“Akhirnya kau bangun juga, Yu Ping!” Seorang pria tua berpakaian petani berdiri di ambang pintu, memegang nampan berisi sepiring bakpao dan semangkuk sayuran. Pria itu adalah kakek misterius yang mengajak dirinya dan rombongan menginap di sebuah pondok dimana kemudian pondok dan pemandangan hamparan rumput hijau itu menghilang keesokan harinya. “Kakek ini sebenarnya siapa?” tanya Yu Ping penasaran, “Yang pasti kau bukanlah manusia.” Kakek itu terkekeh, tidak menjawab pertanyaan Yu Ping. Ia meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja lalu mempersilahkan si pemuda yang baru siuman tersebut untuk makan. “Makanlah, Nak!” Suara si kakek terdengar ramah seperti biasanya, “Kau pingsan selama dua hari, pasti perutmu sangat lapar. Yu Ping ingin membantah tetapi tiba-tiba perutnya berbunyi, mukanya merah padam karena malu, “Maaf.” Si kakek tertawa, “Jangan khawatir, aku tak akan mencelakaimu!” Yu Ping akhirnya duduk dan mulai menyantap bakpao dengan hati-hati, “Terima kasih, Kek!” Kake
Yu Ping melangkahkan kaki dengan hati-hati saat memasuki pusaran vortex berkilauan dengan warna biru dan ungu. Lubang spiral itu berputar-putar, membuat setiap langkahnya terasa seperti di dalam mimpi, di mana ruang dan waktu tak memiliki batasan yang jelas. Tiba-tiba saja, tanpa ada alarm tanda bahaya lebih dahulu, sebuah kekuatan misterius menarik raga Yu Ping masuk lebih dalam. Tubuhnya menjadi seringan kapas, ia seperti telah meninggalkan bumi dan gravitasi tak lagi menyentuhnya.Tubuh Yu Ping berputar dan berputar mengikuti gerakan pusaran yang menariknya makin jauh ke dalam dan seakan tak berujung. Pemuda itu memejamkan mata, berusaha mengosongkan pikirannya. Setelah beberapa saat lamanya, Yu Ping mulai merasakan vortex yang awalnya berputar kencang mulai melambat hingga akhirnya berhenti sama sekali. Tetapi raganya masih melayang-layang di udara.Perlahan Yu Ping membuka mata, sedikit terkejut menyadari ia berada di sebuah ruangan berwarna putih tanpa batas. Ruangan putih yan
Ratu Xue Yuan berbaring di peraduan, ia seperti seorang yang sedang tertidur lelap saja. Wajahnya sangat pucat dengan bibir menghitam, tubuhnya pun terlihat kurus.Beberapa hari lalu sebelum kerasukan roh jahat, ratu Xue Yuan pergi ke Wisma Barat menemui Dewa Golok Putih yang baru kembali dari misi mencari Golok Pembunuh Naga.“Tuan Golok Putih, apakah Anda mendapat kabar tentang putriku?” tanya Xue Yuan tanpa berbasa-basi begitu bertemu. “Sudah berbulan-bulan anak itu pergi, aku sangat cemas.”“Saya masih belum dapat menemukan Putri Qi Yue, Yang Mulia!” Dewa Golok Putih membungkuk sedalam-dalamnya, “Maafkan saya!”“Bagaimana sih?” teriak sang ratu negeri Qi kesal, “Kalian berjumlah tujuh personil, terkenal sebagai Malaikat Pencabut Nyawa. Mengapa menemukan Qi Yue saja tidak becus?”Dewa Golok Putih hanya menunduk tanpa berani membantah. Ia sebenarnya belum berani menghadap raja dengan mengatakan bahwa mereka bukan hanya gagal mendapatkan Golok Pembunuh Naga dan menemukan Putri Qi Yue
“Jangan senang dulu!” desis Ma Yin, matanya menyipit, “Aku tahu kau memiliki maksud tak baik pada Yang Mulia Raja, hal itu tak akan kubiarkan!”“Paman, apa maksud Anda?” Qi Yun tersenyum miring. “Apakah Anda mengeluarkan kata-kata mengancam karena takut pada rakyat jelata sepertiku?”“Dasar Anak kurang ajar!” Ma Yin menghunus pedang, ia sudah tak tahan ingin menghabisi pemuda sok jagoan di depannya tanpa pernah mengetahui seberapa bahaya berhadapan dengan pemilik Golok Pembunuh Naga.Qi Yun melemparkan tatapan mengejek pada tangan kanan raja Qi Xiang , tentu saja ia tidak ingin membunuh pria itu. Tidak untuk saat ini karena ia harus memberikan kesan baik pada musuh besar ibunya.“Hunus senjatamu, kita bertarung sekarang juga!” desis Ma Yin tak sabar.“Aku datang kemari untuk mengikuti sayembara menyembuhkan Ratu, bukan untuk bertarung!” Qi Yun sedikit membungkuk sambil menangkupkan tangan ke depan dada. “Mohon Paman memaafkan bila saya lancang!”“Tidak usah banyak bacot, hunus pedangmu
“Tidak mungkin!” teriak Qi Xiang tak percaya. “Mereka adalah orang-orang terbaikku.”“Saya turut berduka, Yang Mulia!” Qi Yun memasang wajah penuh empati, seolah ia turut merasa kehilangan.“Kasim Liu” suara Qi Xiang kembali menggelegar saat memanggil kasim istana yang berjaga di luar aula bersama dua orang penjaga. Dengan tergopoh-gopoh, Kasim Liu memasuki aula istana menemui sang Raja.“Yang Mulia, Kasim Liu datang menghadap!” Pria berusia tujuh puluh tahun itu berlutut di bawah tangga menuju singgasana raja.“Jemput Tujuh Pendekar Kejam atau berapapun dari mereka yang ada di Wisma Barat kemari sekarang juga!” titah Qi Xiang.“Baik, Yang Mulia!” Kasim Liu mengangguk sambil membungkukkan badan sebelum bangkit berdiri.Kasim Liu baru saja keluar dari aula ketika matanya menangkap bayangan Dewa Golok Putih melangkah ke arahnya.“Tuan Pendekar Golok Putih, sungguh kebetulan sekali. Yang Mulia Raja mencarimu,” ucap pria yang sudah mengabdi lima puluh tahun di istana.Berdua, mereka mengha
“Aku ingin menikah dengan Puteri Anda!” Qi Xiang tertegun, ia belum pernah mendengar seseorang berani meminta sesuatu darinya. Apalagi permintaan ini bukan permintaan biasa, pemuda misterius itu meminta menjadi menantu.“Yang Mulia,” Qi Yun berlutut di hadapan Qi Xiang, “Wang Yun sadar bukanlah seseorang yang berpangkat ataupun memiliki kekayaan, hanya seorang pendekar dari kalangan rakyat jelata. Tetapi saya berjanji akan melindungi Raja dan Putri Qi Yue dari siapapun juga.”Qi Xiang menghela napas panjang sebelum menimpali dengan suara berat, “Benarkah kau memiliki Golok Pembunuh Naga?”Qi Yun mengangguk, “Apakah Yang Mulia ingin melihat Golok yang saya miliki?”“Aku ingin memastikan untuk mengetahui kesanggupanmu melindungi aku dan anakku!” kata Qi Xiang mengungkapkan alasannya. “Hanya pendekar pemilik Golok Pembunuh Naga yang kuyakini mampu melindungi aku dari musuh, dialah yang pantas menjadi menantuku!”“Baiklah, tetapi saya membutuhkan ruang terbuka untuk melakukannya.”Mereka
Sekembalinya dari istana, Qi Yun tampak selalu tersenyum hingga Dewa Golok Putih penasaran.“Tuanku Pendekar, Anda terlihat begitu senang hati … apakah Anda sudah memiliki petunjuk di mana Tuan Putri Qi Yue?” Dewa Golok Putih bertanya hati-hati.“Aku adalah Pendekar Golok Iblis, tak ada seorangpun yang dapat menghalangiku mencapai apapun yang kuinginkan!” Qi Yun menyeringai hingga wajah tampannya terlihat mengerikan.“Apapun yang Tuanku Pendekar rencanakan, saya akan mendukung sekuat tenaga!” kata pria berkulit putih pucat itu menjilat. Ia sudah mengubur jauh-jauh harga dirinya demi tetap hidup.“Bagus, besok aku akan pergi ke Perbatasan Timur! Kau berjagalah dan berkabar padaku bila ada perkembangan apapun di istana!” titah Qi Yun.“Siap, Tuanku Pendekar!” Keesokan pagi, Ma Yin berusaha menemui Qi Xiang yang masih berada di ruang peristirahatan bersama permaisuri, Que Yuan.Qi Xiang sedang menikmati pijitan sang Permaisuri di bahunya, ketika Kasim Liu masuk ke dalam ruangan.“Maaf Y
Selesai membaca, Ma Yin menyelipkan surat tersebut ke balik saku jubahnya. Perasaan tangan kanan Qi Xiang itu mendadak tak nyaman, seperti ada sepasang mata sedang memperhatikan aktivitasnya diam-diam.Ma Yin memutar tubuh dengan cepat, matanya memindai sekitar namun tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.Setelah memastikan tak ada siapapun kecuali dirinya di sana, Ma Yin pun buru-buru meninggalkan tempat itu.Ketika tengah malam tiba, Ma Yin datang ke tempat yang telah dijanjikan. Di sana ia melihat seorang pria bertopi caping seperti nelayan sedang duduk di atas batu besar menghadap ke arah sungai.“Dewi Kahyangan menyukai buah persik!” pria itu melantunkan pantun saat Ma Yin mendekat.“Iblis Bayangan yang terbaik!” Ma Yin menimpali. Laki-laki bertopi caping bangkit berdiri lalu melompat dan mendarat di hadapan ajudan Raja.“Nyawa siapa yang kau ingin kami lenyapkan, Tuan Ma?” Suara pria bertopi caping terdengar berat. Ma Yin mengeluarkan selembar kertas berisi sketsa wajah Qi Yu