Home / Rumah Tangga / SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN / 18. Dina Yang Kembali Berulah

Share

18. Dina Yang Kembali Berulah

Author: Mastuti Rheny
last update Last Updated: 2023-06-20 15:47:18

“Katakan sebenarnya apa yang sedang terjadi?” tanya Mas Mirza tegas.

Nyatanya Andika dan Arman malah memandang tajam ke arah Dina yang masih setia menunduk.

Aku segera bisa menduga jika saat ini pasti Dina sudah membuat masalah.

“Sebaiknya Mas tanyakan saja pada Dina,” tegas Andika kian menampakkan kegeraman pada adik bungsunya itu.

Tatapan Mas Mirza segera beralih pada wanita bertubuh besar di dekatnya. Perawakan Dina memang berbeda dengan suamiku yang sejak muda memiliki tubuh proporsional. Wanita berumur menjelang 50 tahun itu setelah memiliki dua anak tubuhnya kian hari kian melar.

“Ada apa Din?” tanyaku Mas Mirza baik-baik.

Tapi Dina malah menanggapi pertanyaan suamiku dengan sikapnya yang culas.

“Apa Mas mau menyalahkan aku juga? Iya begitu?!”

Dina membentak dengan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   19. Syarat Dari Dina

    “Mas, bagaimana Mas?”Dina kian mendesak.Sampai akhirnya suamiku menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala.Sontak Dina membeliakkan mata, menatap suamiku dengan sorot kecewa.“Kenapa Mas bisa berubah pelit seperti ini?”Dina langsung menyalahkan dengan sengit.Muchtar langsung mendekat berusaha menenangkan istrinya yang menjadi emosi.“Memang harusnya seperti itu,” sahut Arman cepat.Tatapan lelaki bertubuh gendut itu lalu mengarah pada Dina yang sekarang tampak berubah cemas.“Kalau Mas Mirza membantu Dina, kami jadi iri, selama ini Mas selalu saja membantu dia, melupakan aku dan Mas Andika yang sebenarnya juga membutuhkan bantuan.”Arman kemudian mecebik sinis.“Sebenarnya cuma sama aku saja Mas Mir

    Last Updated : 2023-06-21
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   20. Penyesalan Dina

    “Katakan saja syarat kamu Din?!” sergah Erna tak sabar.“Jangan seperti ini Umi, jangan terlalu keras,” ucap Andika berusaha menegur istrinya yang malah ditanggapi dengan tatapan nyalang dari Erna yang memang selalu kesal dengan sikap suaminya yang tidak pernah tegas.“Kamu itu sama kayak Mas Mirza selalu saja membela Dina yang semakin tidak tahu diri ini.”“Tapi kan Dina hutang juga karena terpaksa.”Andika malah membela adik bungsunya itu.Aku masih memilih diam, semakin lama semakin jengah mendengar perdebatan mereka. Tidak Dina, tidak juga Erna keduanya selalu saja tak pernah mau dikalahkan dan selalu saja menentang suami mereka.“Sudah aku bilang jangan bela Dina, dia itu makin lama makin ngelunjak kalau dia kita kasih hati.”Erna menampakkan kebencian yang teramat sangat pa

    Last Updated : 2023-06-22
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   21. Menjual Rumah Warisan

    “Sekarang kamu jujur, kamu pasti menyesal kan sekarang? Iya Kan?”Arman kian menyudutkan Dina.Dina semakin murka yang membuat wanita itu menggebrak meja dengan keras.Semua orang langsung terkesiap.Aku bahkan sampai sedikit terlunjak ketika mendapati gebrakan Dina yang begitu keras.Mas Mirza langsung menggenggam tanganku lagi, mulai mencemaskan aku yang menjadi sangat kaget.“Sudahlah, kurasa kita sudah mendapatkan penyelesaian dari permasalahan Dina. Meski dengan berat hati kita harus terpaksa menjual rumah karena memang aku sudah tidak memiliki tabungan untuk menalangi rumah ini. Dina akan menyelesaikan hutangnya dengan uang hasil penjualan rumah, untuk tempat tinggal dia bersama keluarganya nanti, aku yang akan mencarikan Dina kontrakan.”Semua mendengarkan dengan seksama dan langsung memberi persetujuan.

    Last Updated : 2023-06-23
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   22. Hadir Di Saat Yang Tepat

    “Apa itu Mas?”Aku mengernyit tipis.“Apa yang harus aku ketahui tentang kebahagiaan kita saat ini?”Mas Mirza malah menyunggingkan segaris senyuman, yang selalu mampu menghipnotisku membawa hatiku ke dalam sebuah rasa nyaman.“Bahwa Allah selalu mengirimkan anugerahnya di saat yang tepat.”Aku mengerutkan dahi, malah tak bisa memahami makna ucapan suamiku yang terkesan terlalu dalam itu.Padahal sebelumnya aku menerima anugerah ini dengan segala kebingungan yang meraja, karena memang calon buah hati kami hadir di saat kondisi perekonomian kami sedang turun.Aku malah disusupi ketakutan jika nantinya kami tidak bisa memberikan yang terbaik untuk calon anak kami nantinya. Tapi sekarang suamiku malah menyebut jika anugerah kehamilanku ini hadir di saat yang tepat.“Kenapa Mas me

    Last Updated : 2023-06-24
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   23. Meminta Uang Kontrakan

    “Aku pengen tahu bagaimana rasanya saat Ibu hamil aku dulu?”Aku kembali mengulangi pertanyaanku.Ibu mengernyitkan dahi tampak agak terkejut ketika mendengar pertanyaanku.“Kenapa kamu tanya gitu?”“Apa aku tidak boleh tahu pengalaman Ibu dulu? Ibu tahu sendiri kan kalau sekarang aku sedang hamil.”Ibu melirik lagi ke arah perutku yang sudah mulai terlihat membulat.“Dulu aku hamil kamu, aku masih muda, aku nggak sakit-sakitan kayak kamu.”Ibu masih saja melontarkan kalimatnya yang sarkas padaku.Aku tetap berusaha menghadapinya dengan sabar. Bahkan aku mulai mengembangkan senyumku.“Jadi pas Ibu hamil dulu, Ibu sama sekali nggak pernah merasa sakit?”Ibu lagi-lagi melirik ke arahku, tapi wanita itu kemudian menarik

    Last Updated : 2023-06-25
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   24. Tagihan Dari Marni

    "Kapan Mas akan ngasih aku uang buat bayar kontrakan?" sergah Dina semakin tegas.Aku mengernyit tajam ke arahnya. Dina terlihat begitu mendesak, yang membuatku malah curiga.Dengan semua kelakuan Dina yang sudah cukup aku kenal, membuatku tak lagi mudah untuk menaruh rasa percaya kepadanya.Bukan hanya sekali kami dibohongi, telah beberapa kali, Dina menipu kami.Terakhir Dina meminta uang dengan alasan untuk membayar uang sekolah Danny, tapi beberapa hari kemudian Riska malah mendatangi kami dengan mengatakan kalau sudah tiga bulan, adiknya itu belum membayar uang sekolah.Kalau kami tanyakan pada Dina, kenapa dia melakukan kebohongan itu, Dina pasti akan selalu menyalahkan Muchtar dan mengatakan kalau uang itu dipakai untuk berobat suaminya itu.Kami yang selalu menghindari perdebatan, memilih untuk tak memperpanjang masalah itu, mendiamkannya seperti yang sebelumnya selalu kami lakukan.Jadi saat Dina mendadak m

    Last Updated : 2023-06-26
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   25. Panik Di Tengah Kebakaran

    Pak Mirza, Bu Nia ... !”Seorang pemuda berlari mendekat dengan nafas tersengal.Aku melihatnya dengan hati berdebar dengan memendam firasat yang buruk.Ketika pemuda yang merupakan salah seoarang tetangga kami itu sudah berada di hadapanku, aku langsung bertanya.“Ada apa, Nuri?” tanyaku pada pemuda bertubuh ceking itu.Nuri tak langsung menjawab, masih menata nafasnya yang tersengal setelah berlari begitu jauh.Tak berselang lama Mas Mirza yang tadinya berada di dalam masjid ikut segera keluar bersama beberapa orang di sana.“Kamu itu kenapa Nuri, kok berlari kayak kesetanan gitu?” sergah salah seorang pria paruh baya yang sebelumnya ikut mengaji di dalam masjid.“Itu, itu ... Pak Mirza, pasar ... “Nuri malah menjadi tergagap sembari tangannya terus menunjuk-nunjuk ke arah selatan.“Kenapa memangnya? Ada apa dengan pasar?”Mas Mirza ikut membuka suara dan bertanya.“Itu Pak, pasar besar ... kebakaran!”Nuri berucap dengan terengah-engah.Aku yang mendengarnya langsung terkesiap.Ba

    Last Updated : 2023-06-28
  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   26. Saling Menguatkan

    “Mas Mirza ... !”Rasanya jantungku sudah nyaris berhenti ketika melihat api di belakang suamiku kian dekat menjilat.Aku sudah menganggap jika tubuh suamiku pasti akan dilalap api yang berkobar yang sudah membakar apapun yang dilewatinya.Tapi di saat yang tepat mendadak beberapa orang petugas pemadam kebakaran dan petugas keamanan langsung menarik tubuh suamiku bersama dengan etalase besar yang sejak awal dipertahankan oleh suamiku.Mereka berhasil membawa suamiku menepi sembari menggeret etalase itu hingga sampai di luar bersama bapak-bapak tetangga kami yang sejak tadi memberikan pertolongan kepada kami.Dengan hati yang bercampur aduk aku langsung menyongsong suamiku dan menghambur ke dalam pelukannya.“Mas, kenapa kamu nekat sekali, Mas ... !”Aku meluapkan kekhawatiranku dengan memukuli dadanya. 

    Last Updated : 2023-06-29

Latest chapter

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   109. Dalam Ketidakpastian

    Cukup lama aku bersimpuh di samping pusara Mas Mirza. Berusaha keras menegarkan diri meski air mataku tetap saja tak bisa aku tahan.Walau aku begitu kehilangan tapi aku enggan hanyut dalam kesedihan yang hanya akan membuat hatiku tidak bisa menerima takdir yang sudah digariskan.Aku tak mau terjebak dalam kekufuran yang hanya akan membuatku tidak bisa menerima kenyataan jika Mas Mirza tidak lagi bersamaku.Akbar yang sejak tadi mendampingi, berusaha menguatkan aku dengan sentuhannya yang selalu aku rasakan pada pundakku.Putraku mampu menempatkan dirinya dengan sangat baik hingga aku merasa tidak sendiri.“Ma, ini sudah digariskan oleh Allah, ikhlaskan Papa, Ma,” gumam Akbar bijak.Aku memandang luruh pada putraku meski sebelah tanganku masih berpegang pada nisan suamiku.Saat memandang Akbar aku merasa jika Mas Mirza seakan masih bersamaku. Wajah mereka terlalu mirip yang membuat hatiku malah menjadi lebih tegar.Aku berusaha menyunggingkan senyumku dan membalas genggaman tangan mun

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   108. Diambang Perpisahan

    “Bagaimana kamu mengenal dia?”Aku bertanya penuh rasa penasaran.Sebaliknya Yusuf malah terlihat ragu, bahkan dia kemudian mulai menarik nafas dalam.Sementara istrinya memberi tatapan penuh arti disertai sebuah anggukan ringan yang membuat Yusuf kembali mengarahkan tatapannya padaku.“Sebenarnya Mas Herlambang adalah kakak kandungku, kami bertemu setelah sekian lama terpisah karena keadaan.”“Kakak kamu?”“Tapi sebenarnya ada hal lain juga yang aku rasa Mbak Nia perlu ketahui.”“Tentang apa?” tanyaku sedikit mendesak.“Kalau sebenarnya Mas Herlambang menyimpan sebuah perasaan pada Mbak Nia sejak lama. Karena memang Mas Herlambang sudah begitu lama mengenal Mbak Nia.”“Kami sebelumnya sudah saling mengenal?” tanyaku tak bisa sepenuhnya percaya.“Iya, karena sebenarnya Mas Herlambang sendiri yang sudah membawaku untuk diletakkan di depan rumah ayah dan ibu, Mbak Nia dan ketika itu Mbak Nia sendiri yang menemukan aku terlebih dahulu. Kata Mas Herlambang yang memperhatikan Mbak Nia dari

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   107. Masuk Pesantren

    “Maksud Budhe apa ya?” Riska sekarang malah terlihat ragu.“Apa kamu memiliki perasaan yang sama dengan Danar?” Aku kembali mendesak.“Budhe, aku tidak bisa memastikan apapun. Untuk sementara aku tak memikirkan semua itu, aku hanya berpikir untuk memperbaiki diriku dulu, seperti yang sudah aku katakan aku ingin masuk pesantren dan belajar ilmu agama, meski sepertinya aku sudah sangat terlambat untuk memulainya Budhe.”“Tidak, jangan pernah berpikir seperti itu.”Aku mulai menggenggam tangan Riska.“Kalau kamu sudah membulatkan tekad kamu seperti itu, budhe akan membantumu. Budhe juga berencana akan memasukkan Akbar ke pesantren dan setelah budhe bisa membujuk Akbar, baru kita akan sama-sama ke sana. Karena kebetulan budhe memiliki adik angkat yang sekarang sudah memiliki sebuah pondok pesantren yang cukup besar.”Aku mulai mengulas senyumku di depan Riska yang masih menampakkan keresahannya itu.“Nanti kita akan sama-sama datang ke sana.”Aku berusaha meyakinkan Riska lagi.“Te

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   106. Perasaan Riska

    Sontak aku dan Mas Mirza menjawab salam itu bersamaan, sembari aku menggiring kursi roda yang diduduki Mas Mirza untuk bergerak ke ruang tamu.Aku dan Mas Mirza langsung mengunggah kekagetan saat mendapati sosok Arman sedang berdiri di ambang pintu memandang kami dengan ragu dengan keadaannya yang jauh berbeda, tak lagi seperti dulu yang selalu memakai pakaian rapi dan gayanya yang cenderung angkuh.Bahkan saat terakhir datang dulu adik suamiku itu masih menampakkan sikapnya yang suka memaksa saat meminta untuk bisa tinggal di rumah kami.Tapi kini pria itu terlihat sangat sederhana bahkan gestur tubuhnya terlihat canggung dan ragu saat kami mulai mempersilakan masuk.“Arman, masuklah,” ucapku ramah.Sementara Mas Mirza hanya diam dengan tatapan yang sejak tadi memindai pada diri adiknya yang pastinya membuat suamiku itu bertanya-tanya.“Lama kita tidak bertemu ya,” ungkapku memulai percakapan ketika pria yang sekarang terlihat kurus dan jauh lebih tua itu sudah duduk di hadapan kami.

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   105. Keinginan Suamiku

    Saat aku datang, aku melihat wajah sendu Mas Mirza. Tatapannya menjadi nanar ketika aku memandangnya.“Ada apa Mas?” tanyaku penasaran sembari aku duduk di dekatnya yang saat ini Mas Mirza sedang duduk termangu di kursi rodanya.“Tidak ....”Mas Mirza malah memandangku semakin lekat.“Apa ada yang ingin kamu sampaikan Mas?” tanyaku agak mendesak karena aku menjadi sangat penasaran.Mas Mirza kemudian malah menggeleng.“Tidak, tidak ada,” gumam Mas Mirza.Tapi ketika melihat ekspresi wajahnya yang penuh kegundahan aku tetap tak bisa menghalau rasa ingin tahuku.Aku masih tak yakin jika Mas Mirza jujur saat ini.“Katakanlah Mas, apa yang sedang Mas pikirkan saat ini?”Mas Mirza masih termangu sesaat meski kemudian ia mulai menarik nafas panjang.“Aku hanya merasa bosan,” gumam Mas Mirza kemudian sembari memandangi kedua kakinya yang sudah nyaris tiga tahun ini tak bisa digerakkan lagi.Tapi setelah itu Mas Mirza malah tersenyum lebar.“Sudahlah lupakan semua itu, bagaimana keadaan pabri

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   104. Sikap Ganjil Herlambang

    “Budhe Nia!”Sontak aku menoleh dan memandang dari kejauhan melihat sosok Danar mendekat ke arah kami.Sekarang perhatian kami tertuju pada Danar yang semakin memacu langkahnya.“Apa persoalan kamu di kampus sudah selesai?” tanyaku memastikan karena tadi Danar memang harus datang ke kampus untuk mengurus beberapa hal yang membuatnya tak bisa mengikuti jalannya persidangan yang sudah memasuki fase akhirnya.“Sudah Budhe, semuanya sudah selesai.”Danar mengatur sejenak nafasnya yang tampak tersengal.“Bagaimana sidangnya? Keputusan hakim bagaimana?” tanya Danar menjadi sangat penasaran.“Sudah, Roby kena 10 tahun dan Dina juga ikut dijadikan tersangka meski saat ini dia masih buron.”Sejak di pemakaman nyatanya Dina benar-benar mengikuti apa yang dikatakan oleh

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   103. Fakta Lain Tentang Didit

    “Kenapa kamu berkata seperti itu?”Aku menjadi penasaran dengan apa yang dikatakan Danar. Aku merasa dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku saat ini.Pria muda yang juga mewarisi kesempurnaan wajah ibunya itu meski kakaknya memiliki wajah yang lebih mirip sang ibu itu malah mendesah panjang.“Mas Didit mungkin tidak akan berubah karena di dalam penjara dia masih saja menjadi pemadat, karena benda haram itu semakin mudah didapat di dalam sana.”Aku terperangah ketika mendengar apa yang dikatakan Danar. Keponakanku itu mengunggah wajah sedihnya yang menunjukkan rasa prihatin atas keadaan sang kakak.“Apa benar yang kamu katakan ini?”“Kurasa Budhe sudah banyak mendengar berita seperti ini di berbagai media,”gumam Danar.Ganti aku yang menarik nafas panjang menjadi tak bisa berk

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   102. Rencana Masa Depan

    “Katakan saja apa permintaan kamu Nak?” Aku menunggu Riska mengatakan apa yang sedang diinginkannya saat ini. Tapi sekarang gadis yang sebenarnya masih terlalu muda untuk menghadapi segala kepedihan hidup itu malah terlihat ragu saat melihatku. “Bantu aku untuk memisahkan diri dari Ibu,” tegas Riska kemudian. Aku terperangah sejenak, tapi kemudian bisa dengan segera memaklumi keinginannya yang barangkali wajar karena memang Riska hancur seperti ini karena ulah ibunya sendiri. Melihat aku diam tak langsung memberikan jawaban Riska kemudian malah memandangku dengan gelisah. “Budhe, aku tak mau hidupku hancur lagi jika Ibu sampai menemukan keberadaanku.” “Jadi ini juga menjadi alasan kamu untuk masuk ke pesantren?” “Tapi aku benar-benar ingin memperdalam ilmu agama Budhe,” tegas Riska pada akhirnya.

  • SETELAH 25 TAHUN KEMANDULAN   101. Ketakutan Riska

    “Ayo Bu Nia, tunggu apalagi silakan masuk ....” Tatapan pria itu kian menegas seakan ingin memaksaku untuk segera masuk ke dalam mobilnya. Aku merasa tak memiliki pilihan lain yang membuatku akhirnya tetap menerima tumpangan pria itu hingga akhirnya aku sampai ke pabrik tempat usahaku selama ini berjalan. “Terima kasih banyak Pak untuk semua bantuannya,” ucapku sebelum aku keluar dari dalam mobilnya. Lagi-lagi Herlambang mengulas senyumnya. “Tak usah terlalu dipikirkan Bu Nia, oh iya soal pengacara buat mengawal kasusnya Riska, aku sudah melakukan koordinasi dengan beberapa pengacara langgananku, mereka bahkan sudah melakukan tugasnya untuk mengumpulkan semua bukti dengan mengajak dokter yang menangani Riska bekerjasama. Insya Allah kita bisa menyeret pelaku kekejaman pada Riska ke penjara untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.” Herlambang berucap d

DMCA.com Protection Status