"Untuk menguji seberapa patuh dirimu padaku, aku perintahkan kau membunuh ketiga saudaramu, bagaimana?" Qi Yun tersenyum kejam. Badan Dewa Golok Putih gemetar hebat, ia sangat menyayangi saudara-saudaranya, tapi ia juga takut kehilangan nyawa bila tak menuruti perintah Pendekar Iblis di depannya. Ketiga pendekar kejam memandang Dewa Golok Putih dengan kecewa, “Kami tak menyangka kau menjadi sepengecut ini, Kak! Mulai detik ini kita bukan lagi saudara!”Ketiga pendekar itu menghunus senjata masing-masing, menuding Qi Yun dengan mata berapi-api, “Hari ini kami yang mati atau dirimu, Manusia Iblis!”“Heh, kalian sendiri Iblis memanggilku Iblis!’ Qi Yun menyeringai, “Karena kalian tidak takut mati, baiklah … kuantar semuanya ke neraka!”Dua pendekar kejam, yaitu Pendekar Ketiga dan Keempat menyatukan kekuatan lalu melompat menerjang bersama-sama ke arah Qi Yun yang berdiri tenang, sorot mata mengejek. Sementara seorang lagi, pendekar Keenam mengendap-endap ke belakang Xin Ru yang hanya bi
Rombongan Liu Kang bergerak menuruni bukit dengan tergesa namun juga penuh kehati-hatian karena mereka khawatir bertemu dengan Qi Yun dan Dewa Golok Putih.Ketika melewati hutan, mereka dihadang oleh sekelompok harimau bermata hijau dimana hewan-hewan tersebut bukanlah harimau biasa melainkan siluman.“Sudah lama sekali tidak makan daging manusia,” seringai harimau berbadan paling besar yang berada di baris terdepan, sepertinya ia adalah pemimpin siluman harimau.Keempat pendekar saling beradu punggung dan bersiaga, ternyata mereka telah dikelilingi puluhan ekor siluman harimau.“Kakak Liu, melawan satu siluman saja setengah mati, ini ada puluhan … apakah di bukit tengkorak ini akhir hidup kita?” Adik Ketiga bertanya denga
“Maafkan aku, Nona Xin! Ini adalah masalah keluargaku, aku tak ingin membawa orang luar menempuh bahaya bersamaku. Apalagi kau adalah kakak dari Yu Ping!” Liu Kang meletakkan kedua tangannya pada bahu Xin Ru.Sekali lompat, mereka sudah berada di atas perahu. Liu Kang membantu Xin Ru untuk duduk di atas papan perahu. Setelah itu ia memberikan uang kepada tukang perahu, lalu melompat keluar.“Saudara Liu, kalian tidak bisa melawan mereka sendiri. Izinkan aku ikut membantu!” Xin Ru memohon sambil berurai air mata.“Di antara kita harus ada yang tetap hidup untuk memberitahukan kepada semua kerabat apa yang terjadi pada kami, berjanjilah untuk tetap hidup, Nona Xin!” Liu Kang menangkupkan kedua tangan ke depan dada, memberi hormat pada Xin Ru.Liu kang memutar tubuhnya membelakangi Xin Ru ketika gadis itu berkata, “Kami akan menunggumu di sini.”Liu Kang mengangguk, “Baiklah, tetapi bila dalam satu jam aku tak kembali, bertolaklah!”Huli Bai memeluk pinggang Liu Lang, berdua melesat terba
"Siapa sekarang yang dapat menolongmu, Huli Bai malang?" seringai Laohu Jing.“Tuanku,” celetuk salah satu dari anak buah Laohu Jing, “Kalau kita dapat mengunci roh siluman rubah seratus tahun dan mengendalikannya maka kekuatan Anda pasti berlipat ganda!”“Benarkah?” Laohu Jing menyeringai makin lebar.“Benar, Tuanku!” jawaban anak buahnya menyebabkan Laohu Jing menjadi bersemangat. Kepala kelompok siluman harimau itu mulai merapal mantra Penyerap Roh, kedua telapak tangannya mengeluarkan cahaya kemerahan.Huli Bai menjerit kesakitan ketika cahaya merah itu membungkus seluruh tubuh, menembus kulit dan berusaha membetot roh yang ada di dalam diri siluman rubah malang itu.AARGH!Wanita itu menggeliat, memegangi dadanya, berusaha melawan kekuatan gelap mantra Penyerap Roh. Namun tenaga dan ilmu sihirnya sudah setipis kertas, ia tahu tak akan mampu bertahan lebih lama.“Hentikan!” Tiba-tiba terdengar suara menggelegar menggetarkan pepohonan di sekeliling mereka, menyusul bertiupnya angin
“Akhirnya kau bangun juga, Yu Ping!” Seorang pria tua berpakaian petani berdiri di ambang pintu, memegang nampan berisi sepiring bakpao dan semangkuk sayuran. Pria itu adalah kakek misterius yang mengajak dirinya dan rombongan menginap di sebuah pondok dimana kemudian pondok dan pemandangan hamparan rumput hijau itu menghilang keesokan harinya. “Kakek ini sebenarnya siapa?” tanya Yu Ping penasaran, “Yang pasti kau bukanlah manusia.” Kakek itu terkekeh, tidak menjawab pertanyaan Yu Ping. Ia meletakkan makanan yang dibawanya ke atas meja lalu mempersilahkan si pemuda yang baru siuman tersebut untuk makan. “Makanlah, Nak!” Suara si kakek terdengar ramah seperti biasanya, “Kau pingsan selama dua hari, pasti perutmu sangat lapar. Yu Ping ingin membantah tetapi tiba-tiba perutnya berbunyi, mukanya merah padam karena malu, “Maaf.” Si kakek tertawa, “Jangan khawatir, aku tak akan mencelakaimu!” Yu Ping akhirnya duduk dan mulai menyantap bakpao dengan hati-hati, “Terima kasih, Kek!” Kake
Yu Ping melangkahkan kaki dengan hati-hati saat memasuki pusaran vortex berkilauan dengan warna biru dan ungu. Lubang spiral itu berputar-putar, membuat setiap langkahnya terasa seperti di dalam mimpi, di mana ruang dan waktu tak memiliki batasan yang jelas. Tiba-tiba saja, tanpa ada alarm tanda bahaya lebih dahulu, sebuah kekuatan misterius menarik raga Yu Ping masuk lebih dalam. Tubuhnya menjadi seringan kapas, ia seperti telah meninggalkan bumi dan gravitasi tak lagi menyentuhnya.Tubuh Yu Ping berputar dan berputar mengikuti gerakan pusaran yang menariknya makin jauh ke dalam dan seakan tak berujung. Pemuda itu memejamkan mata, berusaha mengosongkan pikirannya. Setelah beberapa saat lamanya, Yu Ping mulai merasakan vortex yang awalnya berputar kencang mulai melambat hingga akhirnya berhenti sama sekali. Tetapi raganya masih melayang-layang di udara.Perlahan Yu Ping membuka mata, sedikit terkejut menyadari ia berada di sebuah ruangan berwarna putih tanpa batas. Ruangan putih yan
Ratu Xue Yuan berbaring di peraduan, ia seperti seorang yang sedang tertidur lelap saja. Wajahnya sangat pucat dengan bibir menghitam, tubuhnya pun terlihat kurus.Beberapa hari lalu sebelum kerasukan roh jahat, ratu Xue Yuan pergi ke Wisma Barat menemui Dewa Golok Putih yang baru kembali dari misi mencari Golok Pembunuh Naga.“Tuan Golok Putih, apakah Anda mendapat kabar tentang putriku?” tanya Xue Yuan tanpa berbasa-basi begitu bertemu. “Sudah berbulan-bulan anak itu pergi, aku sangat cemas.”“Saya masih belum dapat menemukan Putri Qi Yue, Yang Mulia!” Dewa Golok Putih membungkuk sedalam-dalamnya, “Maafkan saya!”“Bagaimana sih?” teriak sang ratu negeri Qi kesal, “Kalian berjumlah tujuh personil, terkenal sebagai Malaikat Pencabut Nyawa. Mengapa menemukan Qi Yue saja tidak becus?”Dewa Golok Putih hanya menunduk tanpa berani membantah. Ia sebenarnya belum berani menghadap raja dengan mengatakan bahwa mereka bukan hanya gagal mendapatkan Golok Pembunuh Naga dan menemukan Putri Qi Yue
“Jangan senang dulu!” desis Ma Yin, matanya menyipit, “Aku tahu kau memiliki maksud tak baik pada Yang Mulia Raja, hal itu tak akan kubiarkan!”“Paman, apa maksud Anda?” Qi Yun tersenyum miring. “Apakah Anda mengeluarkan kata-kata mengancam karena takut pada rakyat jelata sepertiku?”“Dasar Anak kurang ajar!” Ma Yin menghunus pedang, ia sudah tak tahan ingin menghabisi pemuda sok jagoan di depannya tanpa pernah mengetahui seberapa bahaya berhadapan dengan pemilik Golok Pembunuh Naga.Qi Yun melemparkan tatapan mengejek pada tangan kanan raja Qi Xiang , tentu saja ia tidak ingin membunuh pria itu. Tidak untuk saat ini karena ia harus memberikan kesan baik pada musuh besar ibunya.“Hunus senjatamu, kita bertarung sekarang juga!” desis Ma Yin tak sabar.“Aku datang kemari untuk mengikuti sayembara menyembuhkan Ratu, bukan untuk bertarung!” Qi Yun sedikit membungkuk sambil menangkupkan tangan ke depan dada. “Mohon Paman memaafkan bila saya lancang!”“Tidak usah banyak bacot, hunus pedangmu