Share

Bab 101

Author: Atieckha
last update Huling Na-update: 2024-12-13 13:00:20

Davin berdiri di depan pintu apartemen Naura, tangannya gemetar saat menekan kata sandi apartemen itu.

Begitu pintu terbuka, udara dingin menyambutnya, seolah menegaskan bahwa tempat itu tak berpenghuni. Ia melangkah masuk perlahan, matanya langsung menyapu ruangan.

Tidak ada yang berubah. Sofa di ruang tamu masih tersusun rapi. Vas bunga di meja masih berisi bunga-bunga kering. Barang-barang Naura dan ibunya masih ada di tempatnya, utuh.

Tidak ada tanda-tanda kehidupan, tapi juga tidak ada tanda-tanda pengosongan. Davin berhenti di tengah ruangan, memejamkan mata. Dadanya terasa sesak, pikirannya berputar liar.

“Sayaaang…. Kamu benar-benar pergi tanpa membawa apa-apa,” gumamnya lirih.

Tangannya gemetar saat meraih salah satu bantal di sofa, mendekapnya erat. Hidungnya mencium aroma samar yang masih tertinggal, aroma parfum Naura.

Tanpa sadar, air matanya mengalir. Hatinya hancur membayangkan perempuan itu pergi hanya dengan pakaian di badan, entah ke mana, entah dalam keadaan sepe
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sri Kamiaty
sedih dri Naura n ibunya di usir sampai ibuny meninggal sekarang ditambah lgi Davin yg terpukul semoga cepet ketemu kasian Naura
goodnovel comment avatar
iinfadilah415
lemahhhhhh,,, daei awal si davin kurang peka & waspada jg teledorrrr
goodnovel comment avatar
mom key
knp updet y lama bgt min... ayo lah cpt
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 102

    Setelah satu jam menjalani perawatan di rumah sakit, kelopak mata Davin mulai terbuka perlahan. Wajahnya pucat, dan sudut matanya masih basah oleh air mata yang belum sempat kering. Di samping tempat tidurnya, Bram tetap setia duduk, mengawasi dengan cemas setiap perubahan ekspresi Davin."Syukurlah, Pak Davin sudah sadar," ucap Bram dengan nada lega, meski hatinya masih berat melihat kondisi atasannya yang begitu rapuh. "Sepertinya Bapak sangat kelelahan."Davin hanya diam, memandang langit-langit ruangan dengan tatapan kosong. Namun air matanya terus mengalir, membasahi bantal di bawah kepalanya. Bram menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan."Biarlah Naura menjadi urusan saya untuk sementara waktu, Pak. Saya janji, Pak Davin, saya akan membawa Naura kembali," sambung Bram dengan penuh keyakinan, mencoba menyuntikkan semangat kepada Davin, meskipun dirinya sendiri dilanda kekhawatiran.Sebagai tangan kanan Davin selama puluhan tahun, Bram mengenal Davin

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 103

    "Bisa-bisanya aku tidak mengetahui hartaku dikuras seperti ini!" ucap Laura penuh emosi. Selain dikhianati oleh pria yang dia cintai, Laura juga merasa sudah tertipu habis-habisan. Sebagian harta peninggalan mendiang suami pertamanya telah dikuras habis oleh lelaki yang selama beberapa tahun belakangan ini sangat dia cintai."Saya juga tidak pernah menyangka beliau akan sekejam ini, karena selama ini beliau terlihat begitu mencintai Anda, Nyonya," ujar tangan kanan Laura dengan nada menenangkan."Hubungi dia sekarang! Aku ingin bicara dengannya. Aku ingin semua urusannya segera selesai!" perintah Nyonya Laura tegas."Baik, Nyonya," jawab tangan kanannya, lalu beberapa kali mencoba menghubungi Tuan William. Namun, tak sekalipun panggilan itu dijawab oleh pria tersebut."Maaf, Nyonya. Tidak diangkat oleh beliau," ujarnya dengan ragu."Brengsek! Dia mau main-main denganku rupanya! Tunggu saja pembalasanku! Kalian berdua akan merasakan sakit lebih dari yang aku rasakan!" ucap Laura penuh

    Huling Na-update : 2024-12-14
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 104

    Anna berdiri di depan cermin besar di kamar mewah tempatnya menginap, memastikan setiap detail penampilannya sempurna. Gaun malam berwarna merah dengan potongan leher rendah membingkai tubuh rampingnya, menonjolkan kulit putih bersihnya yang tampak bercahaya di bawah lampu. Gaun itu pas di tubuhnya, membalut lekukannya dengan elegan, sementara belahan di sisi kiri memperlihatkan kaki jenjangnya setiap kali ia melangkah. Rambut panjangnya dibiarkan terurai dengan gelombang alami, membingkai wajah cantiknya yang telah dihias riasan natural namun memikat. Bibir merahnya, serasi dengan warna gaun, menjadi titik perhatian yang sulit diabaikan.Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Tuan William sudah berada di restoran bersama klien bisnisnya. Dengan napas panjang, Anna mengambil tas kecil berwarna perak yang senada dengan high heelsnya, lalu keluar dari kamar hotel.Dia melangkah menyusuri jembatan kayu yang kokoh. Tak jauh dari kamar itu, restoran itu sudah terlihat. Kata William kli

    Huling Na-update : 2024-12-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 105

    Anna mengurai ciumannya, dan dia mengelus dada saat William menunduk memeriksa dokumennya. Pria itu tak menyadari yang terjadi antara Anna dan Thomas.Thomas menerima dokumen itu, “malam ini, kamu ikut dulu dengan anak buahku ya. Ada pengiriman dalam jumlah besar. Besok pagi sudah kembali ke sini, kok. Setelah makan malam, kamu langsung berangkat!” serunya memberi perintah.Anna memberi anggukan pada Tuan William.“Ok, Thomas,” jawabnya.Mereka pun melanjutkan makan malamnya. Tepat pukul 21.00 Anna sudah berada di sebuah penginapan mewah. Anna dibawa ke sebuah kamar mewah, namun bukan kamar utama.Anna terkejut, karena di sana sudah ada dua wanita lain yang berpenampilan seksi.“Ke–kenapa ada orang, Tuan?” tanyanya.Thomas dibantu pada wanita itu untuk membuka jas kerjanya, “karena malam ini, kalian bertiga harus memuaskanku bersamaan.”Mata Anna nyaris meloncat dari cangkangnya, setelah mendengar ucapan Thomas.“Beliau sudah terbiasa dilayani lima orang sekaligus. Cepat buka bajumu,

    Huling Na-update : 2024-12-15
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 106

    Bram menatap Davin dengan cemas. Pria itu baru saja membuka selimutnya dan melepas infus dengan gerakan tergesa, meskipun wajahnya pucat pasi dan tubuhnya terlihat lemah."Pak Davin, Anda mau ke mana?" tanya Bram, mencoba menghentikannya. Bram sangat mengkhawatirkan kondisi Davin, karena dia sudah mengetahui betapa lemahnya kondisi sang atasan.Davin berhenti sejenak, menatap Bram dengan mata yang sayu tapi penuh tekad. "Tolong antarkan aku ke makam ibunya Naura," ujarnya dengan suara lirih nyaris berbisik."Tapi, Pak, kondisi Anda masih lemah," Bram mencoba membujuk. "Sebaiknya Anda istirahat dulu. Lagi pula, semuanya sudah terjadi. Saya janji, begitu kondisi Anda pulih, saya akan mengantarkan Anda ke makam ibunya Naura. Saya bersumpah, Pak."Namun, Davin menggelengkan kepalanya dengan cepat, raut wajahnya berubah penuh emosi. "Aku bilang sekarang! Ya, sekarang!" bentaknya dengan suara serak, membuat Bram terpaku sejenak.Bram menghela napas panjang, menyadari bahwa tidak ada cara un

    Huling Na-update : 2024-12-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 107

    Bram melangkah keluar dari ruangan Davin dengan wajah tegang. Ia tahu betul tekad sang atasan, dan kali ini tak ada yang bisa menahan Davin untuk pergi.Kota New Capitol, yang menjadi tujuan Davin, memang memiliki hubungan khusus dengan Naura. Kota itu adalah kota impian Naura, tempat yang sering ia bicarakan dengan penuh antusias. Selain itu, letaknya cukup dekat dengan Suncity, negara mereka bertetangga. Logikanya sederhana: jika Naura memang melarikan diri atau mencari perlindungan, kemungkinan besar ia memilih New Capitol sebagai tempat pelarian.Bram segera mengumpulkan delapan orang pilihan yang merupakan tim pengawal pribadi Davin. Mereka adalah orang-orang terbaik, terlatih dalam bela diri, ahli menembak, dan memiliki insting tajam dalam menghadapi situasi darurat. Di ruang khusus di kantor Davin, Bram berdiri di hadapan mereka dengan sikap tegas."Pak Davin akan berangkat ke New Capitol malam ini. Kalian semua akan mendampingi beliau. Pastikan kalian dalam kondisi fit. Senja

    Huling Na-update : 2024-12-16
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 108

    “A–aku harus main sama mereka?” tanya Anna.Wanita itu menatap sang mafia mencoba mencari kebohongan atas ucapan pria itu dari binar matanya, namun tak Anna temukan. Thomas sedang sangat serius dengan ucapannya.Tiga pria itu salah satunya mulai menarik Anna masuk dalam pelukannya, namun dia masih meminta jawaban dari sang mafia. Dia tak mau gegabah dalam hal ini, takut kalau dia hanya sedang dijebak oleh Thomas.“Iya.”Di mata Thomas wanita hebat itu adalah wanita yang kuat bermain di atas ranjang atau di mana pun dia menginginkannya. Ada hiburan tersendiri bagi Thomas bila melihat wanita yang ia sukai bersetubuh dengan lebih dari dua pria sekaligus. Akan ada kebanggaan tersendiri di matanya bila wanita itu berhasil membuat ketiga pria tersebut terpuaskan.“Kamu, yakin?” tanya Anna, seakan tak percaya dengan ucapan sang mafia.“Sangat yakin, Anna. Semua istriku juga sering melakukan ini. Aku suka melihat wanita liar, apalagi kalau dia sampai berhasil main dengan tiga orang sekaligus.

    Huling Na-update : 2024-12-17
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 109

    Penangkapan Tuan William terjadi di salah satu resor mewah di Kota New Capitol, tempatnya berlibur bersama beberapa kolega. Suasana yang semula damai berubah mencekam ketika beberapa petugas berseragam datang mengepung lokasi. William yang tengah menikmati anggur di balkon vila terlihat terkejut mendapati polisi menghampirinya. "Tuan William, Anda ditangkap atas tuduhan penipuan dan pengalihan aset secara ilegal milik Nyonya Laura Abimanyu. Kami memiliki surat penahanan untuk Anda," ujar salah satu petugas tegas, sambil memperlihatkan dokumen yang telah ditandatangani oleh pengadilan. "Ini pasti salah paham! Saya tidak pernah melakukan hal seperti itu," bantah William dengan nada tinggi, wajahnya berubah merah karena marah dan panik. Namun, para petugas tetap menahan William tanpa memperdulikan penolakannya. Ia digiring keluar dari vila dengan tangan terborgol, sementara para tamu di resor mulai berbisik-bisik, menyaksikan pemandangan yang mencengangkan itu. Beberapa rekan William

    Huling Na-update : 2024-12-17

Pinakabagong kabanata

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status