Rebecca merasa sudah bangun pagi-pagi untuk menyiapkan Leo dan dirinya makan pagi namun lagi-lagi ia kalah cepat, pria itu sudah pergi dari sejak Rebecca masih di tempat tidur untuk mengumpulkan nyawanya. Rebecca akhirnya makan sendiri di meja makan sambil melihat ke dalam ponselnya. Ia melihat-lihat ke dalam akun media sosialnya. Foto-fotonya semasa di kampus bersama Reina dan teman-teman lainnya. Foto liburan bersama Reina, ketika bersenang-senang berdua sahabatnya. Sudah sejak ia menikah, Rebecca tidak pernah berkomunikasi dengan gadis itu. Rebecca takut jika Reina bisa membaca kegundahan hatinya sehingga ia selalu beralasan untuk tidak mengangkat teleponnya. Perbedaan waktu, kegiatan bersama Leo di luar selalu menjadi alasan utamanya mengangkat telepon Reina. Sekarang ketika ia membutuhkan teman untuk berbicara, ia kembali tidak berani menghubungi sahabatnya itu.Selesai makan pagi, ia segera membereskan semua peralatan di dapur dan menjalankan rencananya. Membaca bundelan surat-s
Rebecca terkejut melihat putra senator Burke berada di depan pintunya. "Mr. Burke!" Rebecca membuka pintunya lebar-lebar."Leo sedang berada di kantornya, apa anda sudah membuat janji dengan suami saya sir?" Mata Rebecca membulat ketika melihat Allen Burke malahan memberikan buket bunga cantik itu ke tangannya. "Aku tidak ingin bertemu dengan Leo tapi aku ingin bertemu denganmu!" ucapnya sambil tersenyum menawan di depan wajah Rebecca."Terima kasih bunganya, tapi aku takut aku tidak bisa menerimanya." Rebecca menolak dengan halus. Ia menyerahkan buket bunga itu kembali namun Allen Burke menolak menerimanya."Kenapa? Apa kau takut dengan Leo? Apa kau takut menerima buket bunga ini karena takut pada Leo?" Seulas senyum menawan kembali Allen Burke dihadirkan di wajahnya. Ia lalu mengambil ponsel di kantong jasnya dan lalu menelpon seseorang. Setelah menunggu beberapa saat Rebecca mendengar seseorang menyapa Allen Burke di sana."Hallo Leo, this is Allen." ucap Leo dengan seulas senyum
Leo menatap kepergian Allen Burke sampai pintu Penthouse nya tertutup rapat. Ia lalu beranjak ke meja dan mengambil buket bunga yang dibawa Allen Burke untuk Rebecca. Membawa buket bunga itu ke luar dan melemparkannya ke luar. Dengan kasar ia membanting pintunya sampai suaranya menggelegar ke seluruh ruangan. Leo menatap Rebecca dengan tatapan seribu arti. Ia berjalan ke meja bar dan menuangkan segelas alkohol untuknya."Apa rumah ini rumah bordil?" Leo menenggak habis satu gelas alkohol dan menuangkan lagi segelas untuk ia minum."Jawab Rebecca!" kata Leo dengan kejam menatap wajah Rebecca yang pias mendengar kekejaman nada suara Leo yang mengandung bahaya. "T-tidak, ini bu-bukan! Apa maksudmu Leo? Aku tidak mengerti!" Rebecca menjawab kelabakan."Apa sembarang pria lain boleh mengunjungi rumahku lewarlt pintu itu seperti rumah ini rumah bordil!" Leo berteriak sambil melempar gelas alkoholnya ke pintu masuk Penthouse. Membuat Rebecca menjerit tertahan. Tubuhnya bergetar, gemetar s
Jari Leo menelusuri, melingkari puting Rebecca yang mencuat semakin tegak ketika jari Leo menggoda puncaknya.Rebecca mendesah tertahan. Leo terus menciumi cekungan lehernya lalu turun ke arah gundukan yang membuncah di depannya. Mencium, melumat dan menghisap ujungnya yang mengeras karena gairah.Kamar itu mulai terasa panas dengan erangan dan desahan Rebecca yang mengisi ruangan itu. Gadis itu bergerak-gerak gelisah di bawah tubuh Leo, ketika tangan suaminya itu turun menyentuh tubuh bagian bawahnya."Begitu basah dan lembab. Aku tidak sabar untuk memasukimu dan menghujammu dengan keras!" Leo berbisik parau, lidahnya menyapu bibir Rebecca yang menggoda."Ohh L-Leo p-please!"Leo tertawa kecil mendengar suara Rebecca yang terputus-putus setiap kali tangannya bergerak masuk ke celah tubuh istrinya.Leo merasakan jarinya dicengkram ketat setiap kali ia menerobos masuk semakin dalam. Menimbulkan suara licin dan basah ketika ia mempercepat gerakan jarinya."Please i beg you Leo!" Rebecca
1. EvanAllen Burke membanting tubuhnya keras ke atas sofa milik ayahnya. Ia duduk dengan menyilangkan kakinya di sebelah adiknya tercinta, Abigail Burke. "Sepertinya ada yang mengacaukan harimu? Siapa wanita itu, apa aku mengenalnya?" Abigail tersenyum lebar melihat kelakuan kakak laki-laki satu-satunya itu. Abigail tahu kakaknya sedang membutuhkan sesuatu atau sedang membutuhkan bantuan seseorang di keluarganya ini. Karena jika tidak maka Abigail tahu Allen tidak akan pernah mau mengunjunginya apalagi mengunjungi kedua orang tuanya di sini. Namun melihat Allen Burke sedang duduk di sebelahnya sekarang, Abigail tahu kalau kakaknya ini sedang membutuhkan sesuatu."Sebenarnya seorang pria yang sudah mengacaukan hari ku, Abigail yang paling cantik!" Allen tersenyum masam menjawab pertanyaan adik perempuannya.Abigail tertawa sangat keras, seperti tidak percaya kalau ada pria yang mampu membuat seorang Allen Burke kesulitan seperti hari ini."Kenapa kau tertawa Abi? apa begitu lucu kesu
Leo terbangun pagi-pagi sekali di kamarnya. Ya seperti biasa setelah percintaan panasnya dengan Rebecca ia tidak pernah tinggal lama di kamar gadis itu. Usai menumpahkan gairahnya, Leo selalu bergegas merapikan dirinya dan pergi ke kamar mandinya untuk membersihkan dirinya. Leo melakukan itu karena ia tidak ingin dirinya memiliki hubungan emosional dengan Rebecca. Ia tidak ingin merasa kasihan apalagi sampai jatuh cinta dengan gadis itu. Namun meski ia melakukan semua hal untuk melindungi dirinya untuk tidak merasakan apapun, Leo tetap merasakan sesuatu. Ada sesuatu yang pelan-pelan membuat dirinya terusik dengan keberadaan Rebecca. Ketika ia melihat Allen Burke berada di tempat tinggalnya sedang bercengkrama akrab bersama Rebecca, Leo merasa sanggup membunuh Allen saat itu. Ada perasaan benci melihat Rebecca bersama dengan Allen. Dan ini merupakan hal baru baginya. Dengan wanita lain yang dulu ia kencani, ia tidak pernah merasakan hal ini. Bahkan ketika ia tahu beberapa wanita yang i
"Itu dia, Adik perempuan ku mr. Davis! Dia lah tuan rumah acara ini yang sesungguhnya!" Allen menunjuk ke wanita berambut pirang paling cantik di pesta itu.Rebecca bisa melihat suaminya berubah ekspresi meski hanya beberapa detik saja.Siapa wanita cantik itu mengapa, Leo seperti enggan bertemu dengan dia. Apa ada sesuatu di antara mereka sehingga Leo terlihat tidak nyaman seperti sekarang ini. kepala Rebecca sibuk terus menduga."My beautiful sister, kenalkan ini Rebecca. Istri cantik dari tuan Davis." Allen memperkenalkan kedua wanita cantik yang saling menatap dan menilai, lalu keduanya tersenyum hormat lalu berjabat tangan sesudahnya."Rebecca Davis." Rebecca menjabat tangan sambil menyebutkan nama suaminya di belakang.Wajah Abigail terlihat masam sebentar lalu dengan sigap ia memasang senyuman tulus ala bidadari di wajahnya."How nice to meet you, mrs Davis. I'm Abigail. Very nice to meet you." Kembali Abigail tersenyum lalu melihat sekilas ke arah Leo. "Mungkin kamu sering mend
"Apa kamu masih lelah Becca? Jika ya kamu bisa selalu menyandarkan kepalamu ke bahuku. Biar aku yang membimbing langkahmu berdansa?" ucap Allen Burke mempererat pelukannya.Rebecca sedikit menjauhkan dirinya, secara tidak sengaja tubuhnya menolak dengan halus sentuhan Allen Burke."What's wrong?" Allen Burke bertanya dengan penasaran mengapa Rebecca menolak sentuhannya."I-i'm so sorry Allen tapi sepertinya aku akan duduk saja. Aku terlalu lelah untuk berdansa!" Rebecca melepaskan tangannya dari dagu Allen namun pria itu tidak menginginkan penolakan sehingga ia menarik lagi tubuh Rebecca mendekat ke arahnya."Stay with me a liitle bit. Apa kamu tidak ingin membuat Leo cemburu, kamu berdansa denganku di sini!" ucapan Leo membuat Rebecca berpikir dua kali. Ia tergelitik melakukan hal ini karena ia ingin suaminya merasakan perasaan yang sama dengannya. Ia ingin Leo merasa cemburu melihat istrinya berdansa dengan pria lain, sama dengan dirinya cemburu melihat Leo berdansa dengan sangat me