Rebecca turun sebelum papanya duduk di meja makan. Ia memasak tomato omelette kesukaan papanya dan meminta para pelayan mempercepat menaruh hidangan lain untuk makan pagi ini. Setelah selesai menyiapkan semua hidangan di meja makan. Ia melihat mom dan juga dad nya datang bersama. "You wake up early sayang?" Sarah mencium pipi putrinya ketika ia berdiri dan menyambut kedatangan kedua orangtuanya."Good morning dad, aku sudah masakin mom dan dad tomato omelette. Kita breakfast bareng ya!" Adrian mencium pipi putrinya dan ikut duduk di meja makan.Rebecca menaruh hidangan untuk papanya dulu lalu mamanya dan meminta mereka untuk merasakannya."Enak sekali sayang, semakin pintar kamu memasak ya, benar kan sayang?" tanya Sarah pada suaminya sekaligus memberi pujian pada Rebecca ketika mencicipi masakannya.Adrian mengangguk tanpa suara, ia makan dalam keheningan. Membuat suasana makan pagi sedikit canggung bagi Rebecca.Setelah makan pagi selesai, Adrian berdiri dan pamit pergi ke kantor p
Sarah mempersilahkan Leo masuk sebagai sopan santun karena telah diantar pulang olehnya. Menyuruh Leo duduk sementara ia memanggil pelayan untuk membuatkan minuman. Ia ikut duduk di samping Rebecca untuk menemani mereka mengobrol."Apa tidak masalah aku main ke sini Tante?" Leo bertanya karena ia yakin sang Miliarder tidak akan mengizinkan ia menginjakkan kakinya di mansion ini sebelum ia mengajak Leo berbicara secara pribadi."Tentu tidak akan ada masalah Leo, kamu adalah tamu kami tentu harus kita jamu." ucap Sarah dengan sikap yang sopan dan sangat ramah.Leo mengangguk lalu ia menatap ke arah Rebecca. "Are you having a great time today?" tanya Leo pada Rebecca hang sedikit canggung di depannya. Ia tahu Rebecca merasa khawatir papanya akan pulang kapan saja dan ia takut akan reaksi papanya pada Leo.Sebenarnya bukan suatu kebetulan Leo berada di pusat perbelanjaan itu, ia telah menyuruh seseorang membuntuti Rebecca, ia juga sengaja mengantar Rebecca pulang agar bisa bertemu dengan
Ini adalah hari pernikahannya. Rebecca selalu membayangkan hari pernikahannya dengan berbagai versi dan ini lebih dari seperti yang dibayangkannya karena hari ini ia merasa sangat luar biasa bahagia. Setelah satu bulan yang terasa lambat, akhirnya mereka berhasil menyelesaikan persiapan untuk menikah dan di sinilah ia berada di samping pria yang akan menghabiskan hidup bersamanya selamanya. Berjanji setia sehidup semati dan juga membagi bahagia dan kesedihan bersama.Rebecca memandang Leo, pria yang sangat dicintainya tampak sangat tampan saat ini. Ia memakai tuxedo putih serasi dengan gaun putih Rebecca membuat mereka seperti pangeran dan putri di negeri dongeng "Are you nervous?" tanya Leo meraih tangan Becca di sampingnya.Rebecca menoleh dan melihat Leo sedang menatapnya. Ia menggeleng dan tersenyum pada suaminya. Ya mereka baru saja menikah beberapa menit yang lalu dan resmi menjadi sepasang suami istri. "I'm not nervous, i'm very happy." Rebecca mengenggam jalinan jari tangan
Leo bernapas berat, bahunya bergetar naik turun seiring dengan napasnya yang cepat dan pendek. Ia menatap wajah cantik Rebecca yang tampak tidak berdaya di depannya."Shit! Fuck!" Mengapa tatapan tidak berdaya itu terasa merobek hatinya, menyayatnya pelan dan teratur sampai ia merasa sakit yang membuat sesak di tubuhnya.Ya ia telah berhasil membawa Rebecca ke kota kekuasaannya, di mana ia memperluas jaringan bisnisnya dan menjadi kuat seperti sekarang. Ia bahkan berhasil mengakusisi perusahaan paling kuat setelah perusahaannya meski dengan cara yang sangat kotor. Semua demi membalas dendamnya pada keluarga Rebecca yang sudah mengakar di dirinya. Namun yang ia tidak ketahui sebagian dirinya mencoba berkhianat ketika berhadapan dengan makhluk cantik di depannya. Jantungnya selalu serasa terhenti ketika Rebecca menyentuhnya. Seperti ketika ia mencium pipinya atau secara tidak sengaja tubuh mereka bersentuhan. Sentuhannya membuat dirinya seperti dialiri aliran listrik yang liar, menyeng
Rebecca membeku, wajahnya memucat ketika ia menggeleng panik. Namun dengan kecepatan yang luar biasa tangan Leo menjambak rambut Rebecca dan menariknya untuk tunduk atas perintahnya."Katanya kamu mencintaiku dan ingin menyelamatkan keluargamu! Atau itu hanya ucapan kosong darimu saja Becca?" Leo mendengus kasar menatap Rebecca yang menggeleng dengan wajahnya yang pucat. "Kau ingin menyelamatkan keluargamu! Jalankan kewajibanmu pada suamimu sekarang!" Leo membentak Rebecca yang terpaku diam.Wajah Leo menatapnya dengan ekspresi membiarkan ia berpikir sejenak untuk mengambil keputusannya.Setelah beberapa saat akhirnya tangan Rebbeca terangkat, dengan ragu ia menyentuh milik Leo. Tangannya begitu gemetar ketika pertama kalinya ia merasakan milik suaminya yang begitu keras berada di genggamannya. Belum lagi mata Leo yang menatapnya lekat dari atas mengawasinya."Gunakan mulutmu untuk memuaskanku! Lakukan kewajibanmu!" Leo menarik rambut Rebecca mendekat sehingga mulut cantik itu berada
"Jangan," Rebecca menolak lemah, tatapan jijik Leo yang melecehkan, membuat Rebecca berani untuk menolak perintahnya."Apa kamu lupa our little arrangement Becca! Kamu tidak memiliki hak untuk menolak di sini!" Leo menangkup rahang Rebecca dengan satu tangannya."Leo please, jangan kasar!" Rebecca meraih tangan Leo dan mengenggamnya lembut, namun Leo menaik tangannya terlepas dari genggaman Rebecca. Hampir saja Leo melemah dan tidak lagi bersikap kasar, namun ketika di saat yang sama sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel Rebecca amarah Leo kembali menjadi.Tertera nama daddy di layarnya.Leo membuang pandangannya ketika membaca nama yang tertera di layar ponsel Rebecca. Ia merasa jijik berdekatan dengan putri dari orang yang menghacurkan keluarganya."Apa kau tuli, angkat telepon itu! Hilang sudah minatku melihatmu, dasar jalang keturunan keluarga laknat!" Leo segera berbalik menuju pintu, dan pergi sejauh-jauhnya dari ruangan itu. Menghapus airmatanya Rebecca mengangkat panggilan
Leo tidak pernah merasa sefrustrasi ini. Ia tidak bisa menyentuh wanita lain tanpa memikirkan Rebecca. Sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh Rebecca padanya. Rasa frustrasi membuat Leo membenci Rebecca. Ia batal menginap di hotel dan memutuskan kembali ke Penthouse-nya. Ia melihat lampu kamar Rebecca telah padam. Ya memang sekarang sudah hampir pukul 3 pagi waktu setempat, tentu jalang itu sudah terlelap dari tadi.Di antara pintu kamar Rebecca ia berhenti, memutuskan apa yang hendak dia lakukan. Menerobos masuk untuk meluapkan gairahnya pada gadis itu atau berjalan lurus menuju kamarnya sendiri.Pilihan keduanya lah yang ia ambil, dengan langkah lebar ia berlalu menuju kamarnya dan membanting pintunya dengan sangat keras.***Rebecca sudah bangun sejak tadi dan menyiapkan sarapan untuk suaminya. Dan saat Leo datang Rebecca berdiri menunggu ia duduk di meja makan."Aku sudah menyiaplam makan pagi jika kamu ingin makan pagi lebih dulu." ucap Rebecca setengah menunduk, ia masih khawa
Leo harus menahan dirinya untuk tidak menghancurkan kamar Rebecca ketika ia menarik paksa istrinya kembali ke kamarnya."Apa kamu harus menjadi jalang juga pada putra senator kota ini?" Leo mendesis, geram melihat kedekatan Rebecca dan Allen Burke tadi di pesta mereka. "A-aku tidak begitu!" ucap Rebecca berani membantah tuduhan suaminya."Ya kau seperti itu jalang!" Leo hampir saja mencekik leher Rebecca yang putih dan begitu mulus. Ia lalu mengepalkan tangannya, menahan dirinya menghancurkan leher istrinya."Dengarkan aku Leo, aku tidak melakukan apa-apa dengan Allen!" Rebecca bergumam sangat lirih, namun mendengar gadis itu menyebut nama putra senator sekasual itu membuat amarah Leo menggelegak sampai ke kepalanya."Terkutuk kau Becca!" Leo menarik gaun merah Rebecca sampai terlepas yang membuat semua pria di ruangan tadi terkesima olehnya. Bahkan dirinya sendiri sejak di ruang dressing ballroom sudah ingin meletakkan tangannya di seluruh gaun merah ketat itu dan meraba apa yang ad