Share

Bab 95

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2024-12-10 20:59:30

Nyonya Laura meraih ponselnya, dan menghubungi kembali anak buahnya, dalam hitungan detik terdengar jawaban dari seberang telepon.

“Halo, Nyonya.”

"Temukan mereka SEGERA!" bentaknya. "Kali ini aku tidak mau mendengar alasan atau kegagalan. Pastikan mereka tidak akan pernah lagi menginjakkan kaki di kota ini. Aku tidak peduli bagaimana caranya, tetapi aku ingin mereka lenyap untuk selamanya."

Ada jeda singkat di seberang sana, kemudian pimpinan preman itu menjawab dengan suara tegas, "Baik, Nyonya. Kami akan menyelesaikan ini malam ini juga."

Nyonya Laura memutus sambungan telepon, napasnya memburu. Wajahnya yang biasanya terlihat elegan kini berubah garang, mencerminkan kebencian mendalam terhadap Naura. Baginya, gadis itu adalah ancaman terbesar bagi masa depan Davin dan calon istrinya.

****West Country

Hari ini adalah H-1 pernikahan Davin dan calon istrinya. Semua orang sudah sibuk di lokasi acara besar tersebut. Nyonya Laura, saking hebohnya, bahkan mengajak seluruh pekerja di rum
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fi Jay
lanjutan nya mana ini
goodnovel comment avatar
nor Ain
mati looo dasar ular.. pelakor ngak tau diri
goodnovel comment avatar
Shelly ina Pawan
akhir ya ktangkap basa jga si pelakor ribut Bpa mantu ya sndri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 96

    “Oooh, dadamu yang besar ini sangat menggodaku, sayang.”Tuan William sedang berada di atas tubuh calon menantunya, dia menikmati dada sang calon menantu, memainkan lidahnya di sana sementara tangan yang satunya terus meremas bagian yang lain dengan penuh hasrat.Sementara sang wanita menggelinjang seperti cacing kepanasan, setiap adegan ranjang dengan pria yang harusnya menjadi Papa mertuanya ini membuatnya seperti sedang dibawa ke surganya dunia. Papa tiri Davin kembali bergerak maju mundur, menghentak sang calon menantu dengan penuh nafsu yang tak terkendali. Desahan demi desahan tercetus dari mulut keduanya, memenuhi ruangan mewah tersebut.“Oommmm, aku mau keluar,” ucap Anna suaranya serak, layaknya orang yang sudah dibuat melayang.“Sabar sayang, aku belum puas. Kamu di atas ya, sayang,” pinta pria itu.Anna pun merubah posisi, dia memberikan pelayanan terbaik sama calon Papa mertuanya.“Aaaaaah, goyanganmu ini, sangat nikmat, sayang. Lakukan lebih cepat,” ujarnya.Mereka teru

    Last Updated : 2024-12-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 97

    "Kamu pikir aku akan diam saja setelah melihat ini?" tanya Davin, suaranya rendah namun penuh amarah yang terkendali. "Kamu berani-beraninya mengkhianati Mama, di kamarnya sendiri, dengan perempuan yang seharusnya menjadi calon menantunya.""Da... Davin, dengarkan dulu. Papa bisa menjelaskan," pria itu tergagap, mencoba meraih simpati. Namun, Davin mengangkat tangannya, memberi isyarat agar dia tutup mulut."Kamu bukan Papaku! Jelaskan? Apa lagi yang perlu dijelaskan? Aku sudah melihat semuanya. Kamu bahkan tidak punya rasa malu."Tanpa peringatan, Davin kembali melepaskan satu pukulan keras ke wajah Papa tirinya. Pria itu kembali terjatuh. Anna, yang berdiri di sudut ruangan dengan wajah ketakutan, menjerit kecil namun tak berani bergerak."Davin, hentikan!" Anna memohon, tapi Davin hanya meliriknya dengan tatapan dingin."Diam kamu, pel4cur! Ini bukan urusanmu!" bentaknya. Fokusnya kembali pada Papa tirinya. "Kamu tahu, aku bisa memaafkan banyak hal, tapi mengkhianati Mama? Itu adal

    Last Updated : 2024-12-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 98

    “Maaf, Naura. Kami sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk ibumu, tapi Tuhan berkehendak lain. Ibumu, sudah pergi untuk selamanya.”“Ibuuuuuuuu, Naura mohon kembali Bu. Naura mohon jangan tinggalin Naura, Bu. Kembali Bu…”Tangis Naura pecah begitu dokter keluar dari ruang ICU dan menggeleng pelan. Hatinya seolah runtuh, tubuhnya gemetar menahan rasa kehilangan yang begitu dalam. Ibu yang selalu menjadi tempatnya bersandar kini telah pergi, meninggalkannya seorang diri di dunia yang terasa semakin kejam. “Ikhlaskan kepergian ibumu, Naura. Saya tahu ini berat, tapi Tuhan ingin melepaskan semua sakit yang diderita ibumu. Mari ikut saya keluar, biar suster mengurus jenazah, Ibumu,” ujar dokter yang sejak awal merasa kasihan pada, Naura dan Ibunya. Naura terduduk di kursi ruang tunggu rumah sakit dengan pandangan kosong. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan selain menangisi kepergian orang yang paling ia cintai.Saat itu, satu hal menyadarkannya: ia tidak memiliki apa-apa lagi. Tak a

    Last Updated : 2024-12-12
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 99

    “Aaaaaaaaah,” Anna mendesah.Tangan Tuan William terus masuk ke dalam gua sempit milik wanita cantik di sampingnya ini. Tidak hanya Tuan William yang merasakan kenikmatan ketika tangannya menari-nari di dalam sana, namun wanita ini juga sangat menikmati sentuhan panas dari pria matang di sebelahnya.Semakin lama jari-jari Tuan William, semakin bergerak cepat di bagian intim milik sang wanita. Keduanya sudah melayang menikmati setiap sentuhan yang mereka buat untuk kenikmatan satu sama lain.Bukan berarti keduanya mengabaikan masalah yang sedang terjadi, namun semuanya sudah tidak bisa diputar balik lagi. Nama keduanya sudah buruk di mata publik, dan sekarang mereka juga menginginkan hiburan untuk melepaskan diri dari amarah yang masih mengganjal di hatinya. Mereka membenci Davin yang dengan tega mempertontonkan video tersebut ke sosial media.“Enak kan, Sayang?” tanya Tuan William.“Enak banget, Om. Lakukan lagi, aku menyukainya,” jawab Anna sambil tersenyum manja.Paha kanan Anna, in

    Last Updated : 2024-12-12
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 100

    “Demi Tuhan, aku tak menyangka, Mama akan sejahat ini,” gumamnya.Davin turun dari pesawat dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Marah, kecewa, dan frustasi bercampur menjadi satu. Dia melangkah cepat, seolah ingin segera menuntaskan semua kekacauan yang sudah terjadi. Di area kedatangan, Bram sudah menunggu dengan wajah penuh ketegangan.“Kita langsung jalan, Bram. Aku nggak mau buang waktu lagi,” ujar Davin dengan nada dingin.“Baik, Pak. Mobil sudah siap di luar,” jawab Bram sambil membawa koper kecil Davin.Begitu masuk ke mobil, Davin segera bertanya, “Kamu dapat info terbaru soal Jeep itu?”“Sampai sekarang belum ada kabar jelas, Pak. Anak buah kita masih terus mencari,” jawab Bram sambil mengemudi. “Tapi saya yakin, kita akan menemukan mereka.”Davin hanya mengangguk pelan, menatap ke luar jendela. Matanya tajam, namun ada luka yang terpancar jelas. Ia masih tak habis pikir bagaimana sang mama bisa tega melakukan hal sekejam itu.“Bram, coba kamu pikir, Naura dan ibunya itu n

    Last Updated : 2024-12-13
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 101

    Davin berdiri di depan pintu apartemen Naura, tangannya gemetar saat menekan kata sandi apartemen itu. Begitu pintu terbuka, udara dingin menyambutnya, seolah menegaskan bahwa tempat itu tak berpenghuni. Ia melangkah masuk perlahan, matanya langsung menyapu ruangan.Tidak ada yang berubah. Sofa di ruang tamu masih tersusun rapi. Vas bunga di meja masih berisi bunga-bunga kering. Barang-barang Naura dan ibunya masih ada di tempatnya, utuh. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, tapi juga tidak ada tanda-tanda pengosongan. Davin berhenti di tengah ruangan, memejamkan mata. Dadanya terasa sesak, pikirannya berputar liar.“Sayaaang…. Kamu benar-benar pergi tanpa membawa apa-apa,” gumamnya lirih.Tangannya gemetar saat meraih salah satu bantal di sofa, mendekapnya erat. Hidungnya mencium aroma samar yang masih tertinggal, aroma parfum Naura. Tanpa sadar, air matanya mengalir. Hatinya hancur membayangkan perempuan itu pergi hanya dengan pakaian di badan, entah ke mana, entah dalam keadaan sepe

    Last Updated : 2024-12-13
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 102

    Setelah satu jam menjalani perawatan di rumah sakit, kelopak mata Davin mulai terbuka perlahan. Wajahnya pucat, dan sudut matanya masih basah oleh air mata yang belum sempat kering. Di samping tempat tidurnya, Bram tetap setia duduk, mengawasi dengan cemas setiap perubahan ekspresi Davin."Syukurlah, Pak Davin sudah sadar," ucap Bram dengan nada lega, meski hatinya masih berat melihat kondisi atasannya yang begitu rapuh. "Sepertinya Bapak sangat kelelahan."Davin hanya diam, memandang langit-langit ruangan dengan tatapan kosong. Namun air matanya terus mengalir, membasahi bantal di bawah kepalanya. Bram menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan."Biarlah Naura menjadi urusan saya untuk sementara waktu, Pak. Saya janji, Pak Davin, saya akan membawa Naura kembali," sambung Bram dengan penuh keyakinan, mencoba menyuntikkan semangat kepada Davin, meskipun dirinya sendiri dilanda kekhawatiran.Sebagai tangan kanan Davin selama puluhan tahun, Bram mengenal Davin

    Last Updated : 2024-12-14
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 103

    "Bisa-bisanya aku tidak mengetahui hartaku dikuras seperti ini!" ucap Laura penuh emosi. Selain dikhianati oleh pria yang dia cintai, Laura juga merasa sudah tertipu habis-habisan. Sebagian harta peninggalan mendiang suami pertamanya telah dikuras habis oleh lelaki yang selama beberapa tahun belakangan ini sangat dia cintai."Saya juga tidak pernah menyangka beliau akan sekejam ini, karena selama ini beliau terlihat begitu mencintai Anda, Nyonya," ujar tangan kanan Laura dengan nada menenangkan."Hubungi dia sekarang! Aku ingin bicara dengannya. Aku ingin semua urusannya segera selesai!" perintah Nyonya Laura tegas."Baik, Nyonya," jawab tangan kanannya, lalu beberapa kali mencoba menghubungi Tuan William. Namun, tak sekalipun panggilan itu dijawab oleh pria tersebut."Maaf, Nyonya. Tidak diangkat oleh beliau," ujarnya dengan ragu."Brengsek! Dia mau main-main denganku rupanya! Tunggu saja pembalasanku! Kalian berdua akan merasakan sakit lebih dari yang aku rasakan!" ucap Laura penuh

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 191

    Menyadari laki-laki muda itu sangat gugup, Laura pun menjauhkan tangannya dari paha pria itu."Apa kamu tidak pernah berhubungan dengan perempuan? Masa sih orang seusiamu mendengar kata-kata saya ini terlihat sangat gugup?" tanya Laura.Andi benar-benar kehilangan konsentrasinya. Dia harus fokus berkendara, namun pikirannya terganggu oleh pertanyaan ambigu yang dilayangkan oleh Laura.Usianya saat ini baru 25 tahun, namun postur tubuhnya yang sangat tinggi dan besar membuat wajah tampannya terlihat lebih tua dari usianya."Kamu yakin belum pernah melakukannya dengan kekasihmu atau perempuan lain?" tanya Laura lagi ketika pria itu benar-benar semakin salah tingkah."Demi Tuhan, Nyonya. Saya tidak pernah melakukan itu dengan siapapun. Saya benar-benar hanya fokus pada penyembuhan ibu saya. Hanya beliau satu-satunya orang yang saya miliki di dunia ini," jawab Andi, semakin membuat Laura tersenyum bahagia."Kalau begitu, aku akan memanjakanmu dengan uang yang aku miliki. Aku akan membelik

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 190

    "Naura sayang," panggil sang Mama mertua."Ya, Ma," jawab Naura, lalu membuka pintu kamarnya untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh sang Mama mertua.Si kembar ikut keluar dan menyembulkan kepala mereka di balik pintu untuk melihat sang nenek. Saat ini, Naura dan si kembar baru saja selesai mandi setelah panen buah di kebun.Bahkan Raka dan Rania tubuhnya masih terlilit handuk, dan rambutnya masih setengah basah."Mama mau pergi sebentar ya, sayang," pamit sang Mama mertua pada Naura. Ia juga mengusap rambut kedua cucunya."Kenapa nenek tidak di lumah saja? Padahal kami mau pamel kado ulang tahun, loh. Nenek jangan pergi ya," bujuk Raka."Iya, nih! Nenek halus temenin kami buka kado!" Rania ikut merengek."Kalau kalian mau ditemani nenek, berarti Mommy yang akan pergi ke kantor. Gimana?" Naura memberi tawaran sambil menaik-turunkan alisnya ketika kedua anak kembarnya menatap ke arah Naura."Oh, tidak bisa, Nyonya!" jawab keduanya kompak, lalu memeluk sang Mommy."Ya udah

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 189

    Esok harinya, semua sudah berkumpul di meja makan. Naura mengenakan pakaian rumahan, namun sudah wangi dan cantik. Cuti hari ini diberikan langsung oleh sang CEO, dan akan dimanfaatkan dengan baik menemani kedua buah hatinya seharian penuh di rumah.Rania dan Raka melirik menu di atas meja. Ada daging dan salad sayur, serta susu untuk keduanya. Segera mereka mengambil posisi di samping kanan dan kiri sang Daddy.Bram masuk ke rumah itu, dan melayangkan protes saat tempat duduk yang biasa ia tempati diambil oleh Raka.“Minggir,” kata Bram mengusir Raka.Segera Raka berpegangan pada lengan sang Daddy, dan kakinya melilit pada tiang meja.“Iiiih, apaan nih. Dasal tamu tak diundang, tak punya sopan, ya numpang makan di lumah olang,” omelnya.Davin hanya terkekeh, sambil mengecup wajah jagoannya, yang makin hari makin bawel.“Iiih, apaan nih. Dad, tolongin apa anaknya,” kata Raka lagi, saat Bram kembali berniat mengangkat tubuhnya.Laura bergabung dan menjewer Bram hingga membuat Rania dan

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 188

    Rania dan Raka menajamkan telinganya, mereka seolah tahu yang datang itu kedua orang tuanya. Dan mereka sangat bahagia kalau sang mommy pulang sebelum makan malam.“Ayo tulun, mommy datang,” ucap Rania.Keduanya berjalan cepat menuruni anak tangga agar bisa membukakan pintu sang mommy. Keduanya bahkan mengabaikan panggilan sang nenek yang terus memanggilnya. Laura dan Dinda menyusul ke lantai bawah.“Mommyyyyyyy, yeeeeeee Mommy aku udah pulang.” Rani dan Rak masuk dalam dekapan sang mommy. Mencium wajah wanita yang melahirkannya bertubi-tubi. Naura sampai terkekeh melihat kelakuan anak kembarnya, sementara Davin yang berdiri di sampingnya malah dicuekin.“Aku curiga, kalau mereka ini hanya anaknya Naura. Kamu hanya mengakui secara catatan saja,” ejek Bram.Davin hanya tertawa sambil menggeleng.“Penculiiii, kau culi mommy kami sampai sole balu pulang,” ucap Rania, lalu terkekeh saat sang Daddy membuat tubuhnya melayang. “Aka mau, Dad,” ujar jagoannya.Davin merengkuh kedua anaknya, l

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 187

    "Kalian doakan saja agar Uncle dan Aunty cepat berjodoh," ucap Laura.Segera, Raka, Rania, dan Dinda menoleh ke sumber suara. Raka dan Rania langsung berlari ke ambang pintu untuk memeluk sang nenek."Neneeeeeek! Kami kangen sama Nenek," ucap kedua anak yang baru saja merayakan ulang tahun kemarin. Mereka memeluk sang nenek dengan penuh antusias.Bahkan mereka belum sempat membuka kado-kado ulang tahun. Niatnya, habis makan malam kado-kado itu akan dibuka bersama, tetapi kedua orang tua mereka sudah lebih dulu menelepon, mengatakan bahwa mereka akan pulang terlambat.Dinda tersenyum melihat Raka dan Rania begitu menyayangi sang nenek.Mereka pun akhirnya berbincang tentang banyak hal. Laura mencoba mendekatkan diri pada Dinda. Kini, ia tidak peduli lagi pada latar belakang keluarga Dinda. Laura telah meninggalkan sifat egonya yang dulu, karena yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya bersama wanita yang mereka cintai.Di tempat berbeda, Davin dan Naura telah t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 186

    Saat mobil yang ditumpangi Dinda mulai memasuki gerbang kota Suncity, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Bram tertera jelas di layar. Dinda cepat-cepat mengangkat panggilan itu, memastikan suaranya terdengar netral agar sopir yang duduk di depannya tidak curiga.“Halo, Pak Bram,” sapanya ramah namun hati-hati. Ia tidak mau hubungan spesialnya dengan Bram terungkap, apalagi di depan sopir pribadi majikannya. Hubungan mereka adalah rahasia yang harus Dinda jaga rapat-rapat.“Halo, Baby,” suara Bram terdengar lembut di seberang telepon, namun tetap penuh perhatian. “Boleh minta tolong?” tanyanya, nadanya terdengar agak cemas.“Tentu saja, Pak. Apa yang bisa saya bantu?” Dinda berusaha menjaga formalitas dalam jawabannya.“Kamu sudah sampai di mana sekarang?” tanya Bram, suaranya terdengar khawatir.“Sebentar lagi, Pak. Kami sudah masuk kota,” jawab Dinda sambil melirik pemandangan jalan yang mulai ramai di luar jendela.“Kalau begitu, tolong jangan langsung pulang, ya. Mampir dulu ke r

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 185

    Semwntara itu, sinrumah Bram, berbaring di atas ranjang yang luas, saling memandang dalam diam. Dinda memeluk Bram, pria itu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, memandangi wanita yang terbaring di sisinya dengan sorot penuh kasih. Setwlah pulang dat hotel, mereka tak ikut ke rumah utama, katena besok Raka dan Rania batu akan membuka kado. Hari ini Mommy dan Daddynya tak mengizinkan negadang.Sesekali Bram mengusap lembut rambut Dinda, seolah ingin menenangkan kekhawatirannya. “Baby,” Bram membuka suara, memecah keheningan. “Aku nggak bisa terus begini. Aku nggak tahan lihat kamu terus-terusan diancam oleh Dimas. Dia nggak punya hak buat mengatur hidup kamu seperti ini.” Barusan Dinda kembali mencurahkan isi hatinya pada Bram.Dinda hanya mendesah pelan, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bram. "Aku tahu, Baby... Tapi aku juga bingung harus gimana. Selama ini aku cuma menuruti dia supaya semuanya nggak makin rumit."Bram menatap wajah Dinda dengan serius. Ia tidak suka melihat

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 184

    “Apa di antara kalian ada yang masih perawan?” tanya Aldo. Matanya merem melek, menikmati sentuhan bibir wanita muda, di bagian intimnya.“Saya Tuan,” jawab wanita itu. Dia menghentikan kegiatannya mengulum bagian intim Aldo.Aldo memicingkan mata, tak percaya. Wanita ini seperti sedang berbohong.“Kau yakin?” tanya Aldo.“Yakin, Tuan. Anda bisa mengambil keperawanan saya, tapi anda harus memberi saya bonus lebih,” ucapnya. Wanita itu baru saja jatuh miskin setelah perusahaan orang tuanya bangkrut, bahkan dia ditinggalkan kekasihnya karena miskin. Wanita itu sudah terbiasa memuaskan kekasihnya dengan oral seks.“Lalu kalau kamu berbohong?” tanya Aldo.“Anda boleh tak membayar saya malam ini,” jawabnya.Aldo menatap wanita di depannya ini, teringat dengan Naura. Wanita itu pernah pinjam uang satu miliar dan rela memberikan keperawanannya pada Aldo. Sayangnya Aldo tak bisa memberi uang sebanyak itu. Dan Aldo yakin Naura akhirnya memberikan untuk Davin. Mengingat itu, dia jadi semakin me

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 183

    Aldo duduk santai di sofa mewah dengan rokok di tangannya. Matanya terpaku pada tiga penari yang sedang menari sensual di hadapannya, menggunakan jam besar sebagai alat utama tari mereka. Musik berdentum, menggema di seluruh ruangan, seolah mengiringi langkah-langkah tarian mereka. Asap rokok mengepul di udara, memenuhi ruangan dengan aroma yang khas.Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka. Seorang pria berpakaian rapi masuk dengan langkah penuh percaya diri. Pria itu adalah Edward, orang kepercayaan Aldo yang bertugas mengumpulkan informasi tentang target-targetnya. Edward memberi kode kecil dengan tatapan matanya, meminta Aldo mengizinkannya masuk lebih jauh. Aldo melirik sekilas dan memberikan anggukan ringan.“Masuk, Edward,” ujar Aldo dengan nada santai.Edward melangkah ke dalam, mengabaikan suasana gemerlap di ruangan itu. Ia langsung mengeluarkan sebuah map dari tasnya dan menyerahkannya kepada Aldo."Ini, Bos," ucapnya sambil menaruh map itu di meja kaca. "Semua data sudah le

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status