Share

88-KEILMUAN

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-28 10:28:39

Pak Dani, sosok yang paling dihormati, sosok yang paling bijak di Desa Muara Ujung, juga sosok yang paling membawa pengaruh bagi warga desa agar mereka semua bisa bersatu di atas sifat mereka yang berbeda-beda dari kampung asal mereka.

Pak Dani yang mempunyai sifat kepemimpinan dan rela mengorbankan apapun demi kehidupan warganya kini terlihat mengerikan, dia berdiri dengan banyak sekali batang-batang pohon yang menancap ke arah tubuhnya sendiri.

Batang-batang pohon yang muncul entah darimana tiba-tiba muncul setelah bayangan tersebut menusuknya dari berbagai arah.

Darah segar mengucur dari berbagai arah, mulutnya mengeluarkan darah sehingga giginya yang putih kini berubah menjadi merah dengan rasa sakit yang dia rasakan.

Cough, cough, cough.

“Mi, Mi, Minaaaaaahhhh!”

Di saat-saat seperti itu pun, Pak Dani masih terlihat bisa memanggilku, salah satu tangannya yang berlumuran darah karena tertancap oleh batang pohon yang menembus pergelangan tangannya dia angkat ke arahku.

Aku bisa deng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
dodik kurnianto
oalah minah minah
goodnovel comment avatar
Titih
aduh minah..bikin geregetan jg ngeselin bgt sih...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   89-BEBATUAN

    Malam ini benar-benar terasa sangat panjang, sepertinya sang bulan lebih berkuasa dan tidak ingin matahari untuk segera menggantikannya.Bintang-bintang yang berkelip dari kejauhan hanya menjadi sebuah saksi bisu atas apa yang sedang terjadi di Desa Muara Ujung, mereka hanya memandang kita semua yang sedang ketakutan tanpa bisa membantu apapun dari atas sana.Aku benar-benar ingin semuanya berakhir, semuanya ingin kembali normal, bahkan mungkin aku ingin kembali melompati waktu ke beberapa tahun ke belakang dimana aku pertama kali bertemu dengan Satria.Apabila aku sudah tahu akan terjadi hal seperti ini, aku tidak akan menerimanya, tidak akan mengangguk ketika dia membuka sebuah kotak cincin di depan para karyawan di tempat kerjaku pada saat itu.Juga, aku juga tidak akan setuju untuk mengurus anak itu setelah aku tahu bahwa dirinyalah penyebab dari semua ini.Namun, semuanya sudah terjadi, aku hanya bisa berlari dan memainkan peranku, sebuah peran pengganti dari Pak Dani yang dengan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-29
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   90-AIR

    Entah sudah jam berapa sekarang, namun matahari sepertinya masih enggan untuk menampakan dirinya dan mengusir semua yang jahat di Desa Muara Ujung ini.Langit masih dikuasai oleh bulan dan bintang-bintang yang menyinari dengan sinarnya yang redup, ditambah dengan angin dingin yang berhembus kencang sehingga membuat hutan yang ada di dekat desa terlihat seperti sebuah tempat yang benar-benar menyeramkan dan begitu mistis.Hal itu benar-benar dirasakan oleh Adi, Supri, Tono dan Ali, yang kini berpencar ke segala arah untuk mencari sesuatu yang mereka sendiri belum tahu bentuknya seperti apa.Senter-senter yang mereka bawa kini di arahkan ke berbagai sudut dari tempat itu.Tempat yang diisi oleh batu-batu besar di tengah hutan yang saling bertumpuk satu sama lain, batu yang mencuat dari tanah seperti sebuah bongkahan dari bekas letusan gunung yang batunya terlempar ke tempat ini.Batu-batu tersebut sebagian sudah berlumut, bahkan beberapa dari mereka terdapat sebuah pohon yang tumbuh di

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   91-MENANGIS

    Suasana di Desa Muara Ujung tampaknya masih mencekam, hal itu dirasakan oleh semua warga di Desa Muara Ujung yang tampaknya masih belum tertidur pulas atas apa yang terjadi di luar rumah mereka.Tampaknya, desas-desus akan sesosok makhluk yang menjadi teror dan membuat semua orang di desa menjadi targetnya sudah sampai ke telinga mereka secara perlahan, apalagi ada empat orang yang selamat seperti Ali, Supri, Adi dan Tono yang semakin menguatkan desas-desus itu di para warga desa.Terlihat, seseorang yang tampak sedang duduk di depan rumah dengan pintu yang terbuka. Dia hanya duduk dengan tatapan kosong ke arah sebuah jalanan yang sepi tanpa berbicara apapun pada malam itu.Baju yang dia pakai dari tadi pagi belum sempat dia ganti, kesedihannya akan seorang anak yang harus kehilangan nyawanya masih terpancar dari wajahnya yang sedikit pucat.Dia hanya terduduk lesu, dengan pintu rumah yang terbuka sehingga membiarkan angin malam yang dingin masuk ke dalam rumahnya.Lampu-lampu lima wa

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   92-BENDA

    Deg, deg,Aku yang tertunduk tepat di depan batu yang menjadi sebuah penanda makam Satria tiba-tiba merasakan sesuatu yang ada di belakangku.Sebuah tekanan yang kuat muncul di sertai dengan hawa dingin yang menusuk kulit.Apalagi, pada saat itu aku mendengar sebuah suara dari Ayu yang memanggilku pada saat itu.‘Kenapa dia ada disini, bukannya dia ditahan oleh orang tua itu?’ gumamku.Hosh,Hosh,Hosh,Nafasku tiba-tiba berat ketika aku memikirkan sesuatu yang buruk yang langsung tersirat dari dalam kepalaku pada saat itu.‘Ja-jangan-jangan…’Aku langsung mengusap air mataku disana, perasaan sedih yang awalnya aku rasakan tiba-tiba berubah menjadi perasaan takut yang langsung muncul begitu saja dan menghilangkan semua kesedihan yang ada di depan makam Satria.Tubuhku seketika bergetar dengan hebat, aku yang sedang menunduk mau tidak mau harus menoleh ke arah belakang dimana asal suara itu berasal.Aku menjadi takut.Takut kepada anakku sendiri.Takut kepada Ayu.Takut kepada wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   93-DUA BATU

    Bab 93Sraaak, sraak,Di dalam kegelapan, tampak tebasan dari sebuah parang memotong semak-semak belukar yang menghalangi jalannya untuk dirinya berjalan.Dia tidak bisa mempercepat langkahnya pada saat itu, karena kedua tangannya membawa benda yang memperlambat langkah kakinya.Sebuah buku yang lumayan besar dia pegang di salah satu tangan kirinya, lalu di tangan kanannya sibuk menebas semak-semak oleh parang yang dia bawa dengan sekuat tenaga.Sebuah buku tua yang satria sembunyikan, buku yang tadi dia temukan di dekat sebuah bukit kecil yang berada di tengah hutan. Buku yang beberapa lembarannya sudah lapuk, namun ada sebuah tanda yang terbuat oleh kertas berwarna hitam sebagai penanda bahwa buku itu sudah pernah dibuka sebelumnya.Dia tidak merasa kesulitan menerobos semak-semak hutan yang gelap dengan duri-duri tajamnya yang mungkin saja bisa melukainya, karena di setiap langkah kakinya, ada sebuah cahaya senter kecil yang sengaja dia ikat di kepalanya menggunakan sebuah kulit po

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   94-TERBANGUN

    Aku yang sudah pasrah akan hidupku yang mungkin akan berakhir di tangan Ayu, tiba-tiba mendengar suara teriakan.ARGGGGGHHHHHHH!“SIAPA YANG MELEMPARKAN BENDA ITU KE ARAHKU?” kata Ayu yang tiba-tiba merasa kesakitan sambil mundur dan berteriak dengan sekencang-kencangnya.“Enyah kau dari dunia ini Iblis!”Ucok seketika berteriak sambil mengangkat parangnya juga buku tua yang sudah dia buka di atas tanah, buku tua tersebut membuat batu yang dia lemparkan ke arahku bersinar dengan terang, dengan warna hijau dan kuning keemasan sehingga Ayu seketika mundur sambil menutup matanya menjauhiku dan seketika menghilang di dalam kegelapan malam.Seketika, aku langsung menoleh ke arah Ucok. Aku dengan jelas melihat dirinya menatap Ayu dengan tatapan kemarahan yang memuncak. Tak lama, Ucok langsung berlari, membiarkan buku tua yang dia temukan itu terbuka secara lebar, dan menghampiriku setelah dia memastikan bahwa Ayu sudah tidak ada lagi disana.“Minah, kamu tidak apa-apa?” kata Ucok yang mende

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   95-TANGAN

    Krosak, krosak, krosak,“Di, tungguin gue, gue dah gak sanggup lari lagi!”Supri yang berlari di antara pepohonan hutan terlihat sangat kecapean, beberapa kali kakinya tersandung, belum lagi dengan luka lebam yang ada di tangan dan kakinya ketika menabrak pepohonan yang tinggi dan rimbun di tengah-tengah kegelapan malam, membuat langkah kakinya secara perlahan-lahan melambat.Sedangkan tiga orang lainnya masih berlari di depannya dengan wajah-wajah mereka yang pucat seperti sedang dikejar oleh sesuatu dari belakang.“Cepetan Supri gob*og, lu mau mati juga seperti orang-orang yang mengejar lu itu!” kata Adi yang berbalik dan menunggu Supri yang masih berlari untuk mendekati mereka semua.“Kenapa dia datang ya? Aku masih merinding kalau melihat tubuhnya yang penuh dengan benda tajam di tubuhnya.”“Apalagi, apalagi…”“Argggghhh!”“Kenapa sih lu malah dateng Yo, lu udah mati, kenapa lu muncul di depan kita?”Ali yang berada paling depan langsung kembali memalingkan muka, setelah melihat S

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   96-ASAL SUARA

    Ali yang merasakan bahwa pundaknya dipegang sesuatu hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa.Begitu juga dengan ketiga orang yang sedang bersembunyi di semak-semak hutan, mereka hanya menunduk dan tidak berani melihat apa yang terjadi disana.Mereka semua ketakutan, mereka tahu bahwa nyawa mereka tidak aman sekarang, sehingga mereka hanya berjongkok tanpa tahu bahwa yang memegang pundak tersebut adalah…“Seharusnya kalian berdiam diri saja dirumah, jangan kalian memaksakan diri kalian untuk mencari hal ini, karena ini berakibat fatal untuk kalian,” katanya dengan nada yang sedikit mengancam.Rupanya, seseorang yang dia temui di tengah hutan yang gelap itu adalah Bu Cucu.Entah bagaimana dia bisa sampai menemukan mereka, namun yang pasti hal itu membuat Ali yang tadinya ketakutan mendadak bertanya-tanya, bahkan dirinya merasa tidak percaya bahwa dia melihat Bu Cucu yang berjalan sendirian menghampiri mereka semua di tengah-tengah kegelapan malam.“Bu, Bu, Bu Cucu? Bu-bukanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06

Bab terbaru

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   EXTRA BAB-AKU (PENULIS)

    Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   110-WANITA TUA

    Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   109-PENJELASAN

    Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   108-PAGI TIBA

    Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   107-USAHA TERAKHIR

    Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   106-TENAGA YANG TERSISA

    ‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   105-PERLAWANAN

    Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   104-MUNCUL

    Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   103-KEMBALI

    Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad

DMCA.com Protection Status