Malam itu Leo tidur sendian di dalam kamarnya. Setelah acara panas di kamar mandi, Leo membersihkan dirinya dan pergi menuju kamarnya sendiri. Ia meninggalkan Rebecca begitu saja. Rebecca berpikir mungkin setelah percintaan panas mereka tadi, Leo akan mulai berubah padanya. Melupakan dendam dan mungkin mulai tumbuh benih-benih cinta di dirinya. Namun itu ternyata hanya sekedar harapan palsu saja bagi Rebecca. Leo tetap dingin dan tak tersentuh. Hanya saat di ranjang saja, Leo sesekali bersikap memuja, memanggilnya sayang dan memujinya cantik di tempat tidur. Tapi ketika mereka di meja makan atau tidak di tempat tidur, Leo akan memperlakukan Rebecca dengan seenaknya. Seperti ia memperlakukan seorang budak di rumahnya.Hari ini Leo masih berada di kantor dan Rebecca masih melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Ia menyiapkan makan malam dan sambil menunggu Leo pulang ia membersihkan Penthouse mereka. Meski ada pembersih yang suka datang membersihkan rumah mereka seminggu sekali namu
Leo tidak menyangka kalau ia sangat bersemangat untuk pulang ke Penthouse setelah selesai mengerjakan urusannya yang tertunda di kantor New York. Alasan ia begitu bersemangat pulang ke Penthouse yaitu tentu saja untuk bertemu dengan Rebecca. Setelah penyatuan mereka kemarin malam, Leo tidak bisa melupakan kenikmatan luar biasa yang diberikan gadis itu. Baginya bercinta dengan Rebecca seperti mengerjakan dua hal penting sekaligus. Mendapatkan kesenangan dan membalas dendam.Leo meyakinkan dirinya kalau Rebecca tidak berarti apa-apa bagi hidupnya. Ia hanyalah sebagai alat Leo untuk membalas dendam. Dan sebagai alat untuk bersenang-senang. Artinya bersenang-senang, ia bisa memuaskan dirinya seliar-liarnya tanpa harus khawatir untuk menyakiti perasaan gadis itu. Ia harus bersikap tega pada putri Adrian, orang yang paling ia benci di dunia ini.Ketika Leo sampai di Penthouse, ia bisa mendengar suara air mengalir dari kamar Rebecca. "Apakah gadis itu sedang mandi sekarang?" Bayangan tubuh p
Rebecca merasa sudah bangun pagi-pagi untuk menyiapkan Leo dan dirinya makan pagi namun lagi-lagi ia kalah cepat, pria itu sudah pergi dari sejak Rebecca masih di tempat tidur untuk mengumpulkan nyawanya. Rebecca akhirnya makan sendiri di meja makan sambil melihat ke dalam ponselnya. Ia melihat-lihat ke dalam akun media sosialnya. Foto-fotonya semasa di kampus bersama Reina dan teman-teman lainnya. Foto liburan bersama Reina, ketika bersenang-senang berdua sahabatnya. Sudah sejak ia menikah, Rebecca tidak pernah berkomunikasi dengan gadis itu. Rebecca takut jika Reina bisa membaca kegundahan hatinya sehingga ia selalu beralasan untuk tidak mengangkat teleponnya. Perbedaan waktu, kegiatan bersama Leo di luar selalu menjadi alasan utamanya mengangkat telepon Reina. Sekarang ketika ia membutuhkan teman untuk berbicara, ia kembali tidak berani menghubungi sahabatnya itu.Selesai makan pagi, ia segera membereskan semua peralatan di dapur dan menjalankan rencananya. Membaca bundelan surat-s
Rebecca terkejut melihat putra senator Burke berada di depan pintunya. "Mr. Burke!" Rebecca membuka pintunya lebar-lebar."Leo sedang berada di kantornya, apa anda sudah membuat janji dengan suami saya sir?" Mata Rebecca membulat ketika melihat Allen Burke malahan memberikan buket bunga cantik itu ke tangannya. "Aku tidak ingin bertemu dengan Leo tapi aku ingin bertemu denganmu!" ucapnya sambil tersenyum menawan di depan wajah Rebecca."Terima kasih bunganya, tapi aku takut aku tidak bisa menerimanya." Rebecca menolak dengan halus. Ia menyerahkan buket bunga itu kembali namun Allen Burke menolak menerimanya."Kenapa? Apa kau takut dengan Leo? Apa kau takut menerima buket bunga ini karena takut pada Leo?" Seulas senyum menawan kembali Allen Burke dihadirkan di wajahnya. Ia lalu mengambil ponsel di kantong jasnya dan lalu menelpon seseorang. Setelah menunggu beberapa saat Rebecca mendengar seseorang menyapa Allen Burke di sana."Hallo Leo, this is Allen." ucap Leo dengan seulas senyum
Leo menatap kepergian Allen Burke sampai pintu Penthouse nya tertutup rapat. Ia lalu beranjak ke meja dan mengambil buket bunga yang dibawa Allen Burke untuk Rebecca. Membawa buket bunga itu ke luar dan melemparkannya ke luar. Dengan kasar ia membanting pintunya sampai suaranya menggelegar ke seluruh ruangan. Leo menatap Rebecca dengan tatapan seribu arti. Ia berjalan ke meja bar dan menuangkan segelas alkohol untuknya."Apa rumah ini rumah bordil?" Leo menenggak habis satu gelas alkohol dan menuangkan lagi segelas untuk ia minum."Jawab Rebecca!" kata Leo dengan kejam menatap wajah Rebecca yang pias mendengar kekejaman nada suara Leo yang mengandung bahaya. "T-tidak, ini bu-bukan! Apa maksudmu Leo? Aku tidak mengerti!" Rebecca menjawab kelabakan."Apa sembarang pria lain boleh mengunjungi rumahku lewarlt pintu itu seperti rumah ini rumah bordil!" Leo berteriak sambil melempar gelas alkoholnya ke pintu masuk Penthouse. Membuat Rebecca menjerit tertahan. Tubuhnya bergetar, gemetar s
Jari Leo menelusuri, melingkari puting Rebecca yang mencuat semakin tegak ketika jari Leo menggoda puncaknya.Rebecca mendesah tertahan. Leo terus menciumi cekungan lehernya lalu turun ke arah gundukan yang membuncah di depannya. Mencium, melumat dan menghisap ujungnya yang mengeras karena gairah.Kamar itu mulai terasa panas dengan erangan dan desahan Rebecca yang mengisi ruangan itu. Gadis itu bergerak-gerak gelisah di bawah tubuh Leo, ketika tangan suaminya itu turun menyentuh tubuh bagian bawahnya."Begitu basah dan lembab. Aku tidak sabar untuk memasukimu dan menghujammu dengan keras!" Leo berbisik parau, lidahnya menyapu bibir Rebecca yang menggoda."Ohh L-Leo p-please!"Leo tertawa kecil mendengar suara Rebecca yang terputus-putus setiap kali tangannya bergerak masuk ke celah tubuh istrinya.Leo merasakan jarinya dicengkram ketat setiap kali ia menerobos masuk semakin dalam. Menimbulkan suara licin dan basah ketika ia mempercepat gerakan jarinya."Please i beg you Leo!" Rebecca
1. EvanAllen Burke membanting tubuhnya keras ke atas sofa milik ayahnya. Ia duduk dengan menyilangkan kakinya di sebelah adiknya tercinta, Abigail Burke. "Sepertinya ada yang mengacaukan harimu? Siapa wanita itu, apa aku mengenalnya?" Abigail tersenyum lebar melihat kelakuan kakak laki-laki satu-satunya itu. Abigail tahu kakaknya sedang membutuhkan sesuatu atau sedang membutuhkan bantuan seseorang di keluarganya ini. Karena jika tidak maka Abigail tahu Allen tidak akan pernah mau mengunjunginya apalagi mengunjungi kedua orang tuanya di sini. Namun melihat Allen Burke sedang duduk di sebelahnya sekarang, Abigail tahu kalau kakaknya ini sedang membutuhkan sesuatu."Sebenarnya seorang pria yang sudah mengacaukan hari ku, Abigail yang paling cantik!" Allen tersenyum masam menjawab pertanyaan adik perempuannya.Abigail tertawa sangat keras, seperti tidak percaya kalau ada pria yang mampu membuat seorang Allen Burke kesulitan seperti hari ini."Kenapa kau tertawa Abi? apa begitu lucu kesu
Leo terbangun pagi-pagi sekali di kamarnya. Ya seperti biasa setelah percintaan panasnya dengan Rebecca ia tidak pernah tinggal lama di kamar gadis itu. Usai menumpahkan gairahnya, Leo selalu bergegas merapikan dirinya dan pergi ke kamar mandinya untuk membersihkan dirinya. Leo melakukan itu karena ia tidak ingin dirinya memiliki hubungan emosional dengan Rebecca. Ia tidak ingin merasa kasihan apalagi sampai jatuh cinta dengan gadis itu. Namun meski ia melakukan semua hal untuk melindungi dirinya untuk tidak merasakan apapun, Leo tetap merasakan sesuatu. Ada sesuatu yang pelan-pelan membuat dirinya terusik dengan keberadaan Rebecca. Ketika ia melihat Allen Burke berada di tempat tinggalnya sedang bercengkrama akrab bersama Rebecca, Leo merasa sanggup membunuh Allen saat itu. Ada perasaan benci melihat Rebecca bersama dengan Allen. Dan ini merupakan hal baru baginya. Dengan wanita lain yang dulu ia kencani, ia tidak pernah merasakan hal ini. Bahkan ketika ia tahu beberapa wanita yang i