Share

BULAN

Penulis: BungaMatahari
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-16 15:43:13

Hari ini weekend ,libur harusnya. Tapi gak buat 2 IPA 3A mereka mendapat giliran mendesain dekor panggung untuk pementasan drama di auditorium. Meski Anggi lagi badmood parah dan kram nya makin parah, tetep dia harus ke auditorium. Karena benar aja, Bima udah disana lebih awal sambil melototin satu persatu anak IPA3A buat di cek satu satu. Bisa tebak lah kalo Sampek gak Dateng, gak cewek atau cowok , mungkin bakal digantung di tiang bendera. 

"Iih ada susu"

"Ambil satu satu, gausah rakus" 

"Dari siapa Bim"

"Bu Ratna" 

"Sama brownies juga??"

"Iyee .."

"Baik banget itu emank ibu pentas seni" 

Bima menatap setiap orang , mengamati sekali lagi orang orang yang datang . "Jangan bilang cuma Bulan yang belum Dateng" 

"Iya Bim. Cuma Bulan"

"Sialan banget tuh Anak" 

"Tahan emosi Bim" saran mawar. "ntar juga dateng" 

"Ah tu Dateng" Bulan dengan kuncir rambut dan kaos oblongnya datang bersama Elang, Bayu dan Angga. Anggi menatap lekat bagaimana tangan Bulan begitu leluasa melingkar di lengan Elang. 

"jadi? Udah go publik" bisik salah satu siswa dikelas kepada mawar. 

"Ya mana kutahu ... Go apa enggak juga sama aja mah mereka. Dah pada tau kalau pacaran" 

Satu kata yang sangat menusuk untuk Anggi. Anggi menarik nafasnya dalam dalam, sembari menahan keram perutnya. Hatinya seperti digiling giling. Kacau. 

"Pagi Bim" 

"Ngapain kalian ikut ikut Bulan? Jadi bodyguard nya sekarang?" 

"Ngaco lu, kita mau latihan pentas"

"Pentas? Lah kan gue mau ngedekor panggung!"

"Emank lu belum chat grup dari Bu Ana? Kalo seksi dekor cuma dikasih waktu jam 6-8 doang. Sama jam 8 malam ke atas buat dekor" Bima melotot, dia segera merogoh hapenya. Diikuti wajah kaget juga pada setiap muridnya. Ini memang cukup gak masuk diakal buat mereka, karena pasalnya Bu Ratna meminta dekor background pagung dipenuhi lukisan tangan. Sementara waktunya aja tinggal 4 hari lagi. 

"Sumpah jahat banget tuh guru pentas seni" celetuk Mawar sekali lagi. 

Panggung auditorium pun akhirnya dipenuhi gerutuan anak anak kelas. " udah diem, mendingan kita kerjain aja sekarang, kita punya waktu satu jam doang" 

"Bim? Jadi kita juga kudu ngerjain malam juga dong" 

"Itu dipikirin nanti"

"Bim kita tuh banyak tugas loh"

"Udah gue bilang dipikirin nanti, gausah banyak cingcong deh!!" 

"Sini gue bantu..." Suara Elang mengheningkan setiap gerutuan itu. "ayo ngga ,gas"

Bagas dan Angga saling tatap dan tersenyum. "Gitu dong" katanya hampir serempak. 

"Ini bukan karena lu ya Bim" Elang menatap Anggi , lalu memandang Bulan "gue gak akan bantu kalo bukan karena Bulan" 

"Terserah" 

Bagas tersenyum berbisik sama Bima "jelas banget dia mau ngebantu lu Bim" 

"Udah! Ayo mulai .. kita bagi tugas... Kelompok 1 , buat bagian area pertama udah gue tandain kan ya, kelompok 2 dan strnya. Oke.., Bagas , Elang, sama Angga. Ikut kelompok 1"

Semua tampak baik baik saja, tapi tidak untuk Anggi. Ia harus melihat Bulan dan Elang bersama. Melihat mereka bergurau dan berbincang. Menyakitkan. 

"Ayo nggi. Lu gak sehat?" 

"Ha? Iyaa . Perut gue keram banget. War"

"Diih. Gue bilangin juga gausah minum es, ngeyel lu.." 

Elang menipiskan penglihatannya pada Anggi, Elang termasuk  salah satu pendukung yang gak ngebiarin Anggi minum es pas lagi haid. Dan sekarang dia mendengar Anggi meminum es tanpa sepengetahuannya. Matanya seolah mengatakan ,awas nanti kamu. 

"Lang? Lu ngelamun?" 

"Apaan sih. Enggaklah" 

"Jelas lah liat aja. Lu gambarnya. Berantakan banget" 

"Yee itumah lu juga tau gue kagak bisa gambaaar. Lu kan tau gue dari dulu lan lan. Sama kayak Bagas sama Angga" 

"Ih Napa jadi bawa bawa gue" 

"Laa lu emank kan gak bisa ngambar "

"Hahahaha" Bulan hanya tertawa dengan pertengkaran mereka. 

Anggi sibuk menatap raut wajah Bulan yang sempurna, kulit putihnya yang bagus dan sangat cantik. Tampak sangat nyata dibinar matanya ia begitu mengagumi Elang. 

"Ya Allah Anggi!!" 

Anggi menoleh pada Mawar yang sudah berteriak atas namanya. "Sorry war" katanya tidak tau apa yang ia lakukan. 

"Hahahaha ketauan bgt , ngeliatin sape lu yee hihihi" 

"Emank gak boleh?"

"Terus gimana?" 

"Apanya?" 

"Pacaran mereka?"

"Mana gue tau" 

"Pacaran sih" 

"Tapi katanya bulan doang yang suka" Revi menambahi. 

"Ah masaa?"

"Lah dia kan cinta mati sama Kamila" melati tiba tiba nimbrung didekat kami. Kamila , kata yang gak akan asing untung siswa SMA Budi Utama. Perempuan yang ditemukan gak bernyawa di auditorium sini, banyak yang bilang dia ditemukan bersimbah darah. Ada yang bilang gantung diri. Pokoknya bagaimana dia ditemukan, masih jadi rahasia siswa siswa. Karena anak anak yang menemukan mayatnya memilih untuk bungkam seribu bahasa. 

"Kamila...Iyasih"

"Udah setahun yang lalu, pasti dah move on"

"Tapi ngeliatnya Elang ke Bulan sama Kamila tetep beda ya.."

"Eh btw, ada yg udah tau belum sebab kematian Kamila tuh apa? Gue penasaran"

"Hamidun"

"Serius?"

"Kalii"

"Ihh lu maah"

"Biasanya kan gitu"

Revi menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu berbisik pelan. Tapi cukup terdengar oleh Mawar, Anggi, dan Melati. "Tapi katanya dia jadi bahan Bullyan anak istimewa cewek"

"Serius? Kok?"

"Lu tau lahh... Aturan permainan mereka"

"Apa?" Anggi dengan polosnya bertanya. 

Mawar , Melati dan Revi serentak menatap Anggi. "Nggi, jangan bilang lu gak tau"

"Gak tau apa?"

"Iih lu mahh .."

"Gue tau lu itu terlalu fokus sama dunia lu, tapi jangan cuek cuek banget lah" 

"Iih napa jadi omongin gue... Jelasin aja Napa?"

"Mereka punya aturan buat gak kencan sama anak biasa, kayak kita gitu"

"Serius???!"

"Waah beneran baru tau nih anak. Anak istimewa cuma boleh pacaran sama anak istimewa"

"Hah? Serius? Kalo ngelanggar"

"Dibully lah, gimana sih"

"Kamila, setauku dia cewek kayak kita"

"Manknya itu dibully Anggi" 

"Emank Elang gak ngelindungi"

"Ngelindungi sihh banget, si ketua kita juga. Eh bukan cuma mereka berdua. Hampir semua anak istimewa cowok. Manknya ada yang heran, sebenarnya Kamila tuh meninggalnya beneran bunuh diri? Kalo bunuh diri karena di bully ttep janggal banget. Gue tau dulu gimana Elang lindungi Kamila sih. Gak ada yang berani macam macam. Jadi heran aja gue"

"Hemm..cuma Elang dan Bima yang tau. Tapi ada gosip juga, Kamila bunuh diri karena dimainin sama dua orang itu"

"Hmm masuk akal sih"

"Bisa ya kematian Kamila bisa bikin pecah , anak anak istimewa" 

"Mereka juga makin ganas" 

"Enak ya" suara bazz dari Bima membuat 5 gadis itu terperanjat. 

"Astagfirullah haladziimm" seruu Mawar dengan suara yang super keras. 

"Audzubillahiminas syaiton nirojimm" seru Anggi, membuat deru tawa siswa. 

"Wow lagi mau ruqyah Bu Haji" ledek salah satu siswa.

"Bisa bisanya waktu sedikit buat gosip"

"Maaf Bim" 

"Kalian berlima. . Luar biasa ratu gosipnya. Gosip ya nanti malam. Disini"

"Ah bimm" 

"Apa?!. Gak peduli gue!" 

Semua saling menatap lalu siku mawar menyenggol Anggi "Lu sih nggi"

"Ih kok gueee sih" 

"Udahlah nggi terima aja, mawar cuma lagi butuh orang buat disalahin" 

------

"Vi, beneran kita ke sekolah?" 

"Mau gimana lagi. . Noh liat si Bima dah ngancem ngancem di grup" 

"Sumpah ni orang jahat banget" 

"Maklum, Anak istimewa jadi suka suka dia"

"Tapi kalian cukup beruntung loh, paling enggak dia ngebuat kelas kalian kompak. Rata rata juga naik. Jadi kelas panutan lagi. Meski gak pinter banget rata ratanya"

"Sha , lu lagi muji apa ngejek sih" 

"Dua dua nya hahaha" 

"Elsha.. Elsha .. gue doain lu putus sama yoga" 

"Eh jangan nnti kita lagi yang repot kalo mereka putus" 

"Oh iyaaa... Meweknya ke kita"

"Hahahaha" Elsha hanya tertawa dan mawar gak berdaya. 

"Udah ayoo... Grabnya dah Dateng" ujar Revi sambil menarik Anggi masuk ke taxi, disusul Melati yang menggeret Mawar yang masih sensi sama Elsha. 

"Udah sih war, si Elsha didengerin" 

"Dari orok dia juga gitu. Masih aja diambil hati"

"Kagak ngii.. gue cuma sebel aja. Orang nyebelin kayak dia bisa gitu ada yang sukaaa. Yoga lagi!!! Ihh sedangkan lu ngii. Kagak ada" 

"Lah Gue lagi!! Elu kali war" 

"Sama ajaa" 

"Kagak ! Gue punya.." 

"Punya apa? Gak punya apa apa"

"Iya ... Puaskan?"

"Puaskan ?" Mawar tiba tiba tertawa. 

"Iya " 

Suara dering dari handphone Anggi membuat keheningan sementara. Dengan hati hati ia mengangkatnya, itu dari Elang, dan Anggi gak mungkin menunjukkannya disini. Ia memasukkan hapenya lagi tanpa mematikannya. 

"Dari siapa nggi?"

"Greater Jakarta"

"Jahh lu pinjol ngii?"

"Enggaklah!!" 

Mobil itu berhenti di sekolah SMA Budi utama. Si pak supir memasang raut wajah terheran bercampur takut. Revi menepuk pak supir. "Pak kembaliannya buat bapak ya" 

"Ma-kasih neng" 

"Jangan liat spion ya nanti kalo bapak puter balik" Revi mencoba mengerjai bapak sopir. 

Pak supir itu hanya diam dengan wajah setengah ketakutan, dan langsung tancap gas ketika semua sudah turun. 

Anggi mengeriyit pada Revi "Rev, lu ngerjain bapaknya ya" 

"Iyelaah hahaha, mumpung bapaknya ketakutan. Padahal kan kalo dicek asal kita juga jelas dikos mana. Ckckc bapak bapak" 

"Rev Rev, nanti kualat lohh.." 

"Udah , cepet deh ke auditorium. Katanya disana juga ada anak pentas . Yang jelas lebih rame ketimbang disini. Serem deh disini" Mawar menarik tangan Anggi. 

Sementara di dalam auditorium ternyata suasananya ramai, ada beberapa anak yang masih berlatih drama untuk pendalaman karakter. Disisi lain ada juga paduan suara yang masih berlatih. Auditorium di Budi Utama adalah yang terbesar di Jakarta. Jadi untuk melakukan beberapa aktivitas di satu ruangan masih memungkinkan. Ya kecuali aktivitas dekor dan drama yang latihannya memerlukan panggung. 

Lima gadis itu sudah melihat Bima duduk disana, melukis dengan sangat serius. Terlihat dari kaos dan celananya yang sebagian berbaur dengan cat. 

"Itu kaosnya Chanel kan?" 

"Kalo gue yang jadi emaknya Bima dah nangis darah war, itu kaos dibegituin" 

"Emak gue kaos 30 ribu aja kenak saos meraungnya kayak ape, ini kenak cat. Luar biasa" tambah Anggi. 

"Kalian udah dateng.. bagus.., ambil cat, terus sempurnakan aja bagian yang ada. Kalo yang lain udah mau pulang. Kita pulang aja" kata Bima, masih tak mau melihat ke arah kami. 

Anggi berjalan meraih kuas yang sudah tersedia. Di meja pojok panggung, perempuan itu melihat kaos seragam Bimasakti disana juga ada beberapa mangkuk makanan dan minuman. Bimasakti sama sekali gak pulang. Lelaki itu seharian menyelesaikan lukisan ini. Anggi ingat pagi tadi ia mendengar Bima memohon izin pada Bu Ratna agar beberapa siswa tetap melukis dekor panggung, meskipun ada latihan. Tapi Anggi gak menyangka Bima menyelesaikannya sendirian. 

"Bim.." Anggi duduk disamping Bima. 

"Nggi, bagian yang ini tolong diperbaiki" 

"Oke.." Anggi mulai mengerjakan dengan teliti apa yang disuruh Bima. Baru kali ini ia mencoba mengerjakannya dengan sungguh sungguh. "hemm jadinya kayak gini Bim"

"Ahh ya bagus. Pinter gambar juga kamu" 

"Iya dong. Aku di SMP pernah disuruh buat gambar organ mata sama guru Biologi. Hebat kan" 

"Buat mata doang"

"Organ Bim, pakek organ, bukan mata doang. Itu susah" 

"Terserah" 

"Bim"

"Apa"

"Eluu.. gak pulang?" 

Bima menatap Anggi "Pulang" jawabnya. 

"Ow ,kesini lagi tadi jam berapa"

"Barusan.." 

Berbohong. Anggi gak menyangka lelaki ini bisa berbohong, terhadap sesuatu yang bahkan gak akan merugikan siapapun kalau dia jujur. Bahkan mungkin dia bakal mendapatkan simpati atas apa yang dia lakukan. 

Bima yang jelas diamati terus oleh Anggi merasa risih, ia menolah ke Anggi memandangnya sinis sambil berkata "Gausah liatin gue begitu"

"Maaf" 

"Bisa bisanya ngamatin gue gitu. Belum pernah dicolok pakek kuas kayaknya mata lu"

Anggi tertunduk sambil kembali mengerjakan kerjaannya. 

"Ini perasaan gue aja, apa auditoriumnya emank makin ramee" Mawar nyeletuk sembari melihat kebelakang, mendengar obrolan yang emank terdengar makin intens. 

"Wiih ada anak basket kesini. Ngapain?"

"Udah ,gausah ribut sih. Kerja aja"

"Gila ... Gila... Bim Bim" suara bazz yang tampak berat. Membuat mereka kompak menghadap sumber suara. 

Seorang lelaki dengan pakaian basket, tersenyum sinis pada Bima. Sementara Bima yang sudah tau itu siapa, pada akhirnya mencoba mengabaikannya. 

"Ckckck kumpulannya sama cewek cewek sekarang. Gak nyangka jadi Banci sekarang" 

Bima masih tidak peduli. 

"Keparat emank nih anak dari dulu" 

Bima masih tak peduli. 

Lelaki itu mulai memuncak kan amarahnya "Jadi ini tempat lu sering ngewe sama Kamila"

"Anjing" Bima berseru sambil mematahkan alat lukisnya. 

Tapi sebelum ia maju, seseorang sudah mencengkik leher pria itu dari belakang, Elang. Mata Elang seperti orang yang siap membunuh siapa saja. "Gausah ganggu tempat kesukaan Kamila" katanya dengan nada santai. 

"Elang!!!!" Anak cowok mulai mendekat dengan cepat memisahkan tangan Elang dari leher lelaki itu sebelum ia mati. 

"Gila ya lu Lang!!!" Teriakan Septian mengema di Auditorium "Sadar!" Septian menampar keras wajah Elang, dan yang dia lakukan hanya tersenyum sinis pada Septian. 

Bulu kuduk Anggi benar benar merinding melihat semua itu terjadi didepan matanya. Sosok Elang yang jauh dari apa yang terlihat saat berada dihadapannya. 

"Mending lu pergi dari sini sebelum Elang bunuh lu deh" Bima kembali dengan emosinya yang stabil setelah melihat sikap Elang. "Dan lu El, lu juga sama aja ngotorin tempat kesukaan Kamila kalo lu ngelakuin hal rendahan gitu" 

Anggi melihat mata Elang yang justru membara kembali akibat perkataan Bima. Ia ingin maju, tapi langsung dihalangi Bulan dengan tubuhnya. Bulan dengan lembut menyentuh lengan Elang, mengusapnya dengan lembut untuk menenangkan Elang. 

"Calm down El, okay?" Katanya berbisik dengan lirih dan lembut. 

Bulan mengikat jemari jemari El pada jemarinya, membimbingnya keluar dari Auditorium. Seperti sebuah morfin yang menenangkan emosi Elang. 

"Sumpah bulu kuduk gue merinding" celetuk Mawar, yang kemudian mengusap lengan lengannya sendiri. 

Bima menatap empat gadis dipanggungnya yang terlihat takut dan lelah. Ia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul satu. "Diterusin besok lagi aja. Kalian kesini gak naik motor kan?"

"Enggak"

"Bagus, gue anter kalian pulang" 

"Berlima Bim?" 

"Lu bawa Alphard?"

"Enggak, gue bawa Ferarri"

"Lah ya satu mau ditaroh mana? Knalpot" 

"Ni Melati ato Anggi, cocok taroh knalpot"

"Lu war yang cocok taroh knalpot" timpal Bima yang membuat Revi , Melati dan Anggi ngakak seketika. 

"Iih"

"Mawar nanti sama Septian, yang lain Ama gue" 

"Ihh, gue doang sama Septian?" 

"Kenapa gak suka? Gak yakin gue, lu gak suka"

"Ya Jelasss lah ,cuma berdua gitu. sukaa banget"

"Dasar ganjen, .. udah gue bilangin berkali kali... Ngepens ngepens tapi kagak usah keliatan genitnya. Awas aja kalo pas keluar dari mobil, Septian langsung mukanya ketakutan gara gara lu godain" Anggi nerocos gak karuan. Ditimplin mawar dengan berpura pura nerocos. 

Bima dengan cepat, memasukkan semua pakaiannya dengan cepat ke tas. 

Setelah berbenah. Mereka berjalan keluar ruangan. 

"Tangannya dibersihin dulu Bim..." Bima menatap tangannya yang sudah gak berbentuk, penuh dnegan cat. 

 Anggi menuangkan minyak kayu putih diatas kapas lalu memberikannya pada Bima "Ini pakek minyak kayu putih, biar cepet ilangnya. Di totol totolin" 

"Oh.." Bima dengan polos mengikuti arahan Anggi. Hingga tangannya tidak terlalu banyak cat. 

"Dilanjut nanti aja dirumah. Nanti pakaiannya digosok pakek bensin Bim" 

"Iya .." 

"Bima..." Suara bazz yang menawan, siapa lagi kalo bukan Septian. Pria itu menatap Bima dan Anggi bergantian tanpa kata kata. Lalu kembali bertanya. "Ada apa? Miscall gue" 

"Anterin tuh Mawar, ke kos.an. ntar lu nurut aja jalan gue" 

"Mawar? Siapa?" 

"Gue..." Kata mawar menunjuk dirinya sendiri. 

"Oh oke .. mawar aja?"

"Yang lain biar di mobil gue aja" 

"Oke..., Nanti jadikan nginep tempat gue" 

"Iya" 

"Sip, ayo war..." 

"Okeee." Mawar mengikuti Septian seperti itik kecil yang mengikuti induknya. 

"Mudah mudahan Septian gak tau mawar ngefens sama dia"

"Kenapa?" Tanya Revi spontan.

"Playboy, tapi incerannya bukan anak sini. Jadi jarang yang tau" 

"Oo, pantes... Paling ramah diantara anak anak istimewa" tambah melati spontan. 

Bab terkait

  • SECRET KAMILA   AMARAH

    Elang melahap semua makanannya dengan semangat, sementara Bulan hanya menatapnya. Tak percaya bahwa satu jam lalu lelaki ini baru saja hampir membunuh seorang lelaki seperti iblis. Elang menatap makanan Bulan yang masih utuh dan tidak tersentuh sama sekali. "Kok gak dimakan?" "Liat lu makan aja udah kenyang gue" "Oke. Buat gue ya" "Sana .." Bulan menggeser mangkok makanannya ke depan Elang. "Habis ini mau kemana?" "Pulanglah" Mendengar kalimat itu, perasaan Bulan berubah jadi tidak enak. Rumah, menurut sebagian orang mungkin tempat yang menyenangkan. Tapi itu tidak pernah terpikirkan dalam benak Bulan. Rumah itu seperti kuburan baginya. "Gue nginep tempat lu ya" "Iih ogah" "Ah" "Lu tuh dah enak ya. Gak ada siapa siapa dirumah lu. Ngapain malah pulang ke rumah gue?. Lu tau kan rumah gue kayak gimana" "Yaudah, lu nginep tempat gue ya" Elang me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-20
  • SECRET KAMILA   LUKA

    "aaagrhh sialan lu Ian!! Bisa gak sih ati ati dikit. Anjing! Mending gue diobatin Anggi aja.." "Sabar El..." Anggi mencoba menenangkan El, yang masih kesakitan. Berjongkok sembari memandang wajah Elang yang kesakitan. "Anggi ..." "Sabar Napa ahh... Lu sama bokap lu dipukulin pakek apa sih. .." ujar Bagas yang ikut mengobati Elang. "Cuma pakek tongkat baseball" "Anjir!!" Ucap Septian spontan. "Lu kalo buat masalah mending gausah pulang... Lu cari mati ya... Pulang pas buat masalah!" Bagas akhirnya mengomel, setelah ia coba menahannya "El..." "Ya sayang..." Dan pada akhirnya, Elang hanya mendengarkan omongan Anggi. Bagas yang emosi, menepuk punggung Elang. Membuat lelaki itu terperanjat lagi karena rasa sakitnya. "Mampos lu!!" Seru Bagas dengan semangat. "Bagas!!!" Anggi dan Elang dengan serempak memanggil lelaki itu. Anggi karena kasian dengan rasa sakit Elang, sementar

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • SECRET KAMILA   BIMASAKTI

    "Anggi dari mana sih?" Ujar Mawar senewon pada Anggi. Diikuti pandangan dari semua anak dikelasnya. "Sorry, tadi ada urusan bentar" "Emank urusannya penting banget?" "Maaf Bim" "Kalo mau ibadah di masjid, ingat sikon dulu. Kita itu lagi diburu buru" Bulan mencoba menambahi. "Diem lu Lan. Lu juga sama aja tukang telat! Cuma gara gara lu anak istimewa aja gak ada yang nyerca lu" Bima kemudian menatap Anggi "jadi orang harusnya tau diri. Bisa tanggung jawab sedikitlah. Kalo lu gak punya otak. Paling gak bisa tanggung jawab""Maaf Bim" "Yaudah cepet. . ,Besok lu bantu gue buat finishing akhir" "Hah?" "Hah heh hah heh.. kerja!!" Anggi dengan cepat berlari menghampiri Mawar dan kawan kawannya. Revi menatap sewot ke arah Mawar. "Lu sii war... Lu tau kan dari tadi si Bima lagi up..." "Up?" "Maksudnya badmood, up ditambahin"

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • SECRET KAMILA   GOSIP

    "Sore Mawar" "Eh Ian" Mawar tersenyum dengan simpul sempurna pada lelaki itu. Membuat Melati dan Revi saling pandang. "Habis ngerjain panggung?" "Iya .., Septian ngapain disini?" "Mau ketemu Bima" "Ouw.." "Mawar, Mawar ada acara malem Minggu nanti?" "Enggak" "Ada!!" Revi dan Melati kompak membantah omongan Mawar. Dua perempuan itu melotot ke Mawar. "Oh iya .. ada lupa... Mau nonton sama Revi sama Melati , Anggi juga . ke bioskop" "Owhh.. yaudah kalo gitu. Lain kali aja. Nanti malam aku telepon ya" "Siapp..." "Daaa..." "Dada" "Apa apaan ni war" "Gak ada apa apa" "Perasaan barusan e

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-11
  • SECRET KAMILA   OKSIGEN

    "Gue tau lu emank gak suka di samping gue. Tapi gausah keliatan banget begitu" Anggi hanya menatap Bimasakti, bibirnya sedikit ia naikkan sebagai respon apa yang cowok itu katakan padanya. "Enggak" "Enggak apa?! Enggak salah!?" Anggi masih menatap lelaki itu, ia gak habis pikir bagaimana Bimasakti bisa terus-terusan memiliki nada dan tampang yang selalu galak dihadapan orang lain. Apa Bimasakti gak pernah tertawa atau sekali kali lelah dengan sikap galaknya itu. "Lu itu gak pernah senyum ya?" Wajah bima mendadak bingung, ia hanya bisa merespon dengan kata "Hah?" "Lu itu gak pernah senyum?!!" Anggi kini mengulangi lagi dengan nada yang ia naikkan. "Lu berani teriak teriak ke gue!!" "Sorry!! Habis.. lu Hah, gue kirain gak denger" "Emank gue budek!" "Oke oke. Gue yang salah. Bima memang selalu benar. Anak istimewa selalu benar. Enaknya jadi anak orang kaya ya bim" Bima diam sesaat, i

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • SECRET KAMILA   ELANG

    Elang menatap lurus pada ring basket, setiap keheningan mulai tercipta. Dadanya yang masih berdegup cepat itu harus ia buat tenang segera. Ia memejamkan matanya, mencoba menenangkan dirinya. Tidak bisa. Matanya mulai menyusuri kerumunan manusia yang menatapnya, memberi support padanya. Menemukan morfin yang tepat untuknya. Hingga dengan cepat, degup itu berubah jadi begitu tenang. Ia melemparnya, satu shoot darinya membuat SMA Budi Utama kembali membawa juara basket antar SMA dijakarta. Semua memeluk tubuhnya, sementara matanya tertuju pada gadis imut yang selalu menjadi morfin untuknya. "ELANG! ELANG! ELANG" sorak namanya mengema seantero gedung. Ia memejamkan mata, menikmati setiap kesuksesan dan hiruk pikuk yang memujanya. Basket adalah satu bagian dimana orang orang betul memujanya tanpa topeng. Karena itu Elang selalu menyukainya. Seorang gadis berkuncir satu berlari kecil menghampiri Elang, memberikan sebuah bunga mawar, ungkapan selamat atas keberhasilannya. "Selamat" k

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14
  • SECRET KAMILA   LUKA LARA

    "Assalamualaikum mbak indah" "Waalaikumsallam Anggii" Mbak indah memeluk erat gadis mungil itu "makin kecil aja kamu nggi" "Iih mbakk" "Iy bawaanya berat berat terus sih, manknya tambah kecil" "Satu lagi nih ikut ikut" Elang memeluk erat mbak indah sangat lama, seolah olah ia gak ingin melepaskan perempuan yang dari kecil merawatnya itu. "Mbak aku bawain buah ini, kata dokter tadi susah makan ya..." "Kok repot repot sih tuan" "Soalnya mbak gak mau makan. Mbak harus makan" "Iya iya" "Sini, aku suapin" Elang dengan telaten menyuapi buah buah itu, Anggi selalu terharu saat Elang mulai menunjukkan sisi kedewasaannya yang ini. Ia merapikan rambut mbak indah yang berantakan. Lalu sekali lagi memberikan buah kedalam mulutnya. "Gimana tuan, sekolahnya hari ini?" "Aku menang basket mbak" "Gak buat ulah lagi kan?" "Elang gak buat ulah? Mana bisa sih mbak" "Elang..." "Mbak, si ukhti ini cupu. Dia gak pernah pergi kemana mana selain ke masjid sama perpustakaan. Gak bakal t

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16

Bab terbaru

  • SECRET KAMILA   OKSIGEN

    "Gue tau lu emank gak suka di samping gue. Tapi gausah keliatan banget begitu" Anggi hanya menatap Bimasakti, bibirnya sedikit ia naikkan sebagai respon apa yang cowok itu katakan padanya. "Enggak" "Enggak apa?! Enggak salah!?" Anggi masih menatap lelaki itu, ia gak habis pikir bagaimana Bimasakti bisa terus-terusan memiliki nada dan tampang yang selalu galak dihadapan orang lain. Apa Bimasakti gak pernah tertawa atau sekali kali lelah dengan sikap galaknya itu. "Lu itu gak pernah senyum ya?" Wajah bima mendadak bingung, ia hanya bisa merespon dengan kata "Hah?" "Lu itu gak pernah senyum?!!" Anggi kini mengulangi lagi dengan nada yang ia naikkan. "Lu berani teriak teriak ke gue!!" "Sorry!! Habis.. lu Hah, gue kirain gak denger" "Emank gue budek!" "Oke oke. Gue yang salah. Bima memang selalu benar. Anak istimewa selalu benar. Enaknya jadi anak orang kaya ya bim" Bima diam sesaat, i

  • SECRET KAMILA   GOSIP

    "Sore Mawar" "Eh Ian" Mawar tersenyum dengan simpul sempurna pada lelaki itu. Membuat Melati dan Revi saling pandang. "Habis ngerjain panggung?" "Iya .., Septian ngapain disini?" "Mau ketemu Bima" "Ouw.." "Mawar, Mawar ada acara malem Minggu nanti?" "Enggak" "Ada!!" Revi dan Melati kompak membantah omongan Mawar. Dua perempuan itu melotot ke Mawar. "Oh iya .. ada lupa... Mau nonton sama Revi sama Melati , Anggi juga . ke bioskop" "Owhh.. yaudah kalo gitu. Lain kali aja. Nanti malam aku telepon ya" "Siapp..." "Daaa..." "Dada" "Apa apaan ni war" "Gak ada apa apa" "Perasaan barusan e

  • SECRET KAMILA   BIMASAKTI

    "Anggi dari mana sih?" Ujar Mawar senewon pada Anggi. Diikuti pandangan dari semua anak dikelasnya. "Sorry, tadi ada urusan bentar" "Emank urusannya penting banget?" "Maaf Bim" "Kalo mau ibadah di masjid, ingat sikon dulu. Kita itu lagi diburu buru" Bulan mencoba menambahi. "Diem lu Lan. Lu juga sama aja tukang telat! Cuma gara gara lu anak istimewa aja gak ada yang nyerca lu" Bima kemudian menatap Anggi "jadi orang harusnya tau diri. Bisa tanggung jawab sedikitlah. Kalo lu gak punya otak. Paling gak bisa tanggung jawab""Maaf Bim" "Yaudah cepet. . ,Besok lu bantu gue buat finishing akhir" "Hah?" "Hah heh hah heh.. kerja!!" Anggi dengan cepat berlari menghampiri Mawar dan kawan kawannya. Revi menatap sewot ke arah Mawar. "Lu sii war... Lu tau kan dari tadi si Bima lagi up..." "Up?" "Maksudnya badmood, up ditambahin"

  • SECRET KAMILA   LUKA

    "aaagrhh sialan lu Ian!! Bisa gak sih ati ati dikit. Anjing! Mending gue diobatin Anggi aja.." "Sabar El..." Anggi mencoba menenangkan El, yang masih kesakitan. Berjongkok sembari memandang wajah Elang yang kesakitan. "Anggi ..." "Sabar Napa ahh... Lu sama bokap lu dipukulin pakek apa sih. .." ujar Bagas yang ikut mengobati Elang. "Cuma pakek tongkat baseball" "Anjir!!" Ucap Septian spontan. "Lu kalo buat masalah mending gausah pulang... Lu cari mati ya... Pulang pas buat masalah!" Bagas akhirnya mengomel, setelah ia coba menahannya "El..." "Ya sayang..." Dan pada akhirnya, Elang hanya mendengarkan omongan Anggi. Bagas yang emosi, menepuk punggung Elang. Membuat lelaki itu terperanjat lagi karena rasa sakitnya. "Mampos lu!!" Seru Bagas dengan semangat. "Bagas!!!" Anggi dan Elang dengan serempak memanggil lelaki itu. Anggi karena kasian dengan rasa sakit Elang, sementar

  • SECRET KAMILA   AMARAH

    Elang melahap semua makanannya dengan semangat, sementara Bulan hanya menatapnya. Tak percaya bahwa satu jam lalu lelaki ini baru saja hampir membunuh seorang lelaki seperti iblis. Elang menatap makanan Bulan yang masih utuh dan tidak tersentuh sama sekali. "Kok gak dimakan?" "Liat lu makan aja udah kenyang gue" "Oke. Buat gue ya" "Sana .." Bulan menggeser mangkok makanannya ke depan Elang. "Habis ini mau kemana?" "Pulanglah" Mendengar kalimat itu, perasaan Bulan berubah jadi tidak enak. Rumah, menurut sebagian orang mungkin tempat yang menyenangkan. Tapi itu tidak pernah terpikirkan dalam benak Bulan. Rumah itu seperti kuburan baginya. "Gue nginep tempat lu ya" "Iih ogah" "Ah" "Lu tuh dah enak ya. Gak ada siapa siapa dirumah lu. Ngapain malah pulang ke rumah gue?. Lu tau kan rumah gue kayak gimana" "Yaudah, lu nginep tempat gue ya" Elang me

  • SECRET KAMILA   BULAN

    Hari ini weekend ,libur harusnya. Tapi gak buat 2 IPA 3A mereka mendapat giliran mendesain dekor panggung untuk pementasan drama di auditorium. Meski Anggi lagi badmood parah dan kram nya makin parah, tetep dia harus ke auditorium. Karena benar aja, Bima udah disana lebih awal sambil melototin satu persatu anak IPA3A buat di cek satu satu. Bisa tebak lah kalo Sampek gak Dateng, gak cewek atau cowok , mungkin bakal digantung di tiang bendera."Iih ada susu""Ambil satu satu, gausah rakus""Dari siapa Bim""Bu Ratna""Sama brownies juga??""Iyee ..""Baik banget itu emank ibu pentas seni"Bima menatap setiap orang , mengamati sekali lagi orang orang yang datang . "Jangan bilang cuma Bulan yang belum Dateng""Iya Bim. Cuma Bulan""Sialan banget tuh Anak""Tahan emosi Bim" saran mawar. "ntar juga dateng""Ah tu Dateng" Bulan dengan kuncir rambut dan kaos oblongny

  • SECRET KAMILA   LUKA LARA

    "Assalamualaikum mbak indah" "Waalaikumsallam Anggii" Mbak indah memeluk erat gadis mungil itu "makin kecil aja kamu nggi" "Iih mbakk" "Iy bawaanya berat berat terus sih, manknya tambah kecil" "Satu lagi nih ikut ikut" Elang memeluk erat mbak indah sangat lama, seolah olah ia gak ingin melepaskan perempuan yang dari kecil merawatnya itu. "Mbak aku bawain buah ini, kata dokter tadi susah makan ya..." "Kok repot repot sih tuan" "Soalnya mbak gak mau makan. Mbak harus makan" "Iya iya" "Sini, aku suapin" Elang dengan telaten menyuapi buah buah itu, Anggi selalu terharu saat Elang mulai menunjukkan sisi kedewasaannya yang ini. Ia merapikan rambut mbak indah yang berantakan. Lalu sekali lagi memberikan buah kedalam mulutnya. "Gimana tuan, sekolahnya hari ini?" "Aku menang basket mbak" "Gak buat ulah lagi kan?" "Elang gak buat ulah? Mana bisa sih mbak" "Elang..." "Mbak, si ukhti ini cupu. Dia gak pernah pergi kemana mana selain ke masjid sama perpustakaan. Gak bakal t

  • SECRET KAMILA   ELANG

    Elang menatap lurus pada ring basket, setiap keheningan mulai tercipta. Dadanya yang masih berdegup cepat itu harus ia buat tenang segera. Ia memejamkan matanya, mencoba menenangkan dirinya. Tidak bisa. Matanya mulai menyusuri kerumunan manusia yang menatapnya, memberi support padanya. Menemukan morfin yang tepat untuknya. Hingga dengan cepat, degup itu berubah jadi begitu tenang. Ia melemparnya, satu shoot darinya membuat SMA Budi Utama kembali membawa juara basket antar SMA dijakarta. Semua memeluk tubuhnya, sementara matanya tertuju pada gadis imut yang selalu menjadi morfin untuknya. "ELANG! ELANG! ELANG" sorak namanya mengema seantero gedung. Ia memejamkan mata, menikmati setiap kesuksesan dan hiruk pikuk yang memujanya. Basket adalah satu bagian dimana orang orang betul memujanya tanpa topeng. Karena itu Elang selalu menyukainya. Seorang gadis berkuncir satu berlari kecil menghampiri Elang, memberikan sebuah bunga mawar, ungkapan selamat atas keberhasilannya. "Selamat" k

DMCA.com Protection Status