Dani semakin giat bekerja, mengingat keinginan Sely yang ingin melihatnya kayak dulu lagi. Menjadi seorang manajer adalah impian Sely, namun sampai detik ini tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang lain selain menjadi tukang panggul.Sambutan Sely yang selalu ketus, membuat Dani harus lebih sabar lagi menghadapinya. Tidak mudah untuk Sely mengikuti gaya hidupnya yang sederhana. "Belum tidur nak? Perlu ibu buatkan teh hangat lagi?" Bu Irma, yang tanpa sengaja melihat putranya begitu gelisah di depan rumahnya. Jam yang sudah menunjukkan dua belas malam namun Dani masih duduk di teras rumah seorang diri tanpa ada segelas air pun. "Nggak perlu buk, aku cuma lagi nyari angin,""Angin kok, di cari. Sudah malam masuklah, kamu butuh istirahat biar besok badan kamu fit lagi. Angin makam nggak baik untuk kesehatan,""Kenapa ibu belum tidur? Ini sudah malam loh buk,""Ibu sudah tidur dari tadi. Ibu mau ambil minum lihat pintu ke buka, ibu pikir ibu lupa kunci pintu,""Maaf buk, aku bikin khawat
Pagi yang begitu indah, dengan kehadiran orang yang lama tak berjumpa dan bersamaan acara syukuran di kediaman Yoga, hal ini tentu membuat Arumi dan Bayu bahagia. Bagaimana tidak, akhir-akhir ini mereka jarang sekali bertemu hanya anak-anak yang sering berkunjung."Sudah siapa dek?" "Sudah mas, Salwa sama Azka kemana?" Arumi mencari dua anaknya yang sejak tadi tak terdengar suaranya."Mereka ada di depan mbak, ada ibu sama bapak. Mereka lagi temu kangen sampai di panggil nggak ada yang dengar," ujar bude Narsih. "Pantas aja bik, biarin lama mereka tidak bertemu,""Sudah siap dek? Ayok, Bude juga ikut ya," ajak Bayu yang sudah siap."Ada, apa?" sambung Bayu."Nggak mas, aku nggak papa kok, ayok!" Bayu menyatukan dua alisnya melihat sikap Arumi yang tak biasa."Dek, mas perhatikan kamu sering melamun, ada apa? Cerita sama mas," tanya Bayu, yang mengejutkan Arumi."Ya, mas. Kamu bilang apa, tadi?""Tuh kan melamun lagi! Katakan pada mas, jangan buat cemas," ujar Bayu, mengajak Arumi
Tiga bulan sudah Sely, meninggalkan rumah suaminya. Rumah masa kecilnya yang kini menjadi tempat berteduh Dani dengan putranya."Apa istrimu tidak ada kabar lagi? Setidaknya istrimu ingat kalau dia memiliki anak yang tinggal sama kamu," Bu Irma, memberikan kopi untuk Dani. Terlihat jelas lelah nampak di wajahnya, belum lagi harus memikirkan tentang istrinya yang tak kunjung datang meski Dani tahu bahwa semua ini akan terjadi. "Kita tidak usah memikirkan Sely, buk. Terserah sama dia kalau memang kami harus berpisah maka biarlah itu sudah menjadi keinginannya,""Tapi nak, bagaimana dengan Geo? Anakmu masih membutuhkan Ibu, apa sebaiknya kamu datang ke sana?""Nggak buk, aku capek terus mengalah dan aku lelah mengikuti keinginannya. Biarkan saja kalau Sely ingat anak pasti akan kembali, jika tidak maka biarkan aku sendiri bisa mengurusnya aku akan cari orang untuk mengasuh Geo, biar ibu tidak terlalu lelah,""Bukan itu nak. Ibu masih sanggup mengurus cucu ibu, kamu fokus aja bekerja jan
Pria itu membuktikan ucapannya, setelah meninggalkan apartemen mereka pergi menuju showroom mobil mewah. Di sana terjejer rapih mobil dengan harga fantastis, Sely berusaha untuk tidak berteriak melihat mobil yang tadinya hanya dalam angannya kini ada di hadapannya."Om, aku ambil yang ini aja," lirih Sely, suka manja dan tentu gengsi."Oh, tidak sayang. Mobil ini terlalu murah untuk kamu, aku pilih itu untuk kamu."Sely bersorak dalam hati. Sedikit pura-pura merendah dan jual mahal, maka hasilnya sempurna. Itulah yang kini terlintas dalam benaknya."Makasih ya, Om, aku suka banget,""Ya, sayang apa sih yang nggak buat kamu. Apapun akan Om berikan padamu, yang penting kamu bahagia," "Makin sayang nanti aku sama kamu om,""Itu yang om mau sayang,"Sely bergelayut manja dalam dekapan pria paruh baya, yang tak lain adalah Broto.'kali ini aku yakin. Aku pilih pisah, lebih baik aku sama Om Broto yang kasih aku banyak uang dan mobil mewah ini, biarin mas Dani yang urus anak itu, aku nggak
Sely menghampiri Dani yang tengah tengah memindahkan karung demi karung berisi bahan untuk olahan dan beras, dari jauh Sely tersenyum sinis. "Bagaimana aku bisa bertahan sama kamu mas, kalau kamu aja begini. Aku tidak bisa hidup tanpa uang dan kekayaan ini, aku mau uang yang banyak, tapi kamu tidak mampu untuk mengabulkan itu semua dan aku juga tidak ingin mengurus anak kita. Biar anak itu akan menjadi anakmu selamanya, aku tidak akan pernah mendekati kalian lagi." Gumam Sely, ia turun dari mobil mewahnya menghampiri Dani yang tengah sibuk bekerja, beberapa teman Dani yang melihat kedatangan Sely, mencolek pria yang sebenarnya tampan."Dani ada cewek cakep bener, lihat itu!" ujar temennya, awalnya Dani tidak peduli tetapi ia pun penasaran. "Sely," lirih Dani, yang membuat sahabatnya menghentikan pekerjaannya dan menoleh kearah Dani yang menyebut nama wanita itu. Sely melangkah menuju ke arahnya begitu angkuh dan penampilan yang berbeda bukan hanya itu saja mobil mewah yang ia bawa me
Kehilangan adalah salah satu hal yang menyakitkan, begitu pula yang di rasakan oleh Dani setelah membaca satu pesan yang dikirim oleh Sely untuknya.Dani mengabaikan pesan itu, ingin sekali memblokir nomer mantan istrinya tapi ia tidak ingin. Suatu saat anaknya akan bertanya tentang ibunya hal itu akan memudahkan untuk berkomunikasi."Dani kamu di panggil sama Bu Arumi. cepetan sana jangan sampai Bu Arumi nunggu!""Baik bos!" Dani berlari menemui Arumi di ruangannya. Wanita yang begitu baik padanya, sampai berapa kali menitipkan susu untuk Geo."Assalamualaikum buk Arumi,""Waalaikumsalam, masuk!""Ibu panggil saya?" "Ya, duduklah. Begini Dani, kebetulan cabang gudang ini tidak ada yang mengawasi. Aku mau kamu ambil alih di sana, gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Jika kamu berubah dan tidak melakukan kesalahan maka kamu akan kembali menjadi manajer! Tapi sebaliknya, jika kamu melakukan kesalahan untuk kedua kalinya aku tidak akan pernah memberikan kamu ampunan."Brugh!!Dani me
Arumi dan Bayu saling pandang mendengar suara yang tidak asing untuk mereka, di sana dua kakak iparnya berdiri, wanita yang tak lain adalah Salsa dan Eni. Terlihat di wajah mereka begitu kecewa padanya, hal itu semakin membuat keduanya kebingungan. "Tunggu sebentar ini ada apa? Kami nggak tahu apa maksud kalian berdua, lagi pula –" Ucapan Arumi terhenti saat Salsa kembali berucap. "Jika kamu menolak ajakan kami setidaknya biarkan anak anak bermain di rumah kamu, jangan biarkan mereka terlalu lama kecewa sama kamu. Tapi dengan kejadian kemarin tentu sudah menyakitinya, kamu bisa lihat bagaimana sikap mereka terhadap kamu," ujar Salsabila, terlihat begitu kecewa pada Arumi. "Tunggu, sebenarnya ini ada apa sih! Kenapa kalian datang langsung menyalahkan istriku? Di mana Mas Duta dan juga Mas Yoga? Aku mau bicara dengan mereka, ini pasti ada yang tidak beres. Siapa yang sudah mengadu domba kalian," ucap Bayu yang kini mulai curiga jika ada seseorang yang ingin memecah belah kan keluarga
Dua wanita berbeda usia itu saling senyum, puas bisa melakukan hal yang tentu saja di luar hati nurani. Tak berselang lama wanita lain datang dan bergabung dengan mereka. "Apa perlu kita merayakannya? Lihat sebentar lagi kita akan menghancurkan wanita itu. Mbak, bagaimana dengan kabar cucumu?" Wanita itu duduk dengan anggun, meraih minuman yang sudah tersaji di atas meja tentu kedua wanita itulah yang memesan lebih dulu. "Sangat cantik dan cucuku yang satu lagi, dia sangat tampan. Kapan kamu akan datang ke rumah untuk melihatnya? Sudah berapa bulan terakhir kamu datang cuma sebentar waktu syukuran. Kamu nggak pengen lihat mereka?" tanya Bu Laras setelah berapa saat setelah adiknya menghabiskan setengah gelas just alpukat."Nanti aja mbak, aku malas ke rumahmu. Apa lagi ada wanita itu di sana, kamu sih mbak kenapa bisa punya mantu miskin semua!" Nila mencebik, mengingat menantu baru Bu Laras adalah orang dari kalangan biasa. Baginya itu tidak selevel dengannya."Terus kamu mau aku me
Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke
Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski
Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa
Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m
Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at
"Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te
Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas
Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta
Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin