Sarah mempersilahkan Leo masuk sebagai sopan santun karena telah diantar pulang olehnya. Menyuruh Leo duduk sementara ia memanggil pelayan untuk membuatkan minuman. Ia ikut duduk di samping Rebecca untuk menemani mereka mengobrol."Apa tidak masalah aku main ke sini Tante?" Leo bertanya karena ia yakin sang Miliarder tidak akan mengizinkan ia menginjakkan kakinya di mansion ini sebelum ia mengajak Leo berbicara secara pribadi."Tentu tidak akan ada masalah Leo, kamu adalah tamu kami tentu harus kita jamu." ucap Sarah dengan sikap yang sopan dan sangat ramah.Leo mengangguk lalu ia menatap ke arah Rebecca. "Are you having a great time today?" tanya Leo pada Rebecca hang sedikit canggung di depannya. Ia tahu Rebecca merasa khawatir papanya akan pulang kapan saja dan ia takut akan reaksi papanya pada Leo.Sebenarnya bukan suatu kebetulan Leo berada di pusat perbelanjaan itu, ia telah menyuruh seseorang membuntuti Rebecca, ia juga sengaja mengantar Rebecca pulang agar bisa bertemu dengan
Ini adalah hari pernikahannya. Rebecca selalu membayangkan hari pernikahannya dengan berbagai versi dan ini lebih dari seperti yang dibayangkannya karena hari ini ia merasa sangat luar biasa bahagia. Setelah satu bulan yang terasa lambat, akhirnya mereka berhasil menyelesaikan persiapan untuk menikah dan di sinilah ia berada di samping pria yang akan menghabiskan hidup bersamanya selamanya. Berjanji setia sehidup semati dan juga membagi bahagia dan kesedihan bersama.Rebecca memandang Leo, pria yang sangat dicintainya tampak sangat tampan saat ini. Ia memakai tuxedo putih serasi dengan gaun putih Rebecca membuat mereka seperti pangeran dan putri di negeri dongeng "Are you nervous?" tanya Leo meraih tangan Becca di sampingnya.Rebecca menoleh dan melihat Leo sedang menatapnya. Ia menggeleng dan tersenyum pada suaminya. Ya mereka baru saja menikah beberapa menit yang lalu dan resmi menjadi sepasang suami istri. "I'm not nervous, i'm very happy." Rebecca mengenggam jalinan jari tangan
Leo bernapas berat, bahunya bergetar naik turun seiring dengan napasnya yang cepat dan pendek. Ia menatap wajah cantik Rebecca yang tampak tidak berdaya di depannya."Shit! Fuck!" Mengapa tatapan tidak berdaya itu terasa merobek hatinya, menyayatnya pelan dan teratur sampai ia merasa sakit yang membuat sesak di tubuhnya.Ya ia telah berhasil membawa Rebecca ke kota kekuasaannya, di mana ia memperluas jaringan bisnisnya dan menjadi kuat seperti sekarang. Ia bahkan berhasil mengakusisi perusahaan paling kuat setelah perusahaannya meski dengan cara yang sangat kotor. Semua demi membalas dendamnya pada keluarga Rebecca yang sudah mengakar di dirinya. Namun yang ia tidak ketahui sebagian dirinya mencoba berkhianat ketika berhadapan dengan makhluk cantik di depannya. Jantungnya selalu serasa terhenti ketika Rebecca menyentuhnya. Seperti ketika ia mencium pipinya atau secara tidak sengaja tubuh mereka bersentuhan. Sentuhannya membuat dirinya seperti dialiri aliran listrik yang liar, menyeng
Rebecca membeku, wajahnya memucat ketika ia menggeleng panik. Namun dengan kecepatan yang luar biasa tangan Leo menjambak rambut Rebecca dan menariknya untuk tunduk atas perintahnya."Katanya kamu mencintaiku dan ingin menyelamatkan keluargamu! Atau itu hanya ucapan kosong darimu saja Becca?" Leo mendengus kasar menatap Rebecca yang menggeleng dengan wajahnya yang pucat. "Kau ingin menyelamatkan keluargamu! Jalankan kewajibanmu pada suamimu sekarang!" Leo membentak Rebecca yang terpaku diam.Wajah Leo menatapnya dengan ekspresi membiarkan ia berpikir sejenak untuk mengambil keputusannya.Setelah beberapa saat akhirnya tangan Rebbeca terangkat, dengan ragu ia menyentuh milik Leo. Tangannya begitu gemetar ketika pertama kalinya ia merasakan milik suaminya yang begitu keras berada di genggamannya. Belum lagi mata Leo yang menatapnya lekat dari atas mengawasinya."Gunakan mulutmu untuk memuaskanku! Lakukan kewajibanmu!" Leo menarik rambut Rebecca mendekat sehingga mulut cantik itu berada
"Jangan," Rebecca menolak lemah, tatapan jijik Leo yang melecehkan, membuat Rebecca berani untuk menolak perintahnya."Apa kamu lupa our little arrangement Becca! Kamu tidak memiliki hak untuk menolak di sini!" Leo menangkup rahang Rebecca dengan satu tangannya."Leo please, jangan kasar!" Rebecca meraih tangan Leo dan mengenggamnya lembut, namun Leo menaik tangannya terlepas dari genggaman Rebecca. Hampir saja Leo melemah dan tidak lagi bersikap kasar, namun ketika di saat yang sama sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Rebecca amarah Leo kembali menjadi.Tertera nama daddy di layarnya.Leo membuang pandangannya ketika membaca nama yang tertera di layar ponsel Rebecca. Ia merasa jijik berdekatan dengan putri dari orang yang menghacurkan keluarganya."Apa kau tuli, angkat telepon itu! Hilang sudah minatku melihatmu, dasar jalang keturunan keluarga laknat!" Leo segera berbalik menuju pintu, dan pergi sejauh-jauhnya dari ruangan itu. Menghapus airmatanya Rebecca mengangkat panggilan
Leo tidak pernah merasa sefrustrasi ini. Ia tidak bisa menyentuh wanita lain tanpa memikirkan Rebecca. Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh Rebecca padanya. Rasa frustrasi membuat Leo membenci Rebecca. Ia batal menginap di hotel dan memutuskan kembali ke Penthouse-nya. Ia melihat lampu kamar Rebecca telah padam. Ya memang sekarang sudah hampir pukul 3 pagi waktu setempat, tentu jalang itu sudah terlelap dari tadi.Di antara pintu kamar Rebecca ia berhenti, memutuskan apa yang hendak dia lakukan. Menerobos masuk untuk meluapkan gairahnya pada gadis itu atau berjalan lurus menuju kamarnya sendiri.Pilihan keduanya lah yang ia ambil, dengan langkah lebar ia berlalu menuju kamarnya dan membanting pintunya dengan sangat keras.***Rebecca sudah bangun sejak tadi dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan saat Leo datang Rebecca berdiri menunggu ia duduk di meja makan."Aku sudah menyiaplam makan pagi jika kamu ingin makan pagi lebih dulu." ucap Rebecca setengah menunduk, ia masih khawa
Leo harus menahan dirinya untuk tidak menghancurkan kamar Rebecca ketika ia menarik paksa istrinya kembali ke kamarnya."Apa kamu harus menjadi jalang juga pada putra senator kota ini?" Leo mendesis, geram melihat kedekatan Rebecca dan Allen Burke tadi di pesta mereka. "A-aku tidak begitu!" ucap Rebecca berani membantah tuduhan suaminya."Ya kau seperti itu jalang!" Leo hampir saja mencekik leher Rebecca yang putih dan begitu mulus. Ia lalu mengepalkan tangannya, menahan dirinya menghancurkan leher istrinya."Dengarkan aku Leo, aku tidak melakukan apa-apa dengan Allen!" Rebecca bergumam sangat lirih, namun mendengar gadis itu menyebut nama putra senator sekasual itu membuat amarah Leo menggelegak sampai ke kepalanya."Terkutuk kau Becca!" Leo menarik gaun merah Rebecca sampai terlepas yang membuat semua pria di ruangan tadi terkesima olehnya. Bahkan dirinya sendiri sejak di ruang dressing ballroom sudah ingin meletakkan tangannya di seluruh gaun merah ketat itu dan meraba apa yang ad
Leo menekan paha Rebecca lebar-lebar dan mendorong kejantanannya masuk ke celah basah Rebecca. Leo menggerung merasakan kenikmatan luar biasa ketika menerobos tubuh Rebecca dan menjadi pria pertama yang memiliki dirinya.Rebecca merintih, pelan ketika merasakan dirinya terobek berkeping-keping di bawah tubuh Leo. Mendengar rintihan Rebecca, Leo terdiam sebentar di dalam tubuh Rebecca membiarkan gadis itu terbiasa dengan ukurannya. "Tahan sakitnya sebentar, ini akan menjadi nikmat untukmu!" Leo berbisik parau lalu melumat bibir Rebecca meredam rintihan gadis itu. Satu tangan Leo menahan beban tubuhnya sementara tangan yang lain mengusap dan memilin puting Rebecca berusaha mengalihkan rasa sakitnya dengan sensasi nikmat yang diberikan lewat sentuhan tangannya.Setelah rintihan Rebecca berubah menjadi desahan, Leo menarik dirinya keluar dan kembali mendorong kejantanannya masuk dengan kuat. Leo merasakan kenikmatan yang luar biasa mencengkramnya. Rebecca begitu ketat dan rapat membuatn
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa