Share

Bab 102

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2024-12-14 13:00:21

Setelah satu jam menjalani perawatan di rumah sakit, kelopak mata Davin mulai terbuka perlahan. Wajahnya pucat, dan sudut matanya masih basah oleh air mata yang belum sempat kering.

Di samping tempat tidurnya, Bram tetap setia duduk, mengawasi dengan cemas setiap perubahan ekspresi Davin.

"Syukurlah, Pak Davin sudah sadar," ucap Bram dengan nada lega, meski hatinya masih berat melihat kondisi atasannya yang begitu rapuh. "Sepertinya Bapak sangat kelelahan."

Davin hanya diam, memandang langit-langit ruangan dengan tatapan kosong. Namun air matanya terus mengalir, membasahi bantal di bawah kepalanya. Bram menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan.

"Biarlah Naura menjadi urusan saya untuk sementara waktu, Pak. Saya janji, Pak Davin, saya akan membawa Naura kembali," sambung Bram dengan penuh keyakinan, mencoba menyuntikkan semangat kepada Davin, meskipun dirinya sendiri dilanda kekhawatiran.

Sebagai tangan kanan Davin selama puluhan tahun, Bram mengenal Davin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 103

    "Bisa-bisanya aku tidak mengetahui hartaku dikuras seperti ini!" ucap Laura penuh emosi. Selain dikhianati oleh pria yang dia cintai, Laura juga merasa sudah tertipu habis-habisan. Sebagian harta peninggalan mendiang suami pertamanya telah dikuras habis oleh lelaki yang selama beberapa tahun belakangan ini sangat dia cintai."Saya juga tidak pernah menyangka beliau akan sekejam ini, karena selama ini beliau terlihat begitu mencintai Anda, Nyonya," ujar tangan kanan Laura dengan nada menenangkan."Hubungi dia sekarang! Aku ingin bicara dengannya. Aku ingin semua urusannya segera selesai!" perintah Nyonya Laura tegas."Baik, Nyonya," jawab tangan kanannya, lalu beberapa kali mencoba menghubungi Tuan William. Namun, tak sekalipun panggilan itu dijawab oleh pria tersebut."Maaf, Nyonya. Tidak diangkat oleh beliau," ujarnya dengan ragu."Brengsek! Dia mau main-main denganku rupanya! Tunggu saja pembalasanku! Kalian berdua akan merasakan sakit lebih dari yang aku rasakan!" ucap Laura penuh

    Last Updated : 2024-12-14
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 104

    Anna berdiri di depan cermin besar di kamar mewah tempatnya menginap, memastikan setiap detail penampilannya sempurna. Gaun malam berwarna merah dengan potongan leher rendah membingkai tubuh rampingnya, menonjolkan kulit putih bersihnya yang tampak bercahaya di bawah lampu. Gaun itu pas di tubuhnya, membalut lekukannya dengan elegan, sementara belahan di sisi kiri memperlihatkan kaki jenjangnya setiap kali ia melangkah. Rambut panjangnya dibiarkan terurai dengan gelombang alami, membingkai wajah cantiknya yang telah dihias riasan natural namun memikat. Bibir merahnya, serasi dengan warna gaun, menjadi titik perhatian yang sulit diabaikan.Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Tuan William sudah berada di restoran bersama klien bisnisnya. Dengan napas panjang, Anna mengambil tas kecil berwarna perak yang senada dengan high heelsnya, lalu keluar dari kamar hotel.Dia melangkah menyusuri jembatan kayu yang kokoh. Tak jauh dari kamar itu, restoran itu sudah terlihat. Kata William kli

    Last Updated : 2024-12-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 105

    Anna mengurai ciumannya, dan dia mengelus dada saat William menunduk memeriksa dokumennya. Pria itu tak menyadari yang terjadi antara Anna dan Thomas.Thomas menerima dokumen itu, “malam ini, kamu ikut dulu dengan anak buahku ya. Ada pengiriman dalam jumlah besar. Besok pagi sudah kembali ke sini, kok. Setelah makan malam, kamu langsung berangkat!” serunya memberi perintah.Anna memberi anggukan pada Tuan William.“Ok, Thomas,” jawabnya.Mereka pun melanjutkan makan malamnya. Tepat pukul 21.00 Anna sudah berada di sebuah penginapan mewah. Anna dibawa ke sebuah kamar mewah, namun bukan kamar utama.Anna terkejut, karena di sana sudah ada dua wanita lain yang berpenampilan seksi.“Ke–kenapa ada orang, Tuan?” tanyanya.Thomas dibantu pada wanita itu untuk membuka jas kerjanya, “karena malam ini, kalian bertiga harus memuaskanku bersamaan.”Mata Anna nyaris meloncat dari cangkangnya, setelah mendengar ucapan Thomas.“Beliau sudah terbiasa dilayani lima orang sekaligus. Cepat buka bajumu,

    Last Updated : 2024-12-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 106

    Bram menatap Davin dengan cemas. Pria itu baru saja membuka selimutnya dan melepas infus dengan gerakan tergesa, meskipun wajahnya pucat pasi dan tubuhnya terlihat lemah."Pak Davin, Anda mau ke mana?" tanya Bram, mencoba menghentikannya. Bram sangat mengkhawatirkan kondisi Davin, karena dia sudah mengetahui betapa lemahnya kondisi sang atasan.Davin berhenti sejenak, menatap Bram dengan mata yang sayu tapi penuh tekad. "Tolong antarkan aku ke makam ibunya Naura," ujarnya dengan suara lirih nyaris berbisik."Tapi, Pak, kondisi Anda masih lemah," Bram mencoba membujuk. "Sebaiknya Anda istirahat dulu. Lagi pula, semuanya sudah terjadi. Saya janji, begitu kondisi Anda pulih, saya akan mengantarkan Anda ke makam ibunya Naura. Saya bersumpah, Pak."Namun, Davin menggelengkan kepalanya dengan cepat, raut wajahnya berubah penuh emosi. "Aku bilang sekarang! Ya, sekarang!" bentaknya dengan suara serak, membuat Bram terpaku sejenak.Bram menghela napas panjang, menyadari bahwa tidak ada cara un

    Last Updated : 2024-12-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 107

    Bram melangkah keluar dari ruangan Davin dengan wajah tegang. Ia tahu betul tekad sang atasan, dan kali ini tak ada yang bisa menahan Davin untuk pergi.Kota New Capitol, yang menjadi tujuan Davin, memang memiliki hubungan khusus dengan Naura. Kota itu adalah kota impian Naura, tempat yang sering ia bicarakan dengan penuh antusias. Selain itu, letaknya cukup dekat dengan Suncity, negara mereka bertetangga. Logikanya sederhana: jika Naura memang melarikan diri atau mencari perlindungan, kemungkinan besar ia memilih New Capitol sebagai tempat pelarian.Bram segera mengumpulkan delapan orang pilihan yang merupakan tim pengawal pribadi Davin. Mereka adalah orang-orang terbaik, terlatih dalam bela diri, ahli menembak, dan memiliki insting tajam dalam menghadapi situasi darurat. Di ruang khusus di kantor Davin, Bram berdiri di hadapan mereka dengan sikap tegas."Pak Davin akan berangkat ke New Capitol malam ini. Kalian semua akan mendampingi beliau. Pastikan kalian dalam kondisi fit. Senja

    Last Updated : 2024-12-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 108

    “A–aku harus main sama mereka?” tanya Anna.Wanita itu menatap sang mafia mencoba mencari kebohongan atas ucapan pria itu dari binar matanya, namun tak Anna temukan. Thomas sedang sangat serius dengan ucapannya.Tiga pria itu salah satunya mulai menarik Anna masuk dalam pelukannya, namun dia masih meminta jawaban dari sang mafia. Dia tak mau gegabah dalam hal ini, takut kalau dia hanya sedang dijebak oleh Thomas.“Iya.”Di mata Thomas wanita hebat itu adalah wanita yang kuat bermain di atas ranjang atau di mana pun dia menginginkannya. Ada hiburan tersendiri bagi Thomas bila melihat wanita yang ia sukai bersetubuh dengan lebih dari dua pria sekaligus. Akan ada kebanggaan tersendiri di matanya bila wanita itu berhasil membuat ketiga pria tersebut terpuaskan.“Kamu, yakin?” tanya Anna, seakan tak percaya dengan ucapan sang mafia.“Sangat yakin, Anna. Semua istriku juga sering melakukan ini. Aku suka melihat wanita liar, apalagi kalau dia sampai berhasil main dengan tiga orang sekaligus.

    Last Updated : 2024-12-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 109

    Mata Anna membulat penuh ketika melihat pria muda berkulit putih itu mendekati Thomas yang tengah duduk santai di sofa. Di tangan pria muda itu terdapat baby oil. Benak anda kembali menerka-nerka tentang apa yang akan dilakukan Thomas.Dan benar saja dugaannya ternyata pria itu melayani hasrat Thomas. Anna jadi berpikir berarti Thomas bisa bermain dengan wanita dan laki-laki sekaligus, dengan kata lain pria itu memiliki gangguan seksual, pikir Anna di dalam hati.Tubuh Anna seketika merinding saat mendengar jeritan pria muda tersebut yang terlihat kesakitan namun di sisi lain Thomas justru sangat menikmati permainan itu.“Ya Tuhan, aku tak menyangka Thomas seperti ini. Dia sangat bernafsu, tapi kasihan pria itu,” Anna membatin.“Kamu harus membiasakan diri dengan kegiatan ini, Anna. Karena hanya di tangan Thomas semua rencana balas dendammu akan dieksekusi,” batinnya memberi peringatan.*Penangkapan Tuan William terjadi di salah satu resor mewah di Kota New Capitol, tempatnya berlibu

    Last Updated : 2024-12-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pertemuan Mengharukan

    Laura duduk di kursi ruang interogasi, tubuhnya gemetar bukan karena lelah, tetapi penuh dengan amarah yang membara. Matanya menatap tajam ke arah William, pria yang dulu ia percayai dengan seluruh hatinya, tetapi kini hanya menyisakan kehancuran. Tangan William terborgol di depan, namun senyum mengejek tetap terukir di wajahnya. Ia sama sekali tidak menunjukkan penyesalan, justru semakin menyulut kemarahan Laura."Seluruh hidupku, semua yang aku punya, sudah aku berikan padamu, William! Tapi apa balasan yang kudapat? Kau rampas semuanya! Tidak hanya harta, tetapi juga kehormatanku. Kau cabik-cabik hatiku seolah itu tidak berharga!"William mendengus kecil, mengangkat bahu dengan sikap meremehkan. "Harusnya kau sadar, Laura. Kau itu egois. Kau ingin semuanya berjalan sesuai kehendakmu. Kalau hidupmu hancur, itu salahmu sendiri."Laura menggertakkan giginya, menahan diri agar tidak meledak saat itu juga."Aku? Egois? Harusnya kau suruh perempuan brengsek itu bercermin! Dia seharusnya

    Last Updated : 2024-12-18

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    “Jangan gugup,” kata Laura.Andi jantungnya berdebar kian kencang. Sementara Laura semakin bahagia. Melihat daun muda tentu membuatnya jauh lebih semangat.“Ta–tapi Nyonya, benar kan akan membiayai operasi ibu, saya?” tanya Andi.“Tentu saja benar. Puaskan dulu aku, biar kamu dapat bayaran. Ingan selama kamu berhubungan denganku, jangan sesekali bercinta dengan wanita lain, termasuk kekasihmu. Paham!”“Pa–paham Nyonya,” jawab Andi. “Ya ampun, gini amat nyari uang, aku harus main dengan nenek-nenek. Bahkan aku harus menyerahkan perjakaku padanya. Ibu harus segera pulih, demi Ibu, apapun akan Andi lakukan, Bu,” Andi membatin.Laura menarik tangan sang sopir, mengajaknya menuju kolam air panas. Mereka berdua turun ke dalam. “Kau tak ingin menghisap dadaku hmmmm?” tanya Laura saat keduanya sudah masuk dalam kolam. “Sa–saya-” Andi semakin gugup.“Puaskan aku. Hanya itu yang perlu kamu lakukan. Kalau kau tak mau biar aku pesan cowok lain dari Vila ini!” ancam Laura. “Nanti juga terbiasa,

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 191

    Menyadari laki-laki muda itu sangat gugup, Laura pun menjauhkan tangannya dari paha pria itu."Apa kamu tidak pernah berhubungan dengan perempuan? Masa sih orang seusiamu mendengar kata-kata saya ini terlihat sangat gugup?" tanya Laura.Andi benar-benar kehilangan konsentrasinya. Dia harus fokus berkendara, namun pikirannya terganggu oleh pertanyaan ambigu yang dilayangkan oleh Laura.Usianya saat ini baru 25 tahun, namun postur tubuhnya yang sangat tinggi dan besar membuat wajah tampannya terlihat lebih tua dari usianya."Kamu yakin belum pernah melakukannya dengan kekasihmu atau perempuan lain?" tanya Laura lagi ketika pria itu benar-benar semakin salah tingkah."Demi Tuhan, Nyonya. Saya tidak pernah melakukan itu dengan siapapun. Saya benar-benar hanya fokus pada penyembuhan ibu saya. Hanya beliau satu-satunya orang yang saya miliki di dunia ini," jawab Andi, semakin membuat Laura tersenyum bahagia."Kalau begitu, aku akan memanjakanmu dengan uang yang aku miliki. Aku akan membelik

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 190

    "Naura sayang," panggil sang Mama mertua."Ya, Ma," jawab Naura, lalu membuka pintu kamarnya untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh sang Mama mertua.Si kembar ikut keluar dan menyembulkan kepala mereka di balik pintu untuk melihat sang nenek. Saat ini, Naura dan si kembar baru saja selesai mandi setelah panen buah di kebun.Bahkan Raka dan Rania tubuhnya masih terlilit handuk, dan rambutnya masih setengah basah."Mama mau pergi sebentar ya, sayang," pamit sang Mama mertua pada Naura. Ia juga mengusap rambut kedua cucunya."Kenapa nenek tidak di lumah saja? Padahal kami mau pamel kado ulang tahun, loh. Nenek jangan pergi ya," bujuk Raka."Iya, nih! Nenek halus temenin kami buka kado!" Rania ikut merengek."Kalau kalian mau ditemani nenek, berarti Mommy yang akan pergi ke kantor. Gimana?" Naura memberi tawaran sambil menaik-turunkan alisnya ketika kedua anak kembarnya menatap ke arah Naura."Oh, tidak bisa, Nyonya!" jawab keduanya kompak, lalu memeluk sang Mommy."Ya udah

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 189

    Esok harinya, semua sudah berkumpul di meja makan. Naura mengenakan pakaian rumahan, namun sudah wangi dan cantik. Cuti hari ini diberikan langsung oleh sang CEO, dan akan dimanfaatkan dengan baik menemani kedua buah hatinya seharian penuh di rumah.Rania dan Raka melirik menu di atas meja. Ada daging dan salad sayur, serta susu untuk keduanya. Segera mereka mengambil posisi di samping kanan dan kiri sang Daddy.Bram masuk ke rumah itu, dan melayangkan protes saat tempat duduk yang biasa ia tempati diambil oleh Raka.“Minggir,” kata Bram mengusir Raka.Segera Raka berpegangan pada lengan sang Daddy, dan kakinya melilit pada tiang meja.“Iiiih, apaan nih. Dasal tamu tak diundang, tak punya sopan, ya numpang makan di lumah olang,” omelnya.Davin hanya terkekeh, sambil mengecup wajah jagoannya, yang makin hari makin bawel.“Iiih, apaan nih. Dad, tolongin apa anaknya,” kata Raka lagi, saat Bram kembali berniat mengangkat tubuhnya.Laura bergabung dan menjewer Bram hingga membuat Rania dan

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 188

    Rania dan Raka menajamkan telinganya, mereka seolah tahu yang datang itu kedua orang tuanya. Dan mereka sangat bahagia kalau sang mommy pulang sebelum makan malam.“Ayo tulun, mommy datang,” ucap Rania.Keduanya berjalan cepat menuruni anak tangga agar bisa membukakan pintu sang mommy. Keduanya bahkan mengabaikan panggilan sang nenek yang terus memanggilnya. Laura dan Dinda menyusul ke lantai bawah.“Mommyyyyyyy, yeeeeeee Mommy aku udah pulang.” Rani dan Rak masuk dalam dekapan sang mommy. Mencium wajah wanita yang melahirkannya bertubi-tubi. Naura sampai terkekeh melihat kelakuan anak kembarnya, sementara Davin yang berdiri di sampingnya malah dicuekin.“Aku curiga, kalau mereka ini hanya anaknya Naura. Kamu hanya mengakui secara catatan saja,” ejek Bram.Davin hanya tertawa sambil menggeleng.“Penculiiii, kau culi mommy kami sampai sole balu pulang,” ucap Rania, lalu terkekeh saat sang Daddy membuat tubuhnya melayang. “Aka mau, Dad,” ujar jagoannya.Davin merengkuh kedua anaknya, l

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 187

    "Kalian doakan saja agar Uncle dan Aunty cepat berjodoh," ucap Laura.Segera, Raka, Rania, dan Dinda menoleh ke sumber suara. Raka dan Rania langsung berlari ke ambang pintu untuk memeluk sang nenek."Neneeeeeek! Kami kangen sama Nenek," ucap kedua anak yang baru saja merayakan ulang tahun kemarin. Mereka memeluk sang nenek dengan penuh antusias.Bahkan mereka belum sempat membuka kado-kado ulang tahun. Niatnya, habis makan malam kado-kado itu akan dibuka bersama, tetapi kedua orang tua mereka sudah lebih dulu menelepon, mengatakan bahwa mereka akan pulang terlambat.Dinda tersenyum melihat Raka dan Rania begitu menyayangi sang nenek.Mereka pun akhirnya berbincang tentang banyak hal. Laura mencoba mendekatkan diri pada Dinda. Kini, ia tidak peduli lagi pada latar belakang keluarga Dinda. Laura telah meninggalkan sifat egonya yang dulu, karena yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya bersama wanita yang mereka cintai.Di tempat berbeda, Davin dan Naura telah t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 186

    Saat mobil yang ditumpangi Dinda mulai memasuki gerbang kota Suncity, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Bram tertera jelas di layar. Dinda cepat-cepat mengangkat panggilan itu, memastikan suaranya terdengar netral agar sopir yang duduk di depannya tidak curiga.“Halo, Pak Bram,” sapanya ramah namun hati-hati. Ia tidak mau hubungan spesialnya dengan Bram terungkap, apalagi di depan sopir pribadi majikannya. Hubungan mereka adalah rahasia yang harus Dinda jaga rapat-rapat.“Halo, Baby,” suara Bram terdengar lembut di seberang telepon, namun tetap penuh perhatian. “Boleh minta tolong?” tanyanya, nadanya terdengar agak cemas.“Tentu saja, Pak. Apa yang bisa saya bantu?” Dinda berusaha menjaga formalitas dalam jawabannya.“Kamu sudah sampai di mana sekarang?” tanya Bram, suaranya terdengar khawatir.“Sebentar lagi, Pak. Kami sudah masuk kota,” jawab Dinda sambil melirik pemandangan jalan yang mulai ramai di luar jendela.“Kalau begitu, tolong jangan langsung pulang, ya. Mampir dulu ke r

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 185

    Semwntara itu, sinrumah Bram, berbaring di atas ranjang yang luas, saling memandang dalam diam. Dinda memeluk Bram, pria itu menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, memandangi wanita yang terbaring di sisinya dengan sorot penuh kasih. Setwlah pulang dat hotel, mereka tak ikut ke rumah utama, katena besok Raka dan Rania batu akan membuka kado. Hari ini Mommy dan Daddynya tak mengizinkan negadang.Sesekali Bram mengusap lembut rambut Dinda, seolah ingin menenangkan kekhawatirannya. “Baby,” Bram membuka suara, memecah keheningan. “Aku nggak bisa terus begini. Aku nggak tahan lihat kamu terus-terusan diancam oleh Dimas. Dia nggak punya hak buat mengatur hidup kamu seperti ini.” Barusan Dinda kembali mencurahkan isi hatinya pada Bram.Dinda hanya mendesah pelan, mengeratkan pelukannya pada tubuh Bram. "Aku tahu, Baby... Tapi aku juga bingung harus gimana. Selama ini aku cuma menuruti dia supaya semuanya nggak makin rumit."Bram menatap wajah Dinda dengan serius. Ia tidak suka melihat

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 184

    “Apa di antara kalian ada yang masih perawan?” tanya Aldo. Matanya merem melek, menikmati sentuhan bibir wanita muda, di bagian intimnya.“Saya Tuan,” jawab wanita itu. Dia menghentikan kegiatannya mengulum bagian intim Aldo.Aldo memicingkan mata, tak percaya. Wanita ini seperti sedang berbohong.“Kau yakin?” tanya Aldo.“Yakin, Tuan. Anda bisa mengambil keperawanan saya, tapi anda harus memberi saya bonus lebih,” ucapnya. Wanita itu baru saja jatuh miskin setelah perusahaan orang tuanya bangkrut, bahkan dia ditinggalkan kekasihnya karena miskin. Wanita itu sudah terbiasa memuaskan kekasihnya dengan oral seks.“Lalu kalau kamu berbohong?” tanya Aldo.“Anda boleh tak membayar saya malam ini,” jawabnya.Aldo menatap wanita di depannya ini, teringat dengan Naura. Wanita itu pernah pinjam uang satu miliar dan rela memberikan keperawanannya pada Aldo. Sayangnya Aldo tak bisa memberi uang sebanyak itu. Dan Aldo yakin Naura akhirnya memberikan untuk Davin. Mengingat itu, dia jadi semakin me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status