Banyak yang tidak tahu, di dunia ini, tidak semua makhluk bisa diusir dengan mudah. Kuntilanak, pocong, tuyul, genderuwo, juga makhluk-makhluk lain yang hanya muncul dan menakut-nakuti manusia di sekitarnya. Namun, diluar sana, ada juga makhluk yang senantiasa datang dan meneror kita semua sehingga bisa saja para manusia itu menjadi korban. Apalagi, makhluk tersebut adalah sesuatu yang sudah ada dan menjadi suatu mitos yang kuat secara turun-temurun dari salah satu adat yang sudah berlangsung selama ribuan tahun lamanya. Makhluk-makhluk tersebut menjadi teror, sehingga mereka tidak bisa dimusnahkan dengan mudah, namun mereka hanya bisa dilemahkan dan ditaklukan, termasuk disimpan di dalam manusia yang bisa mengontrol makhluk tersebut di dalam dirinya agar tidak lepas kendali. Karena kalau tidak… Maka akan terjadi seperti yang terjadi yang aku alami sekarang. Hihihihi Hihihihi Suara dari sebuah tawa yang muncul di tengah malam menggema di sekitarku dengan Ucok pada waktu itu. Te
Brug Tubuhku kembali ambruk, setelah aku merasakan bahwa Ayu tiba-tiba muncul di belakangku secara tiba-tiba. Ucok yang pada waktu itu seperti dikelabui oleh dirinya pun tiba-tiba tersadarkan, dan dia merasa bingung ketika sebuah teriakan yang langsung diarahkan kepadanya membuat dirinya menggelengkan kepalanya beberapa kali bahkan memukul-mukul keningnya dengan salah satu tangannya. Seketika, aku melihat ke arah kiriku, dan disana terlihat Bu Cucu yang berjalan perlahan menghampiriku bersamaan dengan beberapa orang yang ada di belakangnya. Ali, Tono, Adi dan Supri yang terlihat kecapean karena mengejar Bu Cucu berlari kini berjalan dengan nafasnya yang terengah-engah. “Ucok!” Bu Cucu kembali berteriak, raut wajah yang penuh amarah terlihat dengan jelas. Sebenarnya dia tidak marah ke Ucok pada saat itu, namun dia marah terhadap Ayu yang lepas kontrol sehingga menimbulkan banyak korban yang ada di Desa Muara Ujung ini. “Kamu sudah sadar kan Cok, ku lihat kamu seperti sedang diper
Waktu malam terasa sangat lama, apa hanya pikiranku saja atau memang malam ini adalah malam yang panjang yang harus aku lalui dengan kejadian yang seharusnya tidak terjadi di Desa Muara Ujung ini.Aku meninggalkan Bu Cucu sendirian di pemakaman, bersamaan dengan tiga benda yang Satria sembunyikan disana.Ucok, aku serta empat orang lainnya berjalan menyusuri perkebunan yang becek dan berlumpur, sesuai dengan instruksi dari Bu Cucu yang dia bicarakan kepada kita semua.Awalnya aku ragu untuk meninggalkan Bu Cucu sendirian di sana, aku takut nasibnya akan sama dengan Pak Dani. Yang meninggal tepat di dekatku dengan tubuhnya yang tertancap oleh batang-batang pohon besar ketika sedang menyelamatkanku pada waktu itu.“Bang, bagaimana memberitahu warga agar malam ini mereka bisa pergi dari Desa Muara Ujung ini?”“Karena tidak mungkin mereka pergi begitu saja dari tanah harapan ini kan?” kata Ali yang berjalan mengikuti Ucok dan aku yang ada di depannya.HaaaahhhUcok menghela nafas panjang,
Aku berdiri di depan rumahku sekarang dengan perasaan yang bercampur aduk. Rumah yang berwarna putih dengan lampu lima watt nya yang menyala sepanjang malam.Kulihat, Ucok serta keempat orang itu kini berlarian pulang ke rumahnya, mencoba memberitahu kepada keluarganya agar mereka meninggalkan desa ini dengan segera.Aku masih melihat wajah-wajah panik mereka yang dicampur dengan mimik muka yang bingung karena harus berbicara apa kepada keluarga dan para tetangga mereka agar mereka bisa keluar dari desa ini dan meninggalkan semua yang sudah mereka perjuangkan selama tiga bulan lamanya.Ucok sudah mewanti-wanti bahwa mereka semua harus bisa membujuk semua orang yang ada di desa, memaksa mereka untuk keluar desa agar mereka selamat dari teror yang mengancam.Teror yang berawal dari keluargaku, teror yang nyatanya adalah anak tiriku sendiri yang awalnya aku sayang dengan sepenuh hati.Sambil memegang leherku yang masih berdarah, aku akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat situasi
Semua warga di desa yang tersisa tampak panik, mereka yang kini sudah tahu cerita yang sebenarnya langsung bergegas meninggalkan rumah.Meninggalkan semua barang-barang yang mereka simpan di dalam rumah, dan mengambil semua barang-barang yang bisa mereka bawa di tas-tas besar yang mereka jinjing.Ada yang terburu-buru berlari mengajak istri dan anak mereka, ada juga yang terdiam dan menangis ketika melihat rumah yang sudah mereka tempati selama tiga bulan ini untuk terakhir kalinya.Entah sudah jam berapa sekarang, hawa dingin yang menusuk kulit tidak membuat mereka menunggu hingga pagi tiba untuk berkumpul di ujung desa.Rasa sedih, rasa marah, rasa luka semuanya berkumpul menjadi satu di dalam hati mereka semua.Karena Desa Muara Ujung yang menjadi sebuah harapan untuk hidup dan menjadi kehidupan baru dengan segala latar belakang mereka di kampung halamannya, kini harus terusir karena suatu teror yang tidak bisa dihentikan begitu saja.Begitu pun juga denganku, rasanya sangat berat
Semua orang telah berkumpul di ujung sana, Ali, Adi, Tono, Supri juga Ucok terlihat sibuk dengan barang bawaan yang dibawa pada malam itu. Aku yang sadar bahwa Ayu juga Satria mempunyai hubungan denganku pada saat itu hanya bisa menyembunyikan diriku di dalam kerumunan warga yang berkumpul disana. Seketika orang-orang mulai berbisik-bisik, sesaat setelah melihat bahwa Ayu yang mereka lihat di hadapannya terlihat sangat berbeda. Setelah itu tatapan sinis sebagian orang disana tertuju padaku yang jelas mempunyai hubungan dengan Ayu dan Satria. Mereka hanya tahu bahwa nasib mereka di ujung tanduk apabila mereka berdiam diri secara terus-menerus di desa dengan teror yang terjadi di sekitar mereka. Aku hanya sedikit menjaga jarak dengan mereka, aku hanya menggelengkan kepala tanpa bisa menjawab ketika ada warga yang bertanya tentang Ayu pada saat itu. Semuanya berjalan lancar, bahkan mayat dari Ki Sakti dan Pak Dani sudah Ucok pindahkan ke pinggir jalan, dan tubuhnya ditutup dengan ded
Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad
Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal