"Kita sudah sampai, Manusia!" Fucanglong menggoleng bahu Yu Ping yang masih dalam posisi meringkuk, dengan moncongnya. “Bangunlah!” Yu Ping membuka mata, menggerakkan bahunya ke samping hingga telentang menghadap sang Dewa Naga yang menjulang di atasnya. “Bila ingin membunuhku mengapa tidak langsung saja kau lakukan?” ujar Yu ping ketus. Fucanglong menarik sudut-sudut mulutnya ke atas, menampilkan taring-taringnya yang mengerikan. Yu Ping menelan ludah, membayangkan taring-taring itu sebentar lagi akan mencabik-cabik tubuhnya. “Aku mendapatkan perintah dari kakakku, Ying Long untuk mendidikmu agar kelak dapat menjadi Panglima Keadilan di duniamu!” suara bariton Fucanglong mengejutkan Yu Ping. Pemuda itu bukan terkejut karena suaranya yang keras, melainkan karena penjelasan yang diberikan. “Ying Long?” mata pemuda itu membeliak, “Panglima Keadilan? Mengapa nama-nama itu tidak asing di telingaku?” “Saudaraku telah mendatangimu sebelumnya.” Ah mimpi itu, Yu Ping terkesiap setelah
"Menyatu dengan alam merupakan proses pemurnian diri!" tiba-tiba ia mendengar suara dari dalam dirinya sendiri berbicara. Yu Ping takjub, apakah baru saja ia mendengarkan mata batin-nya? Murid Dewa Naga Fucanglong itu tidak mau membuang waktu berpikir lebih lama lagi. Ia kembali duduk bersila, dan meletakkan kedua punggung tangan di atas lutut. Pemuda itu menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Setelah itu, ia memejamkankan mata dan mulai memfokuskan pendengaran pada suara-suara di sekelilingnya. Makin lama ia bermeditasi, suara-suara di sekitarnya semakin jelas terdengar di telinga. Pemuda itu bukan hanya mendengar suara air, dedaunan, dan kobaran api saja. Lambat laun ia mampu mendengarkan suara desiran angin dan kepakan sayap kunang-kunang yang terbang mendekati bola api di langit-langit gua. Dalam keadaan mata terpejam, Yu Ping menyaksikan torehan aksara Han yang membentuk sebuah kalimat melayang-layang di hada
"Kau bawa pembawa sial ke rumahku, dan kau bunuh anakku dengan melemparnya ke jurang! Dasar Wanita Iblis!" tiba-tiba wanita itu meraung dan mengambil ancang-ancang menerkam Xian Lian. Mantan ratu Kerajaan Qi itu terpukul mendengar makian Yan Li. Ia merasa bersalah pada keluarga Wang Ji yang telah berkorban banyak untuknya, hingga tak bergeming ketika Yan Li menarik-narik baju dan memukulinya. Sebuah tamparan keras disusul ludah mendarat di pipi Xian Lian, wanita cantik itu memilih membiarkan dirinya diperlakukan kasar. Ia merasa layak mendapatkan tamparan dan ludahan istri Wang Ji. Apa yang dialami oleh wanita tak waras itu terlalu berat untuk dipikul, kehilangan suami dengan cara tragis dan dipisahkan dengan anak gadisnya. Tiba-tiba serangan tamparan dan pukulan terhenti, teriakan Yan Li juga mendadak lenyap. Xian Lian membuka mata perlahan untuk memeriksa apakah Yan Li masih ingin melampiaskan amarah padanya.Ternyata wanita dengan
Keinginan terbesarnya hanya satu, membalas dendam kematian ayahnya yang dibunuh oleh Dewa Golok Hitam. “Xin Ru, ada suatu rahasia yang perlu Guru katakan kepadamu,” mimik muka Dewi Seribu Wajah berubah serius. Xin Ru menatap mata sang guru dengan penasaran, belum pernah wanita cantik itu membicarakan satu rahasia-pun padanya. Dewi Seribu Wajah menghela tangan murid kesayangannya menuju gazebo yang berada di tengah kolam. Di sana suasana lebih tenang, ia yakin tak ada yang akan mendengar pembicaraan mereka berdua. “Tahukah dirimu mengapa Guru tidak pernah ingin kau belajar ilmu rahasia kami?” pendekar wanita itu memulai dengan melemparkan pertanyaan pada Xin Ru. Gadis itu berpikir sejenak sebelum menjawab, “Karena keenam paman yang lain melarang Guru melatihku ilmu rahasia kalian.” Dewi Seribu Wajah tersenyum tipis, “Mereka sebenarnya tak dapat menentukan keputusanku, bila aku menghendaki sesuatu … mereka tidak akan bisa apa-apa.” Dewi Seribu Wajah yang memiliki nama asli Mei Ch
Tiba-tiba mata batin Yu Ping menangkap sebuah kalimat melayang di dalam air. "HISAP SELURUH ENERGI CAHAYA MENJADI ENERGI INTI TUBUH!" Yu Ping mempertemukan kedua telapak tangan menyerupai sikap doa. Murid Fucanglong itu memusatkan pikiran lebih dalam lagi hingga energi cahaya yang ditimbulkan semakin besar dan membungkus seluruh tubuh. Yu Ping menarik napas perlahan, meski berada di dalam air namun ia tetap aman dibungkus bola energi cahaya. Pemuda itu memutar kedua telapak tangan sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti mangkuk. Ia mengumpulkan chi di kedua telapak tangannya tersebut lalu mendorong ke depan. Energi chi itu pun terlepas membentuk gelombang energi dahsyat, berputar seperti spiral dan mulai menghisap energi cahaya di sekitarnya. Tanpa disadari, tubuh Yu Ping terangkat keluar dari air dan melayang-layang di udara. Energi cahaya yang terserap oleh energi chi masuk ke dalam sistem saraf dan sistem peredaran darah melal
“Bertahan hanya akan membuatmu menderita, lupakan dia!” saran si biksuni lebih menyerupai ancaman di telinga Qing Ning. Sebenarnya gadis cucu almarhum Ketua Hoa San bukanlah orang yang mempercayai hal-hal berbau mistis, namun tak urung ucapan wanita misterius tadi membekas dalam ingatan. Hal ini menyebabkan suasana hati berubah, Qing Ning menjadi murung selama berada di kota Xian. Kecemasan di wajah sang biksuni menunjukkan ia sangat serius. Bagaimana bila ramalan itu benar, Qi Yun tidak berjodoh dengannya? Bagaimana bila benar membina hubungan bersama pemuda tampan itu hanya akan membawa ke dalam jurang penderitaan? Qi Yun memperhatikan perubahan sikap kekasih, mencoba menghibur dengan kata-kata manis."Jangan dengarkan omongan biksuni itu!" Qi Yun meremas jemari Qing Ning dalam genggaman. Tidak terlalu keras, hanya ingin memastikan si gadis mendengarkan."Aku sudah pernah berjanji selamanya tak akan meninggalkanmu," Qi Yun menghela d
"Tinggalkan gadis itu dan ikut aku pulang!" titah Chang Kong. Qi Yun sadar, sang guru tidak mau mendengar kata ‘Tidak.’ “Baik, Guru!” Qi Yun mengangguk patuh, “Tetapi tolong berikan aku waktu untuk berpamitan pada kekasihku!” “Baiklah, kuberi kau waktu satu jam!: Chang Kong memutuskan untuk memberikan kelonggaran waktu pada sang murid. Bagaimanapun, ia juga pernah muda dan jatuh cinta. Tetapi Qi Yun adalah pangeran putra mahkota, saat ini mengemban tugas besar. Baru saja masuk ke kancah dunia persilatan sudah melupakan tugas karena seorang gadis cantik. Apabila dibiarkan, bisa-bisa semua rencana mantan Ratu Xian Lian hancur berantakan. Qi Yun kembali menemui Qing Ning yang sudah menunggunya cukup lama di kedai. Hati pilu tak bisa membayangkan bagaimana mengucapkan selamat tinggal pada kekasih. Belum lama berjanji selamanya tak akan pernah meninggalkan gadis itu, kini harus berpamitan. “Kakak Qi, mengapa wajahmu pucat sekali … apakah
Matahari baru saja terbit di ufuk timur ketika Qi Yun terbangun dari tidur. Itu pun karena saat ia memalingkan tubuh ke samping ingin memeluk Qing Ning, ternyata sang istri sudah tidak ada di sana. Sambil mengucek mata yang masih mengantuk, Qi Yun bangkit dari peraduan. Ia menguap lebar, tetapi buru-buru menutup mulut menyadari bahwa dirinya tak lagi hidup sendiri. “Sudah memiliki istri, haruslah menjaga sikap.” Qi Yun tersenyum-senyum sendiri, momen kemarin terasa seperti mimpi, terlalu indah untuk menjadi kenyataan. “Seandainya kebahagiaan ini mimpi, aku tak ingin bangun selamanya!” gumam Qi Yun. Sejak kecil hanya ditempa untuk menjadi yang terkuat, kini memiliki gadis secantik dan selembut Qing Ning menjadi istri merupakan anugerah tak ternilai. Qi Yun merapikan pakaian dan rambut sebelum keluar dari pondok, ia berpikir istrinya mungkin saja sedang memasak makanan bersama bibi baik hati. Ternyata Qing Ning tidak ada di dapur. Pemuda itu mulai mencari di sekitar pondok. “Istrik