Home / Romansa / SENJA YANG KELABU / 4. Pertemuan Tanpa Rencana

Share

4. Pertemuan Tanpa Rencana

Author: 295 channel
last update Last Updated: 2021-08-21 16:15:53

Singkat cerita, Sari dan Wina telah siap - siap untuk pergi ke Gramedia, untuk mencari buku sebagai bahan materi tambahan proposal sidang, sekalian jalan - jalan refresh otak dan makan sore di mall, Wina yang memang sudah meminta ijin kepada orang tuanya, dari saat acara ulang tahun Naura, untuk menginap di rumah Sari beberapa hari, karena Sari maupun Wina kadang saling menginap, dan orangtua mereka sudah sama - sama tahu dan sudah seperti keluarga.

Saat mereka tiba di mall, mereka tidak langsung ke Gramedia, padahal rencana awalnya adalah ke gramedia dulu, baru jalan - jalan, itu semua karena mata mereka sudah tertuju lebih dulu ke arah butik di dekat pintu masuk, jiwa wanita mereka sudah meronta melihat pakaian - pakaian yang begitu bagus, tanpa berfikir dua kali mereka langsung masuk ke butik athenajaya yang memang terkenal di mall itu dengan model - model pakaian yang berkualitas bagus dan kekinian.

Sari dan Wina sibuk memilih - milih baju mana yang akan mereka beli, begitu banyak yang bagus - bagus membuat mereka serasa ingin memborong semuanya, tapi apa daya uang yang mereka miliki paling hanya cukup membeli dua stel pakaian, karena sebagian uangnya akan mereka pergunakan membeli buku dan untuk makan di mall.

Setelah selesai memilih pakaian mana yang akan dibeli, merekapun menuju kasir untuk membayar, akhirnya,  semuanya beres di packing, dengan wajah yang bergembira mereka berjalan menuju Gramedia, bagaimana tidak bahagia pakaian yang sedang trend bisa mereka miliki.

Saat sedang berjalan sambil bercanda, tepat di area pintu masuk Gramedia mereka melihat pemandangan didepan mereka, seorang laki - laki muda, tinggi, putih dan tampan dengan menggendong tas ransel dan membawa beberapa buku di tangannya sedang mengejar perempuan muda yang sangat cantik.

"Sayang, tunggu dulu, tolong dengar penjelasanku," ucap Angkasa.

Sinta berhenti berlari dan menoleh, lalu menghampiri Angkasa, tanpa sepatah katapun, dengan mata berbinar basah, seakan air matanya akan jatuh di pipinya yang mulus.

Angkasa tersenyum menatap Sinta yang mulai berjalan menghampirinya.

"Akhirnya...kamu mau mendengar penjelasanku sayang," ucap Angkasa.

"Plakkkk."

Tamparan keras mengenai pipi Angkasa, sontak membuat semua orang yang sedang berbelanja dan berada disekitar mereka termasuk Sari dan Wina kaget.

Mereka, harusnya tidak menyelesaikan masalah cintanya, di tempat umum, harusnya pulang saja dulu dari mall dan selesaikan dirumah atau tempat yang memang tidak banyak orang, seakan mempermalukan diri sendiri, membuka keburukan didepan umum, banyak mata yang memandang seakan sedang menonton pertunjukan, karena emosi yang tidak bisa di kontrol mereka sama sekali tidak hiraukan tatapan orang - orang yang terus menatap mereka, atau memang tidak peduli dan fokus saja pada masalah mereka berdua, terutama Sinta, begitu beraninya menampar dan berbicara dengan nada tinggi, memaki Angkasa, seakan sudah benar - benar lepas kontrol diri, sementara Angkasa hanya berbicara pelan dan mencoba membujuk Sinta.

"Kamu jahat, Angkasa! kenapa Kamu tega selingkuhi aku, kurang apa aku selama ini, semua yang aku miliki untuk kamu, tapi kamu tidak pernah bisa menghargai perasaanku, hati ini sakit! sambil menyeka air mata yang akhirnya jatuh membasahi pipinya."

"Tenang dulu sayang, ok...ok, aku bersalah, tapi kamu dengar dulu penjelasanku?" sekarang Kita ke cafe, duduk disana, jangan berdiri seperti ini, kamu lihat, semua mata menatap kita, kita selesaikan semua disana, ya...sayang, ijinkan aku untuk menjelaskannya.

"Tidak! aku Mau pulang, titik, dan jangan kejar aku, biarkan aku sendiri kalau kamu memang masih punya hati."

Angkasa menarik napas, mencoba menetralkan emosinya, yang sebenarnya hampir terpancing sikap Sinta.

"Baiklah sinta, aku tidak akan menahanmu untuk tidak pergi, mungkin kamu butuh waktu sendiri, kamu hati - hati dijalan, kabarin aku kalau sudah tiba di rumah, nanti malam ijinkan aku kerumahmu?"

Sinta tak menjawab sepatah katapun, dia bergegas pergi menuju lift untuk ke area parkiran mobilnya.

Angkasa tidak lagi mengejarnya, karena Angkasa cukup hapal karakter Sinta, bila sedang marah dan ngambek, lebih baik dibiarkan saja dulu, apalagi ini masalah yang cukup pelik. Angkasa, memang bersalah karena berselingkuh, tapi semua itu karena Sinta juga, yang terlalu posesif dan pemarah, membuat Angkasa mencari kenyamanan di perempuan lain, walau pada dasarnya, yang namanya selingkuh, ya selingkuh tidak ada alasan apapun, alasan hanya dipakai sebagai senjata menutupi kesalahan.

Angkasa kembali masuk ke Gramedia, karena masih ada buku yang akan dibelinya, saat di pintu masuk Gramedia, Sari dan Wina sudah berjalan ke arah pintu masuk, tidak sengaja Sari menyenggol Angkasa, karena merasa kaget, mendengar bunyi kereta anak melintas di belakangnya, sontak membuat buku yang di genggan Angkasa jatuh berserakan di lantai.

"Maaf mas, saya tidak sengaja," ucap Sari merasa bersalah.

Sari mengambil buku yang berserakan di lantai, lalu menyerahkan ke laki - laki tersebut dan meminta maaf sekali lagi.

Angkasa tersenyum "Aku juga salah karena tidak berhati - hati dan sedikit melamun," terimakasih, untuk bukunya.

Sari dan Wina masuk ke dalam Gramedia dan mencari buku yang akan mereka beli, setelah buku yang mereka cari ketemu, tanpa lama - lama mereka pun membayar dan pergi dari gramedia, Sari dan Wina sudah merasa lapar, sudah waktu nya perut untuk di isi.

Sari dan Wina memilih makan di cafe arsana, yang menyediakan juga makanan khas sunda, dengan lahap mereka menghabiskan makanannya, dirasa sudah cukup kenyang, akhirnya mereka bersantai sejenak di cafe tersebut sambil menikmati minuman kesukaan mereka.

"Sar, tadi tuh cowok yang kamu senggol, bukannya cowok yang bertengkar dengan ceweknya, ya," dia sangat tampan.

"euhm...iya sih tampan, tapi tidak tahu juga sifatnya, apakah seperti wajahnya, tadi dengar sendiri ceweknya bilang kalau cowoknya selingkuh."

"Iya juga sih, jaman sekarang seribu satu, cowok tampan baik dan setia, kalau ada juga, yang tampan baik tapi banci..." hahahahahha.

"Hush, ngaco nih anak ngomongnya, sudah ah, ngapain juga kita malah bahas cowok tadi, tidak penting juga."

"Tidak penting sih, cuman sayang banget dengan ketampanannya, kayak oppa korea."

Sari melihat arlojinya, waktu menunjukan pukul empat lebih lima menit, Sari mengajak Wina untuk mampir dulu ke tempat permainan, sebelum pulang.

Mereka berdua pun meninggalkan cafe arsana dan menuju ke tempat permainan, disana cukup ramai hampir setiap permainan di isi orang, terutama anak - anak, setelah mengisi saldo di kartu permainan, mereka mencari beberapa permainan yang kosong, tapi beberapa permainan yang kosong ternyata tidak mereka minati, akhirnya mereka masuk ke box photo studio, sembari menunggu permainan yang mereka inginkan kosong.

Singkat cerita, mereka sudah memainkan beberapa permainan yang mereka gemari, dirasa sudah cukup melelahkan tapi seru, akhirnya mereka segera pulang, saat berjalan untuk pulang, keluar dari area permainan, mata Sari melihat laki - laki itu lagi.

"Win, coba kamu lihat, siapa yang sedang memainkan permainan bola basket."

Mata Wina melihat ke arah laki - laki yang Sari bicarakan dan menunjuknya.

"Bukannya, itu laki - laki yang tadi."

"Pelan - pelan ngomongnya, Wina! jangan ditunjuk, tidak enak kalau sampai ketahuan, disangkanya kita kepo," ungkap sari.

"Perasaan ketemu terus, jangan..jangan," ucap wina sembari salah satu telunjuknya menepuk hidung berulang dengan pelan, mencoba menebak."

"Jangan - jangan apa?"

"Jodoh, salah satu diantara kita."

"Hahahahaha, mabok si Wina." ledek Sari.

"Dih malah ketawa."

"Sudah, ah, ayo pulang, tidak akan selesai - selesai kalau terus di bahas,  karena sahabatku yang satu ini, sok  menjadi peramal, ujung - ujungnya malah kemaleman sampai rumah.

Setibanya dirumah, Sari dan Wina bergantian mandi, dengan mengenakan baju tidur mereka mulai membuka buku yang dibelinya di Gramedia, merekapun mulai menyusun setiap paragraf, menyatukan materi hasil study kasus yang mereka lakukan, mereka sama - sama fokus menyusun materi untuk sidang dua bulan lagi, ya tidak semua dikerjakan sekarang, toh masih ada waktu sebelum hari H sidang, setidaknya dicicil, agar tidak keteter, dan mereka ingin sama - sama lulus sidang agar bisa menyusun skripsi bareng, lulus kuliah dan kalau bisa kerja bareng.

Related chapters

  • SENJA YANG KELABU   5. Bertemu kembali dan berkenalan

    Sari dan Wina bangun kesiangan, merekapun tergesa - gesa untuk mandi bergantian, efek semalem bergadang, membuat mereka sampai lelap tidur dan tidak mendengar jam waker yang berdering berulang kali, untungnya Wina mendengar walau itupun sudah yang kesekian kalinya berdering.Di meja makan sudah disiapkan sarapan oleh ibunya Sari."Sayang, kenapa buru - buru makannya?""Iya, Bun, kesiangan Sari, bangunnya," mana sekarang ada janji dengan Dosen pembimbing."Kenapa gak bilang sama Bunda?" biar Bunda bangunin."Lupa, Bun, semalem serius ngerjain proposal sampai larut malam."Waktu sudah menunjukan pukul delapan tiga puluh, setelah buru - buru sarapan, Sari dan Wina bergegas menuju mobil, karena jam sembilan, mereka harus menemui Dosen pembimbing, untungnya diperjalanan tidak macet, sehingga mereka tepat waktu tiba dikampus.Sari dan Wina sudah berada di kelas, setelah mempersiapkan proposal sidang yang mereka susun, walaupun belum s

    Last Updated : 2021-08-21
  • SENJA YANG KELABU   6. Terimakasih Angkasa

    Setelah mengantarkan Wina pulang, Sari kembali kerumah, merebahkan badannya sejenak di tempat tidurnya, fikirannya menerawang mengingat Dika, walau bagaimanapun perlakuan Dika, Dika pernah memberi warna di hidupnya walau itu hanya sesaat.Dalam hatinya berbicara sendiri, kenapa malah mikirin Dika, harusnya aku bersyukur karena Tuhan telah membuka fikiranku bahwa Dika tidak pantas untukku, aku terlalu bodoh sudah percaya kebaikannya yang ternyata palsu, benar kata Bang Adrian aku tidak boleh bersedih apalagi sampai menangisi laki - laki seperti Dika.Malam semakin larut, hanya suara binatang malam yang meramaikan suasana di keheningan, saat ini waktu baru menunjukan pukul sembilan, setelah sejenak rehat dan mandi, Sari sendirian di teras belakang rumahnya, duduk di depan kolam ikan ditemani secangkir teh hangat dan cemilan kesukaannya, jemari indahnya sibuk memainkan game di handphonenya, sedang asiknya, tiba - tiba handphonenya beralih ke layar panggilan video call, te

    Last Updated : 2021-08-24
  • SENJA YANG KELABU   7. Liburan

    Akhirnya mereka tiba di rumah nenek Ranti, neneknya Wina yang kini sudah berusia 65 tahun, nenek Ranti tinggal bertiga dengan Wenti yang adalah adik papahnya Wina, yang sudah menjanda. Suaminya telah meninggal karena sakit dan di karuniai satu anak laki - laki yang masih SD. Nenek Ranti walau sudah berumur, kondisi badannya masih bugar, karena nenek Ranti selalu menjaga pola makannya dan sering berolahraga.Malam semakin dingin, mengalahkan dinginnya Kota Bandung, itu karena kediaman Nenek Ranti memang dekat pegunungan, yang memang terkenal cuaca dinginnya, dengan kesejukan dan keindahan alamnya, sementara Sari dan Wina memilih beristirahat dikamar, agar besok bisa bangun pagi dan jalan - jalan berkeliling disetiap tempat yang bagus pemandangannya, yang tidak terlalu jauh dari kediaman nenek Ranti.Keesokan harinya, Wina dan Sari setelah sarapan meminta ijin kepada orangtua Wina dan nenek Ranti, untuk bersepeda, menikmati udara sejuk pagi hari dan keindahan alam

    Last Updated : 2021-08-24
  • SENJA YANG KELABU   8. Hari sibuk!

    Setelah Wina pulang, Sari bergegas memasuki kamarnya, setelah membersihkan diri, bersiap untuk tidur siang, lumayan lelah dan pegal kakinya karena perjalanan ketika kegunung batu jonggol.Sementara diruang keluarga, Bunda sambil menonton TV, sedang menikmati oleh - oleh yang dibawakan Sari, ditemani oleh si mbok, kita panggil saja Mbok Inah yang memang bekerja sudah lama dikelurga Sari, si mbok sudah dianggap seperti keluarga, karena sudah bekerja lama, semenjak orangtua Sari baru menikah, jadi tidak sungkan majikan dan pembantu seperti saudara, Bunda sendiri memperlakukan si mbok sopan dan selalu di ajak sebagai temn bicara, dikala tidak ada siapa - siapa dirumah.Tak terasa waktu sudah sore, Sari masih terbaring ditempat tidur.Bunda Sari, memanggil si mbok. "Mbok, tolong bangunkan Sari, tadi bilangnya, sore minta dibangunkan.""Iya, bu."Inah bergegas menuju kamar Sari, untuk membangunkan Sari, mengetuk pintu kamar Sari, karena tidak

    Last Updated : 2021-08-26
  • SENJA YANG KELABU   9. Kenyamanan baru

    Tak terasa Sari sudah menginap dua hari dirumah Wina, rencananya sore sekarang pulang kerumah, setelah berpamitan dengan kedua orangtua Wina, Sari bergegas untuk pulang diantar Wina sampai depan mobilnya, Sebenarnya Wina menahan Sari untuk pulang dulu, biar makan bareng keluarganya terlebih dahulu dan pulang nanti sehabis magrib saja, tapi Sari menolak karena Sari ingin segera pulang dan tidur sepuasnya.Dua hari ini memang Sari dan Wina kurang tidur karena mengerjakan proposal sampai larut malam, fikirnya juga tidak enak sama kedua orangtua Wina kalau Sari ingin tidur seharian, tempat ternyaman, ya kamarnya sendiri.Sari melajukan mobil toyota yarisnya menuju jalan besar, masih jauh untuk sampai rumahnya, mobilnya tiba - tiba mogok, berkali - kali Sari menstarer mobilnya tapi tidak mau menyala, Sari mencari tas miliknya, untuk mengambil HP dan menelpon Wina, agar Wina menyusulnya, tapi yang Sari cari ternyata tidak ada dimobilnya, padahal dompet dan HP nya ada d

    Last Updated : 2021-08-26
  • SENJA YANG KELABU   10. Dikantin kampus

    Keesokan harinya, Sari bergegas untuk kekampus, setelah dua minggu ini mengerjakan proposalnya bersama Wina, setelah menelpon Wina dengan telephon rumahnya, karena HP dan dompetnya yang tertinggal dirumah Wina, untuk mengajaknya kekampus, sekalian untuk dibawakan HP dan dompetnya, Sari berpamitan kepada Bundanya. Sari pergi kekampus diantar pak husen supir keluarganya, karena mobilnya masih dibengkel dan baru beres diperbaiki siang sekarang, setibanya dikampus ternyata sudah ada Wina menunggunya diarea parkir kampus, yang sedang asik mendengarkan musik didalam mobilnya dengan mulutnya yang tak berhentinya mengunyah cemilan. Sari turun dari mobilnya menghampiri Wina. Tuuk...ttuuk..ttukk. Sari mengetuk kaca mobil Wina yang sedang asik sendiri, dari dalam mobil Wina tersenyum dan menurunkan kaca mobilnya. "Sorry, ada perlu apa, ya?" canda Wina. Sari yang tahu kalau Wina sedang ingin bercanda, membalasnya dengan bercanda juga. "Tol

    Last Updated : 2021-08-29
  • SENJA YANG KELABU   11. Kebengkel mobil

    Sari dan Wina sudah tiba dibengkel temannya Angkasa, dimana mobilnya diperbaiki, Sari menghampiri salah satu mekanik disana untuk bertemu dengan pemilik bengkelnya, setelah diarahkan untuk masuk keruangan pemilik bengkel, Sari dan Wina melangkah menuju pemilik bengkel, yang kebetulan sedang berada didepan ruangan tersebut, sedang mengobrol dengan salah satu mekanik disana, setelah selesai dan mekanik tersebut pergi, pemilik bengkel melangkah masuk, sampai depan pintu teedengar suara Sari menyapa."Permisi pak."Pemilik bengkel yang bernama gunawan menoleh kearah Sari dan tersenyum."Ada yang bisa saya bantu, nona?" tanya Gunawan."Maaf pak, saya Sari, temannya Angkasa, saya ingin mengambil mobil yang kemarin diperbaiki bengkel bapak, sekalian membayar biayanya.""Oh temannya Angkasa, mari kedalam ruangan saya," mempersilakan Sari dan Wina untuk masuk kedalam ruangannya.Setelah dipersilakan duduk, Gunawan mengambilkan mereka minuman.

    Last Updated : 2021-08-30
  • SENJA YANG KELABU   12. Sebuah Awal

    Setelah selesai makan, dan berbincang sebentar, Wina dan Sari pamit untuk pulang kepada tante Indah dan Zidan. Didalam mobil, Wina yang sedang menyetir sesekali tersenyum melirik Sari, Sari yang merasa aneh kenapa dengan tingkah Wina, seraya berkata. "Dari tadi senyam - senyum terus melirikku, kenapa sih, ada yang aneh denganku emang?" Wina tertawa dan berkata. "Lagi mikirin gimana kalau sahabatku ini sama Zidan." "Kok Zidan, bisa - bisa ya mikir kesitu, kamu saja sama Zidan," jawab Sari dengan ketus. "Dih gitu aja ngambek, Zidan naksir kamu kayaknya, dari tadi merhatiin terus kamu." "Masa sih, ah itu mah bisa - bisa nya kamu saja." "Serius Sar, kamu gak nyadar saja." "Udah ah, jangan mikir yang nggak - nggak, aku itu masih belum ingin dekat cowok manapun." "Iya - iya aku paham Sar, tapi Zidan itu sudah tampan baik orangnya, mapan lagi." "Ya terus..." "Gak pake teruslah, kayak tukang

    Last Updated : 2021-08-31

Latest chapter

  • SENJA YANG KELABU   39. Hal Menyakitkan

    Keduanya telah tiba di Purwakarta, Angkasa mengajak Sari untuk masuk bersamanya, kedalam rumah Bayu, yang sudah menunggunya didalam, sebelumnya, memang Angkasa sudah menghubungi Bayu. "Hai, bro...apa kabar lu," sapa Bayu sambil menjabat tangan Angkasa dan Sari. Mereka sudah hampir tiga tahun tidak bertemu, Angkasa pindah ke Bandung, walau memang beberapa kali Angkasa berziarah ke makam ayahnya, tidak pernah bertemu Bayu karena sedang berada diluar kota, sebagai anak pemilik usaha sate maranggi dibeberapa kota membuat Bayu jarang berada di rumah, sibuk membantu ayahnya. Bayu dan Angkasa sahabat semenjak kecil, dulu rumah Angkasa, tidak jauh dari rumah Bayu hanya terhalang empat rumah, Bayu mempersilakan mereka untuk duduk. Reni datang dari arah dapur, membawa kopi hangat dan beberapa cemilan untuk disuguhkan. Angkasa melihat Reni seraya berkata. "Kamu Reni, kan?" "Iya, kak," jawab Reni. "Sudah besar sekarang, ya," ucap Angkasa.

  • SENJA YANG KELABU   38. Bersama Angkasa

    Langkah kaki semakin terdengar jelas, Sari menoleh kearah pintu, ternyata Hans dan Wina baru kembali dengan membawa bungkusan plastik ditangan Hans, setelah meletakan diatas meja, Hans pergi kedapur, sementara Wina menghampiri Sari seraya berkata. "Lama, ya, sorry, tadi ada kecelakaan ditikungan depan, buat macet jalan, makan bakso yuk, laper nih."Sari bangkit dari duduknya, kini berdiri disebelah Wina, Hans sudah membawa empat mangkuk dan sendok memberikannya kepada Wina dan Sari, mereka segera menyantap bakso, sesekali mata Angkasa dan Sari saling beradu pandang dengan bibir yang tersenyum.Setelah selesai makan, mereka mengobrol sejenak saling bercerita seputar skripsi, yang mana dua minggu lagi harus sudah dikumpulkan dan presentasi didepan para dosen penguji, Hans diminta oleh Wina untuk memberi masukan karena Hans yang memang sudah berpengalaman dalam membuat skripsi, karena sudah lulus lebih dulu sehingga lebih paham, Hans bersedia membimbing mereka dan ingin b

  • SENJA YANG KELABU   37. Pernyataan Cinta Angkasa

    Angkasa tetap diam tidak menjawab, namun tak memberikan penolakan, saat Sari membersihkan darah yang kering, memberinya betadine dan menutupnya dengan plester, Sari menatap wajah Angkasa begitu dekat jantungnya serasa berdetak dengan cepat, dengan jemari lentiknya perlahan mengkompres wajah Angkasa dibagian luka lebamnya, Angkasa tetap diam pandangannya menatap keluar jendela dan tangannya yang menggenggam gelas yang masih berisi alkohol akan ia teguk, Sari dengan cepat meraih gelas di tangan Angkasa. "Sudah ya, jangan minum lagi, kamu sudah mabuk, aku gak perduli kamu mau marah karena aku melarangmu minum, yang jelas semua demi kebaikanmu juga," ucap sari dengan nada yang lembut. Angkasa sama sekali tidak marah ia hanya diam dan menatap Sari, pandangan mata mereka beradu, Sari dengan cepat mengalihkan pandangannya, dan seraya berkata kepada Hans. "Hans, ini sudah selesai, kalau begitu aku dan Wina pamit pulang." "Sebaiknya tinggal dulu sebentar lagi, lagian

  • SENJA YANG KELABU   36. Kerumah Angkasa

    Singkat cerita, seminggu sudah Sari tak lagi mendengar tentang Angkasa, hatinya begitu sangat merindukan Angkasa, hanya sepenggal kenangan yang terukir dalam ingatannya, saat pertama kali bertemu dan beberapa kali Angkasa selalu menyelamatkannya, hingga pada akhirnya saling dekat.Hari ini jadwal cek-up Sari ke Dokter, ditemani Wina mereka segera ke rumah sakit, Sari sudah pulih dan merasakan badannya baik - baik saja begitu juga tangannya yang luka, sudah tidak terasa sakit dan ngilu, Setelah selesai dari rumah sakit, Wina mengajak Sari ke cafe Story di daerah Dago, agar Sari bisa refresh setelah seminggu lebih tidak pergi kemana - mana, Sari yang memang sedang tidak ingin sendiri dan butuh hiburan juga, akhirnya mau pergi bersama Wina, setelah menelpon Bundanya, untuk minta ijin, Sari dan Wina kini menuju Cafe Story, dengan menggunakan mobil Wina, Sari terlihat murung, duduk disebelah Wina yang sedang menyetir mobil."Kamu kenapa, Say?" tanya Wina yang sesekali mempe

  • SENJA YANG KELABU   35. Mengungkapkan

    Wina dan Sari saling lirik, lalu mereka tertawa, Hans semakin bingung jadinya, Wina yang melihat kebingungan diwajah Hans, seraya menjelaskan."Hans, kamu gak usah khawatir kita akan ribut, karena kita memang begini, sudah biasa, lagian cuma karena kata - kata, masa persahabatan kami jadi rusak, benar gak, Sar?""Yupsss..."Hans tersenyum lega, karena mereka hanya saling bercanda, ternyata mengobrol dengan cewek gak semudah yang Hans bayangkan, Hans sudah mikir terlalu jauh, melihat Wina dan Sari yang tertawa dengan riang dan saling bercanda, walau sebenarnya kadang ada kata - kata yang bisa saja jadi ribut, tapi mereka memang sama - sama mengenali sifat masing - masing, jadi obrolan apapun tidak hambar dan tidak memicu jadi emosi, wanita seperti ini yang Hans cari, semakin kagum saja Hans kepada Wina, karena bagi Hans, wanita yang selalu tertawa riang dan bisa menyikapi setiap obrolan tanpa harus emosi, itu akan memberikan energi positif baginya.Hans, m

  • SENJA YANG KELABU   34. Saling Bercanda

    Mereka berempat menghabiskan waktu dengan mengobrol dan menikmati cemilan dan jus, diselingi bercanda dan ketawa - ketawa, Sari begitu bahagia memiliki orangtua yang sangat menyanyanginya dan sahabat yang begitu tulus kepadanya, tak terasa waktu sudah hampir malam, setelah makan malam bersama, akhirnya mereka bergegas untuk istirahat, Wina tidur seranjang dengan Sari, sementara orangtua Sari, dibawah menggelar kasur karpet, Suasana Rumah Sakit yang sepi membuat mereka tidur dengan nyenyak.Suara Adzan Subuh terdengar berkumandang, Bunda Sari bangun lebih dulu untuk mandi, begitupun Ayah Sari dan Wina mereka mandi bergantian, sementara Sari belum bisa untuk mandi sendiri sehingga dibantu ibunya membersihkan tubuhnya, dengan dilap basah dan memapahnya kekamar mandi untuk wudhu, mereka melaksanakan Sholat Subuh berjamaah, untuk Sari sendiri duduk dikursi roda, karena belum kuat lama - lama berdiri, badannya masih terasa lemah, setelah melaksanakan Sholat berjamaah, mereka merapi

  • SENJA YANG KELABU   33. Permintaan Maaf

    Wina, berdiri dari duduknya dan membawakan kursi satu lagi disebelah Sari, untuk mempersilakan orangtua Sinta duduk, sementara Wina berdiri disisi satu lagi sebelah Sari.Ayah Sinta menjelaskan tujuannya kepada Sari, bahwa kedatangannya, untuk meminta maaf atas apa yang dilakukan Sinta kepadanya dan bersedia menanggung semua biaya pengobatan Sari sampai sembuh, dan memohon kepada Sari, untuk mencabut tuntutannya.Sari yang memang tidak merasa melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, merasa bingung harus menjawab apa, hanya melirik kearah Wina, karena pasti Wina tahu semuanya, tapi Wina hanya diam seakan enggan mengatakan apapun, belum juga Sari menjawab ibu Sinta langsung memegang tangan Sari dengan menangis sesegukan, memohon - mohon kepada Sari, Sari semakin merasa tidak enak hati karena bagaimanapun mereka orangtua, dan Sari merasa dirinya tidak sopan, membuat orangtua harus bersikap seperti itu kepadanya."Nak, tolong cabut tuntutannya, ibu mohon dengan s

  • SENJA YANG KELABU   32. Merindukan Angkasa

    "Iya - iya, gak jadian...tapi bakal jadian kayaknya," tukas Sari."Udah, ah jangn bahas itu mulu, aku gak akan pacaran - pacaran, males, mending langsung dihalalin," ucap Wina seraya tertawa."Halalin mulu, lulus kuliah aja dulu."Pintu dibuka oleh ibu Sari, yang mulai melangkah masuk menghampiri Sari dan Wina, dengan membawa makanan dan baju ganti untuk Sari, seraya tersenyum melihat Sari sudah kembali membaik dan sedang tertawa bersama Wina, mendekat kearah Sari dan mencium kening Sari, lalu meletakkan makanan di atas meja, dan menyimpan baju ganti dilemari kecil, lalu kembali duduk disamping Sari, seraya mengusap - usap tangan Sari."Sari sayang, bagaimana kondisi kamu sekarang?" tanya Dina, bundanya Sari."Alhamdulillah sudah membaik, Bun, Bunda bawa makanan apa, Sari lapar, kangen makanan luar, makanan Rumah Sakit tidak membuat selera makan," tersenyum dengan manja."Iya Sayang, namanya juga sakit ya makanannya jangan macam - macam dulu

  • SENJA YANG KELABU   31. Penangkapan Sinta

    Hans yang merasa tidak pernah terlibat kriminal, seraya bertanya kepada pengawal tersebut. "Pak, apakah bapak menanyakan kepada polisi mengapa mencari saya?""Siap, tuan muda, beliau hanya berbicara ingin bertemu dengan tuan muda, ada hal lain serius yang ingin disampaikan." ucap Pengawal tersebut."Hal serius? mereka tidak menyebutkan hal seriusnya itu apa?""Tidak Tuan muda, dengan segala hormat lebih baik tuan muda temui polisi didepan, karena himbauan mereka kalau dalam sepuluh menit tuan muda tidak keluar maka mereka akan masuk dengan paksa."Papih Hans berdiri dan berbicara kepada Hans. "Ayo Hans kita temui mereka, jangan takut kalau kamu memang tidak bersalah.""Iya Pih."Mereka berdua keluar untuk menemui polisi yang menunggu di depan rumahnya, setelah saling berhadapan, polisi memberi salam dengan hormat."Selamat malam pak, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu bapak, kami mendapatkan laporan dari bapak Andi nugraha or

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status