DegAyu yang melihatku yang berteriak di sana tidak menyangka bahwa ada aku yang sedang melihatnya dengan kondisinya yang seperti itu.Entah mengapa, ketika aku berteriak kepadanya, secara tiba-tiba bayangan yang membuatnya melayang tiba-tiba membuatnya turun secara perlahan. Dia mendekatiku dengan wajahnya yang tertunduk secara tiba-tiba.Bayangan hitam yang solid yang mengelilingi tubuhnya menghilang secara perlahan menjadi berbentuk asap, bersamaan dengan turunnya Ayu ke tanah.Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya pada saat itu, begitu pula dengan Pak Dani yang melihatnya di belakangnya. Sedangkan Ki Sakti tampaknya tidak sadar atas apa yang sedang aku lakukan, karena matanya terus terpejam dan mulutnya bergumam seperti sedang dikendalikan oleh sesuatu pada saat itu.Aku benar-benar tidak menyangka bahwa ada sesuatu yang aneh di dalam tubuh Ayu, sebuah bayangan hitam yang mungkin saja penyebab dari ini semua. Namun tidak seharusnya Pak Dani juga warga desa yang mengetahui tentan
Ketika seseorang sedang fokus untuk mengerjakan sesuatu, dia pasti tidak akan mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Apalagi, ketika hal itu menyangkut hal-hal gaib atau tentang keilmuan yang dia pelajari.Sehingga, untuk orang-orang yang seperti Ki Sakti, ketika sedang melakukan sesuatu, yang dia lakukan hanyalah menyelesaikan hal tersebut tanpa mempedulikan apa yang terjadi di sekitar dirinya.Namun, Pak Dani berteriak dengan sangat keras. Karena dia tahu satu-satunya cara agar Ki Sakti bisa kembali sadar dan menghentikan apa yang dilakukannya hanyalah dengan meneriakinya.Benar saja. Setelah Pak Dani berteriak, tiba-tiba tubuh Ki Sakti seperti tersentak oleh sesuatu, membuat tubuhnya terguncang seketika bersamaan dengan kedua matanya yang terbuka secara tiba-tiba.Pak Dani yang melihat Ki Sakti membuka matanya, langsung menyilangkan tangannya sebagai tanda apa yang dia lakukan harus dia hentikan untuk sementara.Ki Sakti yang melihatku yang sedang memeluk Ayu di ujung sana, b
Pak Dani, sosok yang paling dihormati, sosok yang paling bijak di Desa Muara Ujung, juga sosok yang paling membawa pengaruh bagi warga desa agar mereka semua bisa bersatu di atas sifat mereka yang berbeda-beda dari kampung asal mereka.Pak Dani yang mempunyai sifat kepemimpinan dan rela mengorbankan apapun demi kehidupan warganya kini terlihat mengerikan, dia berdiri dengan banyak sekali batang-batang pohon yang menancap ke arah tubuhnya sendiri.Batang-batang pohon yang muncul entah darimana tiba-tiba muncul setelah bayangan tersebut menusuknya dari berbagai arah.Darah segar mengucur dari berbagai arah, mulutnya mengeluarkan darah sehingga giginya yang putih kini berubah menjadi merah dengan rasa sakit yang dia rasakan.Cough, cough, cough.“Mi, Mi, Minaaaaaahhhh!”Di saat-saat seperti itu pun, Pak Dani masih terlihat bisa memanggilku, salah satu tangannya yang berlumuran darah karena tertancap oleh batang pohon yang menembus pergelangan tangannya dia angkat ke arahku.Aku bisa deng
Malam ini benar-benar terasa sangat panjang, sepertinya sang bulan lebih berkuasa dan tidak ingin matahari untuk segera menggantikannya.Bintang-bintang yang berkelip dari kejauhan hanya menjadi sebuah saksi bisu atas apa yang sedang terjadi di Desa Muara Ujung, mereka hanya memandang kita semua yang sedang ketakutan tanpa bisa membantu apapun dari atas sana.Aku benar-benar ingin semuanya berakhir, semuanya ingin kembali normal, bahkan mungkin aku ingin kembali melompati waktu ke beberapa tahun ke belakang dimana aku pertama kali bertemu dengan Satria.Apabila aku sudah tahu akan terjadi hal seperti ini, aku tidak akan menerimanya, tidak akan mengangguk ketika dia membuka sebuah kotak cincin di depan para karyawan di tempat kerjaku pada saat itu.Juga, aku juga tidak akan setuju untuk mengurus anak itu setelah aku tahu bahwa dirinyalah penyebab dari semua ini.Namun, semuanya sudah terjadi, aku hanya bisa berlari dan memainkan peranku, sebuah peran pengganti dari Pak Dani yang dengan
Entah sudah jam berapa sekarang, namun matahari sepertinya masih enggan untuk menampakan dirinya dan mengusir semua yang jahat di Desa Muara Ujung ini.Langit masih dikuasai oleh bulan dan bintang-bintang yang menyinari dengan sinarnya yang redup, ditambah dengan angin dingin yang berhembus kencang sehingga membuat hutan yang ada di dekat desa terlihat seperti sebuah tempat yang benar-benar menyeramkan dan begitu mistis.Hal itu benar-benar dirasakan oleh Adi, Supri, Tono dan Ali, yang kini berpencar ke segala arah untuk mencari sesuatu yang mereka sendiri belum tahu bentuknya seperti apa.Senter-senter yang mereka bawa kini di arahkan ke berbagai sudut dari tempat itu.Tempat yang diisi oleh batu-batu besar di tengah hutan yang saling bertumpuk satu sama lain, batu yang mencuat dari tanah seperti sebuah bongkahan dari bekas letusan gunung yang batunya terlempar ke tempat ini.Batu-batu tersebut sebagian sudah berlumut, bahkan beberapa dari mereka terdapat sebuah pohon yang tumbuh di
Suasana di Desa Muara Ujung tampaknya masih mencekam, hal itu dirasakan oleh semua warga di Desa Muara Ujung yang tampaknya masih belum tertidur pulas atas apa yang terjadi di luar rumah mereka.Tampaknya, desas-desus akan sesosok makhluk yang menjadi teror dan membuat semua orang di desa menjadi targetnya sudah sampai ke telinga mereka secara perlahan, apalagi ada empat orang yang selamat seperti Ali, Supri, Adi dan Tono yang semakin menguatkan desas-desus itu di para warga desa.Terlihat, seseorang yang tampak sedang duduk di depan rumah dengan pintu yang terbuka. Dia hanya duduk dengan tatapan kosong ke arah sebuah jalanan yang sepi tanpa berbicara apapun pada malam itu.Baju yang dia pakai dari tadi pagi belum sempat dia ganti, kesedihannya akan seorang anak yang harus kehilangan nyawanya masih terpancar dari wajahnya yang sedikit pucat.Dia hanya terduduk lesu, dengan pintu rumah yang terbuka sehingga membiarkan angin malam yang dingin masuk ke dalam rumahnya.Lampu-lampu lima wa
Deg, deg,Aku yang tertunduk tepat di depan batu yang menjadi sebuah penanda makam Satria tiba-tiba merasakan sesuatu yang ada di belakangku.Sebuah tekanan yang kuat muncul di sertai dengan hawa dingin yang menusuk kulit.Apalagi, pada saat itu aku mendengar sebuah suara dari Ayu yang memanggilku pada saat itu.‘Kenapa dia ada disini, bukannya dia ditahan oleh orang tua itu?’ gumamku.Hosh,Hosh,Hosh,Nafasku tiba-tiba berat ketika aku memikirkan sesuatu yang buruk yang langsung tersirat dari dalam kepalaku pada saat itu.‘Ja-jangan-jangan…’Aku langsung mengusap air mataku disana, perasaan sedih yang awalnya aku rasakan tiba-tiba berubah menjadi perasaan takut yang langsung muncul begitu saja dan menghilangkan semua kesedihan yang ada di depan makam Satria.Tubuhku seketika bergetar dengan hebat, aku yang sedang menunduk mau tidak mau harus menoleh ke arah belakang dimana asal suara itu berasal.Aku menjadi takut.Takut kepada anakku sendiri.Takut kepada Ayu.Takut kepada wajahnya
Bab 93Sraaak, sraak,Di dalam kegelapan, tampak tebasan dari sebuah parang memotong semak-semak belukar yang menghalangi jalannya untuk dirinya berjalan.Dia tidak bisa mempercepat langkahnya pada saat itu, karena kedua tangannya membawa benda yang memperlambat langkah kakinya.Sebuah buku yang lumayan besar dia pegang di salah satu tangan kirinya, lalu di tangan kanannya sibuk menebas semak-semak oleh parang yang dia bawa dengan sekuat tenaga.Sebuah buku tua yang satria sembunyikan, buku yang tadi dia temukan di dekat sebuah bukit kecil yang berada di tengah hutan. Buku yang beberapa lembarannya sudah lapuk, namun ada sebuah tanda yang terbuat oleh kertas berwarna hitam sebagai penanda bahwa buku itu sudah pernah dibuka sebelumnya.Dia tidak merasa kesulitan menerobos semak-semak hutan yang gelap dengan duri-duri tajamnya yang mungkin saja bisa melukainya, karena di setiap langkah kakinya, ada sebuah cahaya senter kecil yang sengaja dia ikat di kepalanya menggunakan sebuah kulit po