua bantuannya,” ucapku sebelum aku keluar dari dalam mobilnya. Lagi-lagi Herlambang mengulas senyumnya. “Tak usah terlalu dipikirkan Bu Nia, oh iya soal pengacara buat mengawal kasusnya Riska, aku sudah melakukan koordinasi dengan beberapa pengacara langgananku, mereka bahkan sudah melakukan tugasnya untuk mengumpulkan semua bukti dengan mengajak dokter yang menangani Riska bekerjasama. Insya Allah kita bisa menyeret pelaku kekejaman pada Riska ke penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.” Herlambang berucap d

DMCA.com Protection Status