"Itu dia, Adik perempuan ku mr. Davis! Dia lah tuan rumah acara ini yang sesungguhnya!" Allen menunjuk ke wanita berambut pirang paling cantik di pesta itu.Rebecca bisa melihat suaminya berubah ekspresi meski hanya beberapa detik saja.Siapa wanita cantik itu mengapa, Leo seperti enggan bertemu dengan dia. Apa ada sesuatu di antara mereka sehingga Leo terlihat tidak nyaman seperti sekarang ini. kepala Rebecca sibuk terus menduga."My beautiful sister, kenalkan ini Rebecca. Istri cantik dari tuan Davis." Allen memperkenalkan kedua wanita cantik yang saling menatap dan menilai, lalu keduanya tersenyum hormat lalu berjabat tangan sesudahnya."Rebecca Davis." Rebecca menjabat tangan sambil menyebutkan nama suaminya di belakang.Wajah Abigail terlihat masam sebentar lalu dengan sigap ia memasang senyuman tulus ala bidadari di wajahnya."How nice to meet you, mrs Davis. I'm Abigail. Very nice to meet you." Kembali Abigail tersenyum lalu melihat sekilas ke arah Leo. "Mungkin kamu sering mend
"Apa kamu masih lelah Becca? Jika ya kamu bisa selalu menyandarkan kepalamu ke bahuku. Biar aku yang membimbing langkahmu berdansa?" ucap Allen Burke mempererat pelukannya.Rebecca sedikit menjauhkan dirinya, secara tidak sengaja tubuhnya menolak dengan halus sentuhan Allen Burke."What's wrong?" Allen Burke bertanya dengan penasaran mengapa Rebecca menolak sentuhannya."I-i'm so sorry Allen tapi sepertinya aku akan duduk saja. Aku terlalu lelah untuk berdansa!" Rebecca melepaskan tangannya dari dagu Allen namun pria itu tidak menginginkan penolakan sehingga ia menarik lagi tubuh Rebecca mendekat ke arahnya."Stay with me a liitle bit. Apa kamu tidak ingin membuat Leo cemburu, kamu berdansa denganku di sini!" ucapan Leo membuat Rebecca berpikir dua kali. Ia tergelitik melakukan hal ini karena ia ingin suaminya merasakan perasaan yang sama dengannya. Ia ingin Leo merasa cemburu melihat istrinya berdansa dengan pria lain, sama dengan dirinya cemburu melihat Leo berdansa dengan sangat me
Rebecca menatap wajah Leo yang masam di sepanjang perjalanan kembali ke Penthouse. Sejak meninggalkan pesta Leo sudah tidak lagi banyak bicara, ia pamit dengan sekedarnya kepada keluarga senator Burke dan pada beberapa tamu yang ditemuinya di pintu keluar.Kini di dalam mobil Rebecca melihat Leo dengan wajah menekuk dan mendengus kesal beberapa kali.Saat telepon Rebecca berbunyi dan menampilkan nama papanya, Leo bereaksi kejam."Angkat telepon itu atau aku lempar telepon itu keluar mobil ini!" Leo menunjuk telepon Rebecca yang terus berbunyi dengan ringtone khusus keluarganya."Tunggu, tunggu dulu! Bilang sama si miliarder bajingan kau akan kembali lusa bersamaku!" Leo menahan Rebecca ketika ia hendak mengangkat telepon itu."Lusa? Apa itu benar?" tanya Rebecca dengan wajah tidak percaya. "Apa kamu tuli! Aku bilang kita akan kembali lusa! Bilang sama keluargamu yang busuk itu!" Leo mendengus jijik lalu memalingkan wajahnya ketika Rebecca mulai menyapa papanya dengan nada paling hang
Leo membimbing Abigail keluar dari Penthouse nya."Kita mau ke mana Leo? Apa kau akan pergi bersamaku?"Abigail memeluk Leo erat, ia bahkan kini bergelayut mesra ke leher Leo."Ayo Abi supir ku akam mengantarmu pulang dengan selamat!" Leo berucap pelan dengan ketenangan yang luar biasa."Nop aku tidak mau, aku ingin bersamamu!" Abigail mulai merengek, ia mogok untuk jalan sehingga Leo terpaksa untuk menggendongnya. Dari balik kaca lobi Leo bisa melihat kalau driver nya belum tiba sehingga ia membawa Abigail untuk duduk di lobi tempat biasa orang menunggu. Namun saat Leo hendak menaruh Abigail ke sofa, gadis itu turut menariknya duduk. Abigail duduk di atas pangkuan Leo, kakinya erat mencengkram pinggangnya. Tangan Abigal menangkup wajah Leo dan mulutnya melumat habis bibir Leo.Leo berusaha melepaskan diri namun Abogail begitu ketat mencengkramnya sehingga tubuhnya seperti menempel erat dengan gadis itu. Lidah Abigail memaksa Leo untuk membalas ciumannya namun pria itu diam bergeming de
Rebecca menurunkan dirinya, menduduki Leo dan menekan dengan lambat."Ride me hard Becca!" suara Leo parau memerintah. Rebecca mengangkat bokongnya dan melepaskan penyatuan mereka lalu melekatkan lagi kedua bagian intim mereka dengan lambat.Namun kali ini Leo menekan paha Rebecca dan nyaris mencengkramnya dengan kuat. Ia hampir menyakiti Rebecca. Kejantanannya berdenyut begitu kuat, ia begitu ingin membenamkan dirinya ke tubuh Rebecca dengan kuat dan cepat. Namun sepertinya gadis itu ingin menyiksanya dengan bergerak sangat pelan dan perlahan. Membuat kesabaran Leo semakin menipis. Leo mendengus kasar, memerintah Rebecca sekali lagi untuk menungganginya dengan kuat dan cepat. "I think you are going to kill me! Ride me faster Becca!" Dengan kekuatannya, Leo mengguncang-guncang tubuh Rebecca ke atas dan bawah memasuki kejantanannya dengan cepat dan keras. Kedua payudara Rebecca berguncang hebat mengikuti ritme hentakan dan hujaman Leo, membuat pemandangan yang sangat indah. Tidak
Leo menyukai rasanya menguasai tubuh Rebecca, membuat gadis itu kepayahan melayaninya. Berada di belakang Rebecca, Leo menggapai kedua payudara Rebecca. Ia memainkan payudaranya, meremas dan memeluntir kedua puting Rebecca. Ia berusaha untuk membangkitkan gairah Rebecca lagi. Remasannya yang lembut dan lama kelamaan menjadi remasan yang kuat, membuat Rebecca kembali mengerang nikmat. Leo kembali merasa gairahnya bangkit dua kali lipat. Ia meraih wajah Rebecca dari belakang dan mencium Rebecca dengan penuh gairah. "I want to ride you from behind Rebecca, aku sudah tidak sanggup lagi! Aku sangat terangsang!" Leo menggesekkan kejantanannya yang mengacung tegak berdiri ke bokong indah Rebecca.Kejantanan Leo mengacung begitu keras sehingga Leo merasakan nyeri berdenyut di kedua pahanya. Ia ingin segera menghujam masuk dan menaklukkan Rebecca. Leo memegang batang kokoh yang berurat itu dan mulai membawanya ke arah kewanitaan istrinya.Leo mulai menungganginya dari belakang. Ia mulai me
Rebecca menatap ke luar jendela pesawat. Setengah jam lagi pesawat mereka akan mendarat di kotanya.Rasa letih dan jetlag mulai menghinggapinya. Apalagi semalaman Leo tidak habis-habisan bermain cinta dengannya. Hingga Rebecca merasa suaminya tidak mengenal kata puas.Rebecca melirik ke arah Leo yang sedang serius menatap ke arah laptopnya. Berbeda sekali dengan tadi malam ketika bergumul bersamanya di ranjang. Suara desahan dan erangan Leo kembali menggema di pikirannya,"Ah kamu cantik sekali Becca," "Lebih cepat Rebecca, kau membuatku hilang akal!," "Oh ini surga Becca!"Sekarang Leo telah kembali menjaga jarak. Diam dan dingin. Hanya sesekali berbicara ketika mengajaknya makan atau minum segelas anggur. Selebihnya pria itu hanya menenggelamkan dirinya dalam dokumen-dokumen pekerjaannya saja.Tung, suara peringatan untuk memasang sabuk pengaman dikumandangkan di private jet milik Leo. Sebentar lagi Rebecca akan tiba di rumahnya dan Leo akan mulai mengumandangkan genderang perang d
"Perkenalkan nama saya Martha, Nyonya saya adalah pelayan anda di rumah ini." seorang wanita paruh baya memperkenalkan dirinya pada Rebecca."Senang berkenalan denganmu Martha, panggil saja saya Becca!" ucapnya sambil tersenyum ramah."Saya tidak berani takut tuan akan marah, oh ya nyonya untuk makan malam perlu saya siapkan apa untuk anda dan tuan?" tanya Martha menunggu jawaban."Biar aku membantumu menyiapkannya Martha." jawab Rebecca lagi."Jangan nyonya, itu tugas kami para pelayan. Nyonya berikan kami perintah saja." ujar Martha memberi saran."Baiklah untuk hari ini aku akan membiarkanmu menyiapkannya sendiri tapi lain kali biarkan aku membantu kalian okey!" Rebecca berkata dengan penekanan agar Martha tidak menolaknya lagi lain kali."Okey malam ini siaplan makan malam kesukaan Leo, ia menyukai makanan Italia jadi boleh disiapkan pasta dengan red wine sebagai pelengkapnya. Untuk dessert Tiramisu atau Pennecota mana pun juga tidak menjadi masalah." uca