Share

SERPIHAN DENDAM MASA LALU
SERPIHAN DENDAM MASA LALU
Author: Ayesha Razeeta

Tragedi

Author: Ayesha Razeeta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di sebuah pemakaman, seorang wanita cantik bermata hitam tengah berdiri menatap gundukan tanah baru yang masih basah. Awan hitam pekat di atas kepalanya sudah memayungi seperti tahu bagaimana perasaan gadis yang tidak meneteskan air mata sedikitpun.

Dia melihat dengan jelas bagaimana kakaknya dihabisi di depan matanya malam itu dengan sangat keji. Bahkan teriakan kakaknya yang mengiba tidak juga membuat hati si pembunuh luluh. Sangat kejam.

Rianne Lopez, adalah wanita berusia 27 tahun. Memiliki kedai kopi di pinggiran kota, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Karena sudah larut dia memutuskan untuk pulang karena pengunjung juga sudah tidak ada yang datang.

Di jalan tiba-tiba saja gerimis turun, membuatnya berlari kecil karena tidak ingin tubuhnya basah jika tidak segera sampai di rumah.

Dia tinggal bersama saudara laki-lakinya Arche yang berusia 32 tahun, pria yang baik dan penuh dengan perhatian, tidak ada celah keburukan di mata Rianne untuk Arche kakaknya.

Tetapi kenapa pria-pria jahat itu dengan kejamnya mencabut nyawa yang bukan miliknya? Bahkan pihak berwajib seolah menutup mata dan telinga mereka dengan kasus yang menimpa saudaranya.

“Kak … Kau berbohong, kau mengatakan bahwa kau akan selalu menjaga dan bersamaku selamanya, tapi ….” senyumnya kecil tercetak di bibir mungilnya dia melanjutkan “Tapi kau meninggalkanku, kau melupakan semua janjimu, apakah kali ini aku boleh membencimu?”

Nada suaranya pelan dan dingin, siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan bagaimana rasa sakit yang dia rasakan sampai ke jantung-jantungnya.

“Kalian bertiga tidak pernah benar-benar sayang padaku, kasih sayang yang kalian berikan hanyalah kasih sayang palsu.” Dia melihat dua makam yang lain di samping makam kakaknya. Makam kedua orang tuanya.

Mereka meninggal karena kecelakaan lalu lintas bahkan tidak satupun dari penyidik mencari tahu apa penyebabnya. Sangat malang.

Rianne masih berdiri disana menatap nanar ke tiga gundukan yang berjejer di depan nya, sekarang dia benar-benar sendiri. Tidak akan ada lagi tepatnya untuk bermanja-manja. Saudaranya Arche yang selalu memiliki waktu luang untuknya sekarang sudah pergi meninggalkannya juga.

“Kak … Aku berjanji, aku akan membalas rasa sakitmu malam itu, aku akan menemukan orang yang telah membuatmu meninggalkanku sendiri, aku berjanji akan menguburkannya di samping pemakamanmu.”

Setelah mengatakan itu. Gadis itu memutar badan dan meninggalkan makam dalam keadaan yang basah kuyup, sejak tadi hujan sudah turun dan tidak mampu menahan diri untuk tidak menyiram semua kesedihan yang Anna rasakan.

Kaki jenjangnya menuju mobil tua kakaknya satu-satunya barang kesayangan kakaknya yang masih bisa digunakan. Dia melajukan mobil dengan wajah datar dan dingin. Tidak peduli deras hujan dan kencangnya angin, hatinya masih sama. Keras.

Beberapa menit di perjalanan dia sampai di pekarangan rumah bercat putih dengan nuansa klasik, rumah sederhana peninggalan keluarganya, di rumah ini dia bisa merasakan bagaimana kehilangan keluarganya.

Menghela nafas panjang, dia memasuki rumah dan berjalan gontai kearah kamarnya, masuk ke kamar mandi dan berendam dengan air hangat. Dia berjanji akan hidup lebih lama untuk membalas pembunuh kakaknya. Tuhan akan mengantarkannya kesana dia yakin itu.

***

Di tempat yang berbeda di dalam ruangan serba hitam, seorang pria berperawakan tinggi dan tegap tengah bersandar di kursi kebesarannya, membelakangi keempat suruhannya yang menunduk karena takut.

Suara berat dan dingin pria itu semakin membuat keempatnya merinding dan tidak berani bernapas.

“Kalian tahu apa akibatnya jika kalian membangkang perintahku?” suaranya berat dan dingin.

Pria itu memutar kursinya dan menghadap ke empat pria dengan pakaian hitam di depannya, keempatnya masih menunduk karena takut, bisa saja malam ini mereka semua terkubur karena nyawanya tercabut.

“Ma-maafkan kami boss.” Salah satu diantara mereka terpaksa membuka suara karena jika tidak habislah mereka semua.

Senyum iblis tercetak di bibir pria yang sekarang sudah berdiri dari kursinya membuat keempatnya semakin takut. Derap langkah sepatu membuat bulu kuduk mereka meremang, sebentar lagi, maka nyawa mereka habis.

“Maaf? Kalian meminta maaf, apakah kalian bisa menggantikan nyawanya?” nada suaranya masih tenang dan dingin, dan itulah yang membuat keempatnya semakin bergidik ngeri.

“Dia memberontak saat kami menangkapnya, bahkan dia berusaha akan mencelakakan kami,” Ucapnya masih membela diri.

“Kalian bisa melumpuhkan tidak harus membuatnya mati lebih cepat, kita bisa menyiksanya terlebih dahulu!” bentaknya

Dia adalah Alexander pria tampan dan gagah tanpa cela berusia 35 tahun. Dia pemilik tempat judi terbesar di dalam kota, dia memang kejam meminjam kan uang bagi siapa saja tanpa memandang bulu. Yang tidak bisa membayar tepat waktu paling hanya akan mendapatkan hukuman, sampai hutangnya terbayarkan. Tetapi bukan dengan mencabut nyawa seseorang lebih cepat tetapi bertahap sampai korban yang memohon untuk di bunuh.

“Lalu bagaimana dengan adiknya?” Xander memang sempat mendengar bahwa pria itu memiliki adik perempuan dan itulah salah satu alasan Xander terus meminjamkan Arche uang karena dia menargetkan wanita di keluarga penghutang.

“Kami melihatnya di pemakaman sepanjang hari bos,”

Menghembuskan napas lelah, dia meminta semuanya untuk keluar, bukan hal sulit baginya untuk membayar pihak berwajib jika anak buahnya tidak sengaja menghilangkan nyawa seseorang tetapi baginya lebih baik mendapatkan jaminan lain untuk membayar hutang dari pada harus menghilangkan nyawa. Yah setidaknya tidak terlalu cepat

Ruangan masih gelap hanya sedikit cahaya yang masuk kedalam ruangan. Tetapi tidak membuat ketampanan pria itu menghilang bahkan terlihat semakin tampan dalam cahaya yang remang.

Dia berjalan menuju balkon kamarnya, disana juga masih gelap dengan pekatnya malam. Dia memang menyukai kegelapan disaat hatinya tidak baik-baik saja.

Mata indahnya terpejam membayangkan wajah cantik yang terus tersenyum di depannya menari-nari seperti burung merak. Sangat indah.

“Sudah dua tahun lamanya, apakah kau masih mengingat tentang diriku?”

Dadanya semakin sesak saat melihat wajah itu semakin jauh menghilang, dia melihat kesedihan di mata indah itu. Ada apa dengan gadisnya. Pikirnya.

Menghembuskan napas kasar lalu kembali ke dalam kamar gelapnya, naik ke atas ranjang dan memejamkan mata. Masih banyak yang akan dia lakukan esok hari, termasuk menangkap tikus-tikus yang sudah berani mencuri uangnya.

***

“Hai Anna …” Peluk Lyora pada sahabatnya, dia tidak menemani Anna di pemakaman kemarin karena ibunya sakit. Dan itu membuatnya menyesal karena berada di situasi yang tidak bagus.

“Hai Yora, bagaimana kabar bibi, apakah dia sudah baikan?” balasnya dengan senyum kecil dan meletakkan kopi di depan Lyora, mereka duduk secara berhadapan.

“Dia menitip salam dan membuat kue untukmu, cobalah!” Lyora menyodorkan sekotak kue di atas meja membuat Anna tersenyum dan berterima kasih.

Sementara mereka terus mengobrol sekelompok pria dengan badan besar datang memasuki kedai membuat beberapa pengunjung merasa takut dan tidak sedikit menyingkir memberi jalan.

Anna dan Lyora langsung saja berdiri karena melihat kekacauan yang dilakukan beberapa pria berbadan besar itu, tidak sedikit kursi mereka patahkan dan hancurkan.

“Apa yang kalian lakukan?” teriak Anna karena mereka seperti tidak terkendali, bahkan memecahkan lemari kaca di samping meja kasir.

“Dimana Arche, katakan padanya bayar hutangnya!” salah seorang yang kemungkinan adalah ketua dari mereka datang di depan Anna dengan mata melotot. Sangat menyeramkan.

“Hutang? Hutang apa maksud kalian?”

“Hah, rupanya pria itu tidak memberi tahu bahwa dia sudah berhutang?” mereka semua terbahak apalagi salah satu di antara mereka mengatakan akan membawa Anna sebagai jaminan jika Arche tidak keluar dari persembunyiannya.

“Arche keluarlah! atau kami membawa adikmu yang manis ini.” Teriaknya sambil menoel dagu Anna dengan cara menjijikkan.

“JANGAN BERANI MENYENTUHKU BRENGSEK!” teriak Rianne dengan melempar gelas yang masih berisi kopi panas milik Lyora.

Related chapters

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Di Culik

    Satu tamparan mendarat sempurna di wajah mulus Anna, kepalanya pusing dan sudut bibirnya sudah robek karena tamparan yang sangat kuat.“Kau berani main-main denganku?” desisnya menarik rambut Anna sampai dia mendongak dan merasakan rambutnya akan terlepas.“Katakan pada kakakmu, bayar hutangnya atau kau ikut bersama kami.” Pria berotot itu menghempaskan tangannya yang menarik rambut Anna dan mereka semua keluar dari kedai. Meninggalkan Anna yang menangis dalam hati menyaksikan kekacauan yang mereka tinggalkan.“Rianne …." Lyora mendekat dan memeluk sahabatnya.”“Kau mengenal mereka?”Anna menggeleng dan terlihat sangat kacau. Dia tidak tahu siapa mereka dan ada apa sebenarnya, kenapa Arche meninggalkan banyak kekacauan. Kakaknya adalah pria yang baik.Anna tersenyum lembut dan menepuk lengan Lyora mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tetapi dia masih tidak percaya bahwa kakaknya melakukan ini di belakangnya, hutang apa yang mereka maksud, dan untuk apa. Kepala Anna semakin pusing memiki

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kenyataan

    "An- Anna.” Cicitnya melihat wanita yang berada di depanya dalam kondisi berantakan.“Ka-kau … ” Anna juga terkejut karena melihat siapa yang berada disana, tepat di depan matanya.“Lepaskan dia!” perintah Alexander pada keempat anak buahnya yang sejak tadi berdiri di dekat pintu. Mereka cukup terkejut karena tidak tahu bos mereka mengenali tawanan mereka.Alexander meminta keempat suruhannya untuk keluar dan membiarkannya sendiri, Xander melangkah, menutup pintu dan dan melihat jendela yang sudah rusak. Anna yang melihat pria di depannya hanya menatap dengan tatapan tidak percaya, kepalanya terlalu pusing memikirkan semuanya.“Anna … ” Ucapnya semakin melangkah maju tetapi Anna mundur dengan tubuh bergetar.“Bagaimana kabarmu, kau masih mengingatku, kita berjanji akan bertemu lagi kan?” Alexander menatap ke wajah takut Anna, dia merindukan wanita di depannya, dia mencarinya kemana-mana tidak tahunya mereka sangat dekat, di kota yang sama dan sekarang sudah berhadapan.“Kau tidak meri

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Ingkar Janji

    “Katakan dulu! kau lepaskan aku, aku berjanji akan melunasi hutang kakakku.”“Oke, saat kau sudah tenang aku berjanji akan melepaskanmu sore nanti, bagaimana?” Mendapatkan angin segar, Anna mendongak memastikan tidak ada kebohongan di mata Alexander. Dan setelah dia benar-benar menemukan kejujuran disana, dia mengangguk. “Berapa hutang kakakku?” Anna sudah berada di kamar dimana dia terbangun tadi.“Makan dulu, sejak kemarin kau belum makan sedikitpun!” ucapnya masih lembut menatap wanita yang di rindukannya.“Apa pedulimu, bukankah aku hanya tawanan karena kakakku tidak bisa membayar hutangnya?” desisnya menatap tajam Alexander.“700 juta, Arche berhutang sebesar itu padaku, dan aku tidak tahu bahwa kalian saudara, percayalah!” Alexander berkata jujur dia memang tidak tahu bahwa Arche adalah kakak dari Rianne wanita yang dicarinya selama ini.“Beri aku waktu, aku akan membayar hutang-hutangnya, aku berjanji.” Pintanya sungguh-sungguh, entah sampai kapan dia akan mencari uang seban

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Minta Di Bebaskan

    Lama Anna berdiri disana, tetapi tidak juga melihat batang hidung Alexander yang masuk ke kamarnya. Bahkan pelayan yang masuk mengantar makanan dan pakaian untuknya tidak juga mengatakan apa-apa. Mereka semua mengatakan bahwa tuan mereka akan segera kembali. Begitu seterusnya sampai Anna lelah bertanya. Percuma juga kabur karena usahanya akan sia-sia seperti biasanya. Sudah seminggu tetapi pria itu tidak juga datang menampakkan dirinya. Anna sudah dibiarkan keluar dari kamar, para pelayan bahkan orang-orang suruhan Alexander tidak ada yang waspada karena ini perintah. Membiarkan Anna merasa nyaman di mansion.“Dimana tuan kalian?” tanyanya kepada salah seorang pelayan setelah dia lelah mengelilingi mansion mencari jalan keluar tetapi tidak menemukannya.“Tuan mengatakan akan pulang dua hari lagi nona, nona membutuhkan sesuatu?” balasnya dengan ramah.“Tidak, aku akan kembali ke atas.” Putusnya melangkah menaiki tangga dengan langkah gontai. Tetapi baru saja menaiki undakan kedua dia

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Rianne Pulang

    Dengan berat hati Anna masuk kembali ke kamarnya. Tangannya mengepal karena sulit sekali keluar dari penjara besar ini. Tetapi dia tidak memiliki pilihan lain selain kembali menuruti permintaan pria itu. Caroline menatap tidak suka pada kekasihnya, “apa hubunganmu dengannya?” tanyanya dengan wajah yang tidak bisa dia sembunyikan kemarahannya. “Bukan urusanmu.” Alexander pergi begitu saja meninggalkan Caroline dengan kekesalan yang teramat besar. “Xander!” teriak Caroline tidak terima diabaikan begitu saja. Tetapi setelahnya dia kembali tersenyum karena tahu bahwa wanita itu akan pergi esok pagi. Lalu apa yang dia khawatirkan? “Jangan khawatir Caroline karena dia tidak sebanding denganmu,” ucapnya membanggakan dirinya sendiri. Sepanjang malam Rianne tidak bisa memejamkan matanya. Dia ingin pagi segera menyapanya dan meninggalkan kediaman yang membuatnya sesak. Dirumah ini pembunuh kakaknya tinggal. Dia tidak bisa melakukan apapun sekarang karena dia tidak memiliki kemampuan. Tetap

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Rencana buruk Lyora

    Alexander kembali ke mansion dengan wajah tidak terbaca. Dia langsung naik ke kamarnya karena merasa sangat lelah dan penat.“Kekasih? Cih! Aku tidak akan membiarkanmu memilikinya,” ucapnya untuk karena tidak terima ada pria lain yang mengaku menjadi bagian hidup dari Rianne.Alexander masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diri dalam beberapa menit lamanya. Dia ingin menghilangkan semua pikiran negatif di dalam otaknya terhadap hubungan Rianne dan pria yang mengaku sebagai kekasihnya.Dia tidak akan pernah terima jika wanitanya. Wanita yang selama ini dia nantikan akan melewati malam dengan pria lain selain dirinya.“Sial! Apa yang sudah kupikirkan?” umpatnya pada diri sendiri di dalam kamar mandi. Niatnya berendam karena ingin menghilangkan pikiran kotor dalam otaknya tetapi semakin lama dia menyangkalnya semakin yakin dia dengan pikirannya.Dia bergegas mengganti pakaian. Masih sangat siang dia harus sudah mendengar laporan apa yang bisa Rafh dapatkan untuknya.“Dimana Caroline?”

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kesedihan Anna

    Yang namanya disebut hanya diam mematung. Tangannya menggenggam erat nampan yang masih berada ditangannya. Dadanya sesak setiap kali mendengar suara pria di belakangnya.“Hai Nona, kau baik-baik saja? Tuan itu memesan kopi yang sama denganku,” celetuk pria gempal yang tadi Rianne antarkan kopi.Anna jelas mendengar suara sepatu melangkah ke arahnya, dadanya semakin sesak. Jujur dia juga takut tetapi mengingat wajah kesakitan Arche membuat darahnya kembali mendidih. Seketika membuat kepalanya sakit dan pendangannya mengabur.“Anna … kau baik-baik saja?” jelas terdengar sangat halus tetapi entah kenapa bersamaan itu juga rasa sakit yang timbul di hatinya.“Rianne … bagaimana keadaanmu?” wanita berparas cantik itu menatap sekelilingnya.Keningnya mengkerut karena menyadari bahwa dia berada di dalam kamar. Seketika matanya melotot kala menyadari keanehan yang terjadi.Ia menoleh pada sumber suara, disana sudah ada duduk seorang pria tampan rupawan dengan senyum memikat tetapi kenapa ketam

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Dilema Orion

    Anna sangat kesal. Karena Orion suka sekali memaksa kehendaknya, dia akan bangkit dari tempatnya tetapi tangannya sudah dicekal kuat oleh Orion membuat Rianne meringis karena kuatnya cekalan yang Orion berikan.“Lepaskan tangan kotormu darinya,”Pria yang baru saja datang itu mendekat dan melepaskan cekalan tangannya dari pergelangan Anna yang sudah tampak merah karena ulahnya.“Kau!?”Alexander tidak memperdulikan tatapan tajam Anna padanya, karena pemandagan sebelumnya membuatnya sangat marah. Pria di depannya dengan berani menyakiti Rianne nya, dan dia tidak akan mebiarkan itu.Tanpa aba-aba Xander mengarahan tangannya ke leher Orion membuat pria itu terkejut karena kuatnya cengkraman pria yang tidak dia tahu namanya siapa, tangan nya memukul tangan Xander agar terlepas tetapi tidak juga membuat cengkaraman itu melemah tetapi semakin menguat.“Kau berani menyentuhnya lagi ku pastikan kau tidak akan melihat matahari besoknya,” ancamnya dengan mata memerah.Orion semakin terdesak,

Latest chapter

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Hidup Bahagia

    "Tuan, Rafh ... tolong maafkan kami." Frea menangis. Baru saja ayahnya menjelaskan semuanya. Ketidak sengajaannya menembak keluarga Rafh serta bagaimana Rafh kecil yang dibawa kabur oleh orang suruhan ayahnya. Rencana hanya untuk mengancam, tetapi takdir berkata lain. Tuan Frasino menembak habis keluarga Alexander.Karena rasa bersalahnya, tuan Frasino akan merawat kedua anak rivalnya. Alexander dan anak yang diculiknya--Rafhael. Namun, nyatanya seseorang sudah membawa anak itu lebih dulu.Mengetahui bahwa Frea menyukai Alexander dan berakhir dengan penolakan, kemarahan tuan Frasino kembali meledak. Dia mengusir Alexander dan mencibirnya sebagai anak tidak tahu terima kasih."Nona Frea, ayahmu melenyapkan orang tuaku coba jelaskan padaku, bagaimana cara memaafkanmu?" Suara Rafh terdengar semakin dingin."Kau tidak dengar? Ayahku tidak sengaja melepas pelurunya," "Seperti ini?" Satu tembakan tepat di jantung tuan Frasino yang Rafh lepaskan. Frea menjerit karena melihat ayahnya semaki

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Demi Ayah Dan Ibu

    Rianne tidak akan melepas suaminya, perasaannya mendadak tidak enak sama sekali. Bukankah perasaan orang hamil itu sensitif?Alexander memegang wajah istri, mencium seluruh bagian di wajahnya."Hanya beberapa hari saja, hmm." "Memangnya kau mau kemana? Jangan berbohong dengan mengatakan kau akan bekerja. Alexander, aku tahu dirimu."Menghela napas panjang, Alexander memasang senyum secerah mungkin, tidak bisa dia katakan kepergiannya karena kondisi Rianne yang mengandung. "Rafh. Dia harus melihat tempat kerjanya sayang. Perusahaan itu adalah milik orang tuaku yang terbengkalai dan aku berencana menyerahkan pada Rafh. Dia akan membesarkannya," kilahnya tidak sepenuhnya salahAlis Rianne menyatu, masih tidak mengerti, "Rafh adalah keluargaku yang masih tersisa, dia harus bertanggung jawab untuk masa depannya."Mata Rianne membola, lagi-lagi dia dikejutkan dengan berita besar.Alexander mengangguk saat Rianne kembali mengulang kata keluarga. "Aku juga belum mengatakan ini padanya. Dan

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Jujurlah!

    Tidak tahan lagi, Alexander langsung menyerang sang istri dengan cepat tetapi masih dengan hati-hati.Siang itu, tidak hanya cuaca diluar saja yang panas, tetapi di dalam kamar dengan pendingin juga sudah terasa panasSuami istri yang sudah terpisah beberapa bulan itu, sama-sama melepas rindu di dalam kamar dengan segala macam gaya. Erangan desahan mengalun indah bersama dengan gerakan pasti si pria. "Sayang ... aku ...." Rianne tersengal, napasnya memburu, ada sesuatu yang ingin meledak di bawah sana rasanya."Bersama sayang. Tolong tunggu aku." Alexander menggerakkan pinggangnya semakin cepat, keduanya menegang karena sebentar lagi akan ada ledakan yang dahsyat."Aaaahhhh." Keduanya mendesah panjang bersama, Alexander mendongak begitupun juga dengan Rianne yang berada dibawahnya yang bergetar karena mendapatkan pelepasan bersama.Napas keduanya memburu, senyum cerah keduanya terlihat sebagai tanda bahwa mereka benar-benar menikmati semuanya."Aku mencintaimu." Alexander menjatuhkan

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Sentuh Aku

    Orlando berdecak, dia tidak memikirkan Rianne, dia hanya menyakinkan dirinya kalau Frea memang tidak ada lagi di hatinya."Anna tahu kalau kau yang menabrak keluarganya?" Tanya Richard."Hanya aku yang boleh memanggilnya dengan nama itu." Alexander melanjutkan, "Anna tahu, tetapi tidak tahu kalau dalang dari semua ini adalah keluarga Frea."Sejak tadi Rafh hanya diam saja. Berita besar ini baru saja di dengarnya dan dia tidak menyangka akan serumit ini ceritanya, terlalu berkelok dan berliku."Rafh. Antar Orlando bertemu dengan Frea. Kita akan mengikutinya dari belakang. Selama ini pria tua itu terlalu pandai untuk bersembunyi, aku tidak bisa menemukan keberadaannya."Rafh mengangguk. Sementara itu, Richard yang tidak tahu harus melakukan apa, berencana ikut dengan mereka tetapi Alexander mencegah dengan Alasan para wanita tidak ada yang menjaga.Saat itu juga Alexander menempatkan mereka di tempat yang memang seharusnya mereka tinggali.Rafh akan tetap menjalankan bisnis sang tuan.

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Jangan Berani

    Richard mendengus kesal, artinya selama ini hanya dia saja yang merasa menjadi sahabat kedua pria bengis ini. Jadi tidak heran kalau Alexander menerjangnya sampai babak belur saat itu, dan Orlando? Jangan tanyakan pria di sebelahnya ini. Di otaknya hanya ada nama Rianne. Sialnya lagi, mereka bertiga menyukai wanita yang sama. Dan selalu Alexander yang mendapatkan hasilnya."Rafh menelepon dan menceritakan semuanya padaku. Sebagai teman Anna, jelas saja aku ikut prihatin karena seseorang tidak menghargai perasaannya dan aku mengurus semuanya." Sindir Richard."Kalian berdua," tunjuk Orlando pada kedua penjaga yang melaksanakan perintah Rafh tanpa sepengetahuannya."Besok datang ke ruanganku, aku akan memberikan imbalan pada kalian karena sudah menjaga istriku malam itu." Kedua penjaga itu saling pandang, semebtara Rafh membola."Terima kasih Tuan." Jawab mereka bersamaan dengan wajah cerah. Apa yang Alexander katakan selanjutnya mampu membuat mereka menghela napas pelan dan mengangguk

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Menolak?

    Saat kembali ke rumah, Orlando dikejutkan oleh banyaknya mobil mewah berwarna hitam terparkir tepat di depan rumahnya.Bukan hanya itu, beberapa orang berbadan besar sudah menodongkan senjata api di kepalanya dan Lyora. Gadis itu tentu saja pucat, memegang kuat lengan kakaknya dengan badan bergetar."Jangan takut." Bisik Orlando.Lyora mengangguk dan tetap berpegangan teguh di lengan kakaknya, kakinya sudah lemas melihat senjata-senjata itu mengarah tepat di pelipisnya.Orlando berjalan pelan, begitupun dengan mereka yang tetap tidak melepasnya."Turunkan senjata kalian. Kalian tidak melihat adikku ketakutan." Jengah Orlando. Tahu siapa yang bertamu di rumahnya tato kecil berlambang kelabang di leher mereka sudah menunjukkan dari mana asalnya."Ikut saja. Kami tidak akan melakukan apapun selama Tuan tidak melawan." Orlando mendengus, sejak tadi dia diam, tidak melawan tetapi orang-orang ini yang keterlaluan. Sampai di dalam rumahnya. Orlando sudah disambut oleh pria dengan mata tajam

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Mataku Terkena Debu

    "Untuk apa kalian datang? Dan kau Richard, kita sudah berjanji, kau akan rahasiakan ini dari siapapun. Aku kecewa." Richard menghela napas pelan, "Anna, kau tidak merindukannya? Tuan terlihat sangat khawatir."Richard kembali menambahkan, "Dia harus tahu kabar kehamilanmu."Rianne menggeleng, "Jangan beritahu dia, biarkan dia hidup sesukanya, sampai kapanpun Alexander akan tetap seperti itu."Caroline mendekati Rianne, duduk di sebelahnya, tangan halusnya langsung menyentuh perut Rianne, "Bagaimana rasanya hamil?" Tanya nya menatap Rianne, dia melanjutkan, "Sejak awal hubungan kita tidak baik. Tapi, aku akan meluruskan sedikit masalahmu."Sambil mengelus perut Rianne dia melanjutkan, "Beri dia kesempatan sekali lagi. Aku mendukungmu meninggalkannya dan menikah dengan pria lain kalau dia sampai mengkhianatimu lagi."Caroline melanjutkan, "Alexander sudah meninggalkan usaha di rumah pelacuran. Sudah menyerahkan tempat perjudian pada Roi juga. Dan ku dengar markasnya meledak." Caroline

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Manis Sekali

    "Bagaimana? Rafh mengakuinya?" Bukan Alexander yang bertanya tetapi Richard. Caroline masuk ke kamarnya dengan wajah lesu. Di dalam kamar sudah ada Richard, mantan Dokter Alexander ini belum bertemu langsung dengan mantan majikannya.Alasannya karena Alexander yang terus menghilang."Tidak. Dia juga tidak tahu katanya." "Kau yakin? Bisa saja Rafh berbohong."Caroline melepas pakaiannya begitu saja di hadapan Richard, juga mengganti dengan pakaian baru tanpa merasa malu. Richard hanya menggeleng karena kekasihnya ini sangat--berbeda."Tidak. Aku tahu kapan Rafh berbohong dan tidak."Richard berdiri dan memeluk Caroline dari belakang, "Aku cemburu. Sepertinya kau memang ada rasa padanya."Caroline berbalik dan mencubit kedua pipi liat Richard, "Jangan memancing. Kau juga mencintai Rianne kan? Jadi aku harus bagaimana?""Masa lalu. Sekarang masa depanku ada di hadapanku." Richard menaik turunkan alisnya dan Caroline tahu apa maksud kode itu."Tidak sekarang, aku harus menemui Alexander.

  • SERPIHAN DENDAM MASA LALU   Kau Yakin Dia Akan Kembali?

    Sementara itu, Maya sudah melepas rangkulannya dari Rafh saat Caroline datang mendekatinya. Senyum wanita itu masih tetap sama seperti dulu manis dan juga--menawan.Maya berdehem, berniat akan meninggalkan keduanya tetapi Rafh menahan tangannya. Maya jelas merasa tidak enak, mereka bukan tokoh utama dalam cerita ini tetapi Rafh seolah mengambil peran lebih banyak. Itu yang Maya pikirkan."Bagaimana kabarmu?" Caroline menyapa lebih dulu, memperhatikan Rafh seperti biasanya, bahkan tatapannya juga masih sama seperti dulu."Baik, Nona." Caroline menyapa Maya juga, wanita yang bisa Richard bahas saat mereka senggang, "Anda Dokter Maya, bukan?" Maya mengangguk."Panggil Maya saja. Nona."Caroline terkekeh, "Baiklah, senang bertemu denganmu, Richard selalu membahas dirimu." Maya hanya tersenyum kecil.Caroline menoleh ke kiri dan ke kanan, ada yang belum terlihat olehnya, "Dimana Rianne? Aku tidak melihatnya?" Tanyanya pada Rafh."Nyonya, tidak ikut."Alis Caroline naik setengah, "Kenapa?

DMCA.com Protection Status