Hallo Readers, Author hanya ingin menyapa dan mengucapkan terimakasih buat kalian yang masih setia mengikuti perjalanan Yu Ping. Support yang kalian berikan adalah penyemangat Author untuk terus melanjutkan kisah ini. Dukung Author terus ya Guys, terimakasih
Dengan pencahayaan yang sangat minim, Yu Ping berusaha mencari jalan keluar. Ia mencoba menaiki pohon di dekatnya, tetapi lumut tebal menghalanginya, berulangkali memanjat namun selalu merosot ke bawah. Setelah berjam-jam mencoba, akhirnya ia jatuh terduduk ke tanah. AAAHH! Yu Ping berteriak sekencang-kencangnya, frustasi. “Apakah sampai di sini saja akhir hidupku? Ayah Angkat, Guru, Qing Ning, Kakak Xin, Paman Wu Qing, maafkan aku telah mengecewakan kalian!” seruan sedih Yu Ping menggema karena pantulan dinding-dinding batu di sekitarnya. Yu Ping tak pernah menyadari teriakan pilunya akan berakibat fatal. Tak jauh dari tempat itu, sepasang mata makhluk dengan iris kuning dan pupil lonjong berwarna hitam perlahan terbuka, terdengar dengusan pelan dari hidungnya. Sekilas kepalanya lebih menyerupai batu besar berwarna hitam.Setelah lelah berteriak-teriak tanpa ada yang mendengar, Yu Ping memeluk lutut dan meletakkan dagu di atas lengannya yang penuh luka goresan. Ia mencoba mengus
"Aku akan menunggumu di sini, sampai kau keluar. Kau boleh pilih, mati kelaparan di dalam, atau mati hangus oleh bara apiku!" Fucanglong mendengus lalu duduk di ujung mulut gua. Yu Ping jatuh menggelosor ke tanah, meringis menahan sakit karena sebagian tubuhnya mengalami luka lecet dan luka bakar. Ia sadar tak bisa bertahan lama bila tak segera keluar dari tempat itu. Tetapi berada di sebuah lorong kecil dan tertutup sementara di mulut gua seekor naga yang marah sudah menunggu, sungguh mustahil untuk keluar hidup-hidup.Kesal, Yu Ping meninju tanah di sampingnya. Tiba-tiba ia menyadari tanah di sampingnya tersebut berbeda dengan yang ia duduki. Pemuda itu berlutut dan mulai menggali tanah lunak dengan bantuan bebatuan runcing yang ia temukan di sekitar. Setelah beberapa jam menggali, Yu Ping berhasil membuat ceruk menuju ke area yang berbeda agar lepas dari terkaman sang dewa naga Fucanglong.Tanpa menggubris kedua telapak tangannya yang terluka, Yu Ping terus berjuang menggali tana
"Kita sudah sampai, Manusia!" Fucanglong menggoleng bahu Yu Ping yang masih dalam posisi meringkuk, dengan moncongnya. “Bangunlah!” Yu Ping membuka mata, menggerakkan bahunya ke samping hingga telentang menghadap sang Dewa Naga yang menjulang di atasnya. “Bila ingin membunuhku mengapa tidak langsung saja kau lakukan?” ujar Yu ping ketus. Fucanglong menarik sudut-sudut mulutnya ke atas, menampilkan taring-taringnya yang mengerikan. Yu Ping menelan ludah, membayangkan taring-taring itu sebentar lagi akan mencabik-cabik tubuhnya. “Aku mendapatkan perintah dari kakakku, Ying Long untuk mendidikmu agar kelak dapat menjadi Panglima Keadilan di duniamu!” suara bariton Fucanglong mengejutkan Yu Ping. Pemuda itu bukan terkejut karena suaranya yang keras, melainkan karena penjelasan yang diberikan. “Ying Long?” mata pemuda itu membeliak, “Panglima Keadilan? Mengapa nama-nama itu tidak asing di telingaku?” “Saudaraku telah mendatangimu sebelumnya.” Ah mimpi itu, Yu Ping terkesiap setelah
"Menyatu dengan alam merupakan proses pemurnian diri!" tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam dirinya sendiri berbicara. Yu Ping takjub, apakah baru saja ia mendengarkan mata batin-nya? Murid Dewa Naga Fucanglong itu tidak mau membuang waktu berpikir lebih lama lagi. Ia kembali duduk bersila, dan meletakkan kedua punggung tangan di atas lutut. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Setelah itu, ia memejamkankan mata dan mulai memfokuskan pendengaran pada suara-suara di sekelilingnya. Makin lama ia bermeditasi, suara-suara di sekitarnya semakin jelas terdengar di telinga. Pemuda itu bukan hanya mendengar suara air, dedaunan, dan kobaran api saja. Lambat laun ia mampu mendengarkan suara desiran angin dan kepakan sayap kunang-kunang yang terbang mendekati bola api di langit-langit gua. Dalam keadaan mata terpejam, Yu Ping menyaksikan torehan aksara Han yang membentuk sebuah kalimat melayang-layang di hada
"Kau bawa pembawa sial ke rumahku, dan kau bunuh anakku dengan melemparnya ke jurang! Dasar Wanita Iblis!" tiba-tiba wanita itu meraung dan mengambil ancang-ancang menerkam Xian Lian. Mantan ratu Kerajaan Qi itu terpukul mendengar makian Yan Li. Ia merasa bersalah pada keluarga Wang Ji yang telah berkorban banyak untuknya, hingga tak bergeming ketika Yan Li menarik-narik baju dan memukulinya. Sebuah tamparan keras disusul ludah mendarat di pipi Xian Lian, wanita cantik itu memilih membiarkan dirinya diperlakukan kasar. Ia merasa layak mendapatkan tamparan dan ludahan istri Wang Ji. Apa yang dialami oleh wanita tak waras itu terlalu berat untuk dipikul, kehilangan suami dengan cara tragis dan dipisahkan dengan anak gadisnya. Tiba-tiba serangan tamparan dan pukulan terhenti, teriakan Yan Li juga mendadak lenyap. Xian Lian membuka mata perlahan untuk memeriksa apakah Yan Li masih ingin melampiaskan amarah padanya.Ternyata wanita dengan
Keinginan terbesarnya hanya satu, membalas dendam kematian ayahnya yang dibunuh oleh Dewa Golok Hitam. “Xin Ru, ada suatu rahasia yang perlu Guru katakan kepadamu,” mimik muka Dewi Seribu Wajah berubah serius. Xin Ru menatap mata sang guru dengan penasaran, belum pernah wanita cantik itu membicarakan satu rahasia-pun padanya. Dewi Seribu Wajah menghela tangan murid kesayangannya menuju gazebo yang berada di tengah kolam. Di sana suasana lebih tenang, ia yakin tak ada yang akan mendengar pembicaraan mereka berdua. “Tahukah dirimu mengapa Guru tidak pernah ingin kau belajar ilmu rahasia kami?” pendekar wanita itu memulai dengan melemparkan pertanyaan pada Xin Ru. Gadis itu berpikir sejenak sebelum menjawab, “Karena keenam paman yang lain melarang Guru melatihku ilmu rahasia kalian.” Dewi Seribu Wajah tersenyum tipis, “Mereka sebenarnya tak dapat menentukan keputusanku, bila aku menghendaki sesuatu … mereka tidak akan bisa apa-apa.” Dewi Seribu Wajah yang memiliki nama asli Mei Ch
Tiba-tiba mata batin Yu Ping menangkap sebuah kalimat melayang di dalam air. "HISAP SELURUH ENERGI CAHAYA MENJADI ENERGI INTI TUBUH!" Yu Ping mempertemukan kedua telapak tangan menyerupai sikap doa. Murid Fucanglong itu memusatkan pikiran lebih dalam lagi hingga energi cahaya yang ditimbulkan semakin besar dan membungkus seluruh tubuh. Yu Ping menarik napas perlahan, meski berada di dalam air namun ia tetap aman dibungkus bola energi cahaya. Pemuda itu memutar kedua telapak tangan sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti mangkuk. Ia mengumpulkan chi di kedua telapak tangannya tersebut lalu mendorong ke depan. Energi chi itu pun terlepas membentuk gelombang energi dahsyat, berputar seperti spiral dan mulai menghisap energi cahaya di sekitarnya. Tanpa disadari, tubuh Yu Ping terangkat keluar dari air dan melayang-layang di udara. Energi cahaya yang terserap oleh energi chi masuk ke dalam sistem saraf dan sistem peredaran darah melal
“Bertahan hanya akan membuatmu menderita, lupakan dia!” saran si biksuni lebih menyerupai ancaman di telinga Qing Ning. Sebenarnya gadis cucu almarhum Ketua Hoa San bukanlah orang yang mempercayai hal-hal berbau mistis, namun tak urung ucapan wanita misterius tadi membekas dalam ingatan. Hal ini menyebabkan suasana hati berubah, Qing Ning menjadi murung selama berada di kota Xian. Kecemasan di wajah sang biksuni menunjukkan ia sangat serius. Bagaimana bila ramalan itu benar, Qi Yun tidak berjodoh dengannya? Bagaimana bila benar membina hubungan bersama pemuda tampan itu hanya akan membawa ke dalam jurang penderitaan? Qi Yun memperhatikan perubahan sikap kekasih, mencoba menghibur dengan kata-kata manis."Jangan dengarkan omongan biksuni itu!" Qi Yun meremas jemari Qing Ning dalam genggaman. Tidak terlalu keras, hanya ingin memastikan si gadis mendengarkan."Aku sudah pernah berjanji selamanya tak akan meninggalkanmu," Qi Yun menghela d