Aku yang sudah pasrah akan hidupku yang mungkin akan berakhir di tangan Ayu, tiba-tiba mendengar suara teriakan.ARGGGGGHHHHHHH!“SIAPA YANG MELEMPARKAN BENDA ITU KE ARAHKU?” kata Ayu yang tiba-tiba merasa kesakitan sambil mundur dan berteriak dengan sekencang-kencangnya.“Enyah kau dari dunia ini Iblis!”Ucok seketika berteriak sambil mengangkat parangnya juga buku tua yang sudah dia buka di atas tanah, buku tua tersebut membuat batu yang dia lemparkan ke arahku bersinar dengan terang, dengan warna hijau dan kuning keemasan sehingga Ayu seketika mundur sambil menutup matanya menjauhiku dan seketika menghilang di dalam kegelapan malam.Seketika, aku langsung menoleh ke arah Ucok. Aku dengan jelas melihat dirinya menatap Ayu dengan tatapan kemarahan yang memuncak. Tak lama, Ucok langsung berlari, membiarkan buku tua yang dia temukan itu terbuka secara lebar, dan menghampiriku setelah dia memastikan bahwa Ayu sudah tidak ada lagi disana.“Minah, kamu tidak apa-apa?” kata Ucok yang mende
Krosak, krosak, krosak,“Di, tungguin gue, gue dah gak sanggup lari lagi!”Supri yang berlari di antara pepohonan hutan terlihat sangat kecapean, beberapa kali kakinya tersandung, belum lagi dengan luka lebam yang ada di tangan dan kakinya ketika menabrak pepohonan yang tinggi dan rimbun di tengah-tengah kegelapan malam, membuat langkah kakinya secara perlahan-lahan melambat.Sedangkan tiga orang lainnya masih berlari di depannya dengan wajah-wajah mereka yang pucat seperti sedang dikejar oleh sesuatu dari belakang.“Cepetan Supri gob*og, lu mau mati juga seperti orang-orang yang mengejar lu itu!” kata Adi yang berbalik dan menunggu Supri yang masih berlari untuk mendekati mereka semua.“Kenapa dia datang ya? Aku masih merinding kalau melihat tubuhnya yang penuh dengan benda tajam di tubuhnya.”“Apalagi, apalagi…”“Argggghhh!”“Kenapa sih lu malah dateng Yo, lu udah mati, kenapa lu muncul di depan kita?”Ali yang berada paling depan langsung kembali memalingkan muka, setelah melihat S
Ali yang merasakan bahwa pundaknya dipegang sesuatu hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa.Begitu juga dengan ketiga orang yang sedang bersembunyi di semak-semak hutan, mereka hanya menunduk dan tidak berani melihat apa yang terjadi disana.Mereka semua ketakutan, mereka tahu bahwa nyawa mereka tidak aman sekarang, sehingga mereka hanya berjongkok tanpa tahu bahwa yang memegang pundak tersebut adalah…“Seharusnya kalian berdiam diri saja dirumah, jangan kalian memaksakan diri kalian untuk mencari hal ini, karena ini berakibat fatal untuk kalian,” katanya dengan nada yang sedikit mengancam.Rupanya, seseorang yang dia temui di tengah hutan yang gelap itu adalah Bu Cucu.Entah bagaimana dia bisa sampai menemukan mereka, namun yang pasti hal itu membuat Ali yang tadinya ketakutan mendadak bertanya-tanya, bahkan dirinya merasa tidak percaya bahwa dia melihat Bu Cucu yang berjalan sendirian menghampiri mereka semua di tengah-tengah kegelapan malam.“Bu, Bu, Bu Cucu? Bu-bukanya
Banyak yang tidak tahu, di dunia ini, tidak semua makhluk bisa diusir dengan mudah. Kuntilanak, pocong, tuyul, genderuwo, juga makhluk-makhluk lain yang hanya muncul dan menakut-nakuti manusia di sekitarnya. Namun, diluar sana, ada juga makhluk yang senantiasa datang dan meneror kita semua sehingga bisa saja para manusia itu menjadi korban. Apalagi, makhluk tersebut adalah sesuatu yang sudah ada dan menjadi suatu mitos yang kuat secara turun-temurun dari salah satu adat yang sudah berlangsung selama ribuan tahun lamanya. Makhluk-makhluk tersebut menjadi teror, sehingga mereka tidak bisa dimusnahkan dengan mudah, namun mereka hanya bisa dilemahkan dan ditaklukan, termasuk disimpan di dalam manusia yang bisa mengontrol makhluk tersebut di dalam dirinya agar tidak lepas kendali. Karena kalau tidak… Maka akan terjadi seperti yang terjadi yang aku alami sekarang. Hihihihi Hihihihi Suara dari sebuah tawa yang muncul di tengah malam menggema di sekitarku dengan Ucok pada waktu itu. Te
Brug Tubuhku kembali ambruk, setelah aku merasakan bahwa Ayu tiba-tiba muncul di belakangku secara tiba-tiba. Ucok yang pada waktu itu seperti dikelabui oleh dirinya pun tiba-tiba tersadarkan, dan dia merasa bingung ketika sebuah teriakan yang langsung diarahkan kepadanya membuat dirinya menggelengkan kepalanya beberapa kali bahkan memukul-mukul keningnya dengan salah satu tangannya. Seketika, aku melihat ke arah kiriku, dan disana terlihat Bu Cucu yang berjalan perlahan menghampiriku bersamaan dengan beberapa orang yang ada di belakangnya. Ali, Tono, Adi dan Supri yang terlihat kecapean karena mengejar Bu Cucu berlari kini berjalan dengan nafasnya yang terengah-engah. “Ucok!” Bu Cucu kembali berteriak, raut wajah yang penuh amarah terlihat dengan jelas. Sebenarnya dia tidak marah ke Ucok pada saat itu, namun dia marah terhadap Ayu yang lepas kontrol sehingga menimbulkan banyak korban yang ada di Desa Muara Ujung ini. “Kamu sudah sadar kan Cok, ku lihat kamu seperti sedang diper
Waktu malam terasa sangat lama, apa hanya pikiranku saja atau memang malam ini adalah malam yang panjang yang harus aku lalui dengan kejadian yang seharusnya tidak terjadi di Desa Muara Ujung ini.Aku meninggalkan Bu Cucu sendirian di pemakaman, bersamaan dengan tiga benda yang Satria sembunyikan disana.Ucok, aku serta empat orang lainnya berjalan menyusuri perkebunan yang becek dan berlumpur, sesuai dengan instruksi dari Bu Cucu yang dia bicarakan kepada kita semua.Awalnya aku ragu untuk meninggalkan Bu Cucu sendirian di sana, aku takut nasibnya akan sama dengan Pak Dani. Yang meninggal tepat di dekatku dengan tubuhnya yang tertancap oleh batang-batang pohon besar ketika sedang menyelamatkanku pada waktu itu.“Bang, bagaimana memberitahu warga agar malam ini mereka bisa pergi dari Desa Muara Ujung ini?”“Karena tidak mungkin mereka pergi begitu saja dari tanah harapan ini kan?” kata Ali yang berjalan mengikuti Ucok dan aku yang ada di depannya.HaaaahhhUcok menghela nafas panjang,
Aku berdiri di depan rumahku sekarang dengan perasaan yang bercampur aduk. Rumah yang berwarna putih dengan lampu lima watt nya yang menyala sepanjang malam.Kulihat, Ucok serta keempat orang itu kini berlarian pulang ke rumahnya, mencoba memberitahu kepada keluarganya agar mereka meninggalkan desa ini dengan segera.Aku masih melihat wajah-wajah panik mereka yang dicampur dengan mimik muka yang bingung karena harus berbicara apa kepada keluarga dan para tetangga mereka agar mereka bisa keluar dari desa ini dan meninggalkan semua yang sudah mereka perjuangkan selama tiga bulan lamanya.Ucok sudah mewanti-wanti bahwa mereka semua harus bisa membujuk semua orang yang ada di desa, memaksa mereka untuk keluar desa agar mereka selamat dari teror yang mengancam.Teror yang berawal dari keluargaku, teror yang nyatanya adalah anak tiriku sendiri yang awalnya aku sayang dengan sepenuh hati.Sambil memegang leherku yang masih berdarah, aku akhirnya berjalan masuk ke dalam rumah. Melihat situasi
Semua warga di desa yang tersisa tampak panik, mereka yang kini sudah tahu cerita yang sebenarnya langsung bergegas meninggalkan rumah.Meninggalkan semua barang-barang yang mereka simpan di dalam rumah, dan mengambil semua barang-barang yang bisa mereka bawa di tas-tas besar yang mereka jinjing.Ada yang terburu-buru berlari mengajak istri dan anak mereka, ada juga yang terdiam dan menangis ketika melihat rumah yang sudah mereka tempati selama tiga bulan ini untuk terakhir kalinya.Entah sudah jam berapa sekarang, hawa dingin yang menusuk kulit tidak membuat mereka menunggu hingga pagi tiba untuk berkumpul di ujung desa.Rasa sedih, rasa marah, rasa luka semuanya berkumpul menjadi satu di dalam hati mereka semua.Karena Desa Muara Ujung yang menjadi sebuah harapan untuk hidup dan menjadi kehidupan baru dengan segala latar belakang mereka di kampung halamannya, kini harus terusir karena suatu teror yang tidak bisa dihentikan begitu saja.Begitu pun juga denganku, rasanya sangat berat
Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer
Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i
Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub
Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek
Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan
‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku
Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor
Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal
Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad