Leo harus menahan dirinya untuk tidak menghancurkan kamar Rebecca ketika ia menarik paksa istrinya kembali ke kamarnya."Apa kamu harus menjadi jalang juga pada putra senator kota ini?" Leo mendesis, geram melihat kedekatan Rebecca dan Allen Burke tadi di pesta mereka. "A-aku tidak begitu!" ucap Rebecca berani membantah tuduhan suaminya."Ya kau seperti itu jalang!" Leo hampir saja mencekik leher Rebecca yang putih dan begitu mulus. Ia lalu mengepalkan tangannya, menahan dirinya menghancurkan leher istrinya."Dengarkan aku Leo, aku tidak melakukan apa-apa dengan Allen!" Rebecca bergumam sangat lirih, namun mendengar gadis itu menyebut nama putra senator sekasual itu membuat amarah Leo menggelegak sampai ke kepalanya."Terkutuk kau Becca!" Leo menarik gaun merah Rebecca sampai terlepas yang membuat semua pria di ruangan tadi terkesima olehnya. Bahkan dirinya sendiri sejak di ruang dressing ballroom sudah ingin meletakkan tangannya di seluruh gaun merah ketat itu dan meraba apa yang ad
Leo menekan paha Rebecca lebar-lebar dan mendorong kejantanannya masuk ke celah basah Rebecca. Leo menggerung merasakan kenikmatan luar biasa ketika menerobos tubuh Rebecca dan menjadi pria pertama yang memiliki dirinya.Rebecca merintih, pelan ketika merasakan dirinya terobek berkeping-keping di bawah tubuh Leo. Mendengar rintihan Rebecca, Leo terdiam sebentar di dalam tubuh Rebecca membiarkan gadis itu terbiasa dengan ukurannya. "Tahan sakitnya sebentar, ini akan menjadi nikmat untukmu!" Leo berbisik parau lalu melumat bibir Rebecca meredam rintihan gadis itu. Satu tangan Leo menahan beban tubuhnya sementara tangan yang lain mengusap dan memilin puting Rebecca berusaha mengalihkan rasa sakitnya dengan sensasi nikmat yang diberikan lewat sentuhan tangannya.Setelah rintihan Rebecca berubah menjadi desahan, Leo menarik dirinya keluar dan kembali mendorong kejantanannya masuk dengan kuat. Leo merasakan kenikmatan yang luar biasa mencengkramnya. Rebecca begitu ketat dan rapat membuatn
Leo menatap Rebecca dengan tajam, mengangkat tubuh Rebecca dan memangkunya dengan cepat."Now ride me hard Becca! And i will make you cum hard!"Leo melumat bibir Rebecca dengan keras. Lidahnya memaksa Rebecca membalas ciuman Leo dengan sangat bergairah. Leo melumat bibir Rebecca dengan liar, menarik-narik bibirnya agar mereka berciuman semakin panas. Awalnya Rebecca merasa malu-malu membalas ciuman Leo, namun pria itu begitu pintar berciuman. Menggoda lidahnya untuk membelit, mendesah keras di mulutnya, memberi sensasi panas yang membuat celah di bagain bawah tubuh Rebecca menjadi sangat basah. Bergairah hanya karena berciuman. Tanpa sadar Rebecca mendesah saat Leo menyudahi ciuman panas mereka."Aku akui kau sangat cantik sekali, membuatku tidak tahan berada satu ruangan denganmu!" mata Leo menatap minat kedua payudara Rebecca yang besar dan kencang.Dan nafas Rebecca mulai tersengal ketika tangan Leo meraba payudaranya. Menangkup keduanya,meremasnya dengan keras lalu mengitari pu
Malam itu Leo tidur sendian di dalam kamarnya. Setelah acara panas di kamar mandi, Leo membersihkan dirinya dan pergi menuju kamarnya sendiri. Ia meninggalkan Rebecca begitu saja. Rebecca berpikir mungkin setelah percintaan panas mereka tadi, Leo akan mulai berubah padanya. Melupakan dendam dan mungkin mulai tumbuh benih-benih cinta di dirinya. Namun itu ternyata hanya sekedar harapan palsu saja bagi Rebecca. Leo tetap dingin dan tak tersentuh. Hanya saat di ranjang saja, Leo sesekali bersikap memuja, memanggilnya sayang dan memujinya cantik di tempat tidur. Tapi ketika mereka di meja makan atau tidak di tempat tidur, Leo akan memperlakukan Rebecca dengan seenaknya. Seperti ia memperlakukan seorang budak di rumahnya.Hari ini Leo masih berada di kantor dan Rebecca masih melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Ia menyiapkan makan malam dan sambil menunggu Leo pulang ia membersihkan Penthouse mereka. Meski ada pembersih yang suka datang membersihkan rumah mereka seminggu sekali namu
Leo tidak menyangka kalau ia sangat bersemangat untuk pulang ke Penthouse setelah selesai mengerjakan urusannya yang tertunda di kantor New York. Alasan ia begitu bersemangat pulang ke Penthouse yaitu tentu saja untuk bertemu dengan Rebecca. Setelah penyatuan mereka kemarin malam, Leo tidak bisa melupakan kenikmatan luar biasa yang diberikan gadis itu. Baginya bercinta dengan Rebecca seperti mengerjakan dua hal penting sekaligus. Mendapatkan kesenangan dan membalas dendam.Leo meyakinkan dirinya kalau Rebecca tidak berarti apa-apa bagi hidupnya. Ia hanyalah sebagai alat Leo untuk membalas dendam. Dan sebagai alat untuk bersenang-senang. Artinya bersenang-senang, ia bisa memuaskan dirinya seliar-liarnya tanpa harus khawatir untuk menyakiti perasaan gadis itu. Ia harus bersikap tega pada putri Adrian, orang yang paling ia benci di dunia ini.Ketika Leo sampai di Penthouse, ia bisa mendengar suara air mengalir dari kamar Rebecca. "Apakah gadis itu sedang mandi sekarang?" Bayangan tubuh p
Rebecca merasa sudah bangun pagi-pagi untuk menyiapkan Leo dan dirinya makan pagi namun lagi-lagi ia kalah cepat, pria itu sudah pergi dari sejak Rebecca masih di tempat tidur untuk mengumpulkan nyawanya. Rebecca akhirnya makan sendiri di meja makan sambil melihat ke dalam ponselnya. Ia melihat-lihat ke dalam akun media sosialnya. Foto-fotonya semasa di kampus bersama Reina dan teman-teman lainnya. Foto liburan bersama Reina, ketika bersenang-senang berdua sahabatnya. Sudah sejak ia menikah, Rebecca tidak pernah berkomunikasi dengan gadis itu. Rebecca takut jika Reina bisa membaca kegundahan hatinya sehingga ia selalu beralasan untuk tidak mengangkat teleponnya. Perbedaan waktu, kegiatan bersama Leo di luar selalu menjadi alasan utamanya mengangkat telepon Reina. Sekarang ketika ia membutuhkan teman untuk berbicara, ia kembali tidak berani menghubungi sahabatnya itu.Selesai makan pagi, ia segera membereskan semua peralatan di dapur dan menjalankan rencananya. Membaca bundelan surat-s
Rebecca terkejut melihat putra senator Burke berada di depan pintunya. "Mr. Burke!" Rebecca membuka pintunya lebar-lebar."Leo sedang berada di kantornya, apa anda sudah membuat janji dengan suami saya sir?" Mata Rebecca membulat ketika melihat Allen Burke malahan memberikan buket bunga cantik itu ke tangannya. "Aku tidak ingin bertemu dengan Leo tapi aku ingin bertemu denganmu!" ucapnya sambil tersenyum menawan di depan wajah Rebecca."Terima kasih bunganya, tapi aku takut aku tidak bisa menerimanya." Rebecca menolak dengan halus. Ia menyerahkan buket bunga itu kembali namun Allen Burke menolak menerimanya."Kenapa? Apa kau takut dengan Leo? Apa kau takut menerima buket bunga ini karena takut pada Leo?" Seulas senyum menawan kembali Allen Burke dihadirkan di wajahnya. Ia lalu mengambil ponsel di kantong jasnya dan lalu menelpon seseorang. Setelah menunggu beberapa saat Rebecca mendengar seseorang menyapa Allen Burke di sana."Hallo Leo, this is Allen." ucap Leo dengan seulas senyum
Leo menatap kepergian Allen Burke sampai pintu Penthouse nya tertutup rapat. Ia lalu beranjak ke meja dan mengambil buket bunga yang dibawa Allen Burke untuk Rebecca. Membawa buket bunga itu ke luar dan melemparkannya ke luar. Dengan kasar ia membanting pintunya sampai suaranya menggelegar ke seluruh ruangan. Leo menatap Rebecca dengan tatapan seribu arti. Ia berjalan ke meja bar dan menuangkan segelas alkohol untuknya."Apa rumah ini rumah bordil?" Leo menenggak habis satu gelas alkohol dan menuangkan lagi segelas untuk ia minum."Jawab Rebecca!" kata Leo dengan kejam menatap wajah Rebecca yang pias mendengar kekejaman nada suara Leo yang mengandung bahaya. "T-tidak, ini bu-bukan! Apa maksudmu Leo? Aku tidak mengerti!" Rebecca menjawab kelabakan."Apa sembarang pria lain boleh mengunjungi rumahku lewarlt pintu itu seperti rumah ini rumah bordil!" Leo berteriak sambil melempar gelas alkoholnya ke pintu masuk Penthouse. Membuat Rebecca menjerit tertahan. Tubuhnya bergetar, gemetar s