Leo menyukai rasanya menguasai tubuh Rebecca, membuat gadis itu kepayahan melayaninya. Berada di belakang Rebecca, Leo menggapai kedua payudara Rebecca. Ia memainkan payudaranya, meremas dan memeluntir kedua puting Rebecca. Ia berusaha untuk membangkitkan gairah Rebecca lagi. Remasannya yang lembut dan lama kelamaan menjadi remasan yang kuat, membuat Rebecca kembali mengerang nikmat. Leo kembali merasa gairahnya bangkit dua kali lipat. Ia meraih wajah Rebecca dari belakang dan mencium Rebecca dengan penuh gairah. "I want to ride you from behind Rebecca, aku sudah tidak sanggup lagi! Aku sangat terangsang!" Leo menggesekkan kejantanannya yang mengacung tegak berdiri ke bokong indah Rebecca.Kejantanan Leo mengacung begitu keras sehingga Leo merasakan nyeri berdenyut di kedua pahanya. Ia ingin segera menghujam masuk dan menaklukkan Rebecca. Leo memegang batang kokoh yang berurat itu dan mulai membawanya ke arah kewanitaan istrinya.Leo mulai menungganginya dari belakang. Ia mulai me
Rebecca menatap ke luar jendela pesawat. Setengah jam lagi pesawat mereka akan mendarat di kotanya.Rasa letih dan jetlag mulai menghinggapinya. Apalagi semalaman Leo tidak habis-habisan bermain cinta dengannya. Hingga Rebecca merasa suaminya tidak mengenal kata puas.Rebecca melirik ke arah Leo yang sedang serius menatap ke arah laptopnya. Berbeda sekali dengan tadi malam ketika bergumul bersamanya di ranjang. Suara desahan dan erangan Leo kembali menggema di pikirannya,"Ah kamu cantik sekali Becca," "Lebih cepat Rebecca, kau membuatku hilang akal!," "Oh ini surga Becca!"Sekarang Leo telah kembali menjaga jarak. Diam dan dingin. Hanya sesekali berbicara ketika mengajaknya makan atau minum segelas anggur. Selebihnya pria itu hanya menenggelamkan dirinya dalam dokumen-dokumen pekerjaannya saja.Tung, suara peringatan untuk memasang sabuk pengaman dikumandangkan di private jet milik Leo. Sebentar lagi Rebecca akan tiba di rumahnya dan Leo akan mulai mengumandangkan genderang perang d
"Perkenalkan nama saya Martha, Nyonya saya adalah pelayan anda di rumah ini." seorang wanita paruh baya memperkenalkan dirinya pada Rebecca."Senang berkenalan denganmu Martha, panggil saja saya Becca!" ucapnya sambil tersenyum ramah."Saya tidak berani takut tuan akan marah, oh ya nyonya untuk makan malam perlu saya siapkan apa untuk anda dan tuan?" tanya Martha menunggu jawaban."Biar aku membantumu menyiapkannya Martha." jawab Rebecca lagi."Jangan nyonya, itu tugas kami para pelayan. Nyonya berikan kami perintah saja." ujar Martha memberi saran."Baiklah untuk hari ini aku akan membiarkanmu menyiapkannya sendiri tapi lain kali biarkan aku membantu kalian okey!" Rebecca berkata dengan penekanan agar Martha tidak menolaknya lagi lain kali."Okey malam ini siaplan makan malam kesukaan Leo, ia menyukai makanan Italia jadi boleh disiapkan pasta dengan red wine sebagai pelengkapnya. Untuk dessert Tiramisu atau Pennecota mana pun juga tidak menjadi masalah." uca
Mendengar kematian kedua orang tuanya membuat Rebecca murung di kamarnya. Rebecca masih menyangka ini adalah bagian trik kotor yang dilakukan Leo untuk menipunya. Tapi di sisi lain ia juga yakin bahwa kedua orang tuanya sudah tiada. Rebecca sangat menyesal tidak dapat bertemu kedua orang tuanya sebelum mereka tiada dari dunia ini."Mereka tidak mungkin sudah tiada! Aku bahkan belum sempat menemui mereka! Masih banyak yang ingin aku ceritakan pada mom dan dad!" Rebecca terisak sendiri di kamarnya. Rasa takut tidak percaya dan penyesalan melebur menjadi satu menjadi isakan yang makin kencang di dirinya. Membuat ia merasa sesak dan sulit untuk bernafas. Malam itu Rebecca tidak tidur ia hanya menangis dan menyesali dirinya saja semalaman. Begitu juga dengan Leo sejak semalam ia tidak dapat tidur. Ia bekerja semalaman sampai tertidur di ruang kerjanya. Saat pagi tiba, ia mandi lebih dulu dari Rebecca dan mengenakan jas hitam untuk menemani Rebecca datang ke pemakaman orang tuany
"Becca, sampai kapan kamu akan menjadi seperti mayat hidup seperti ini! Kau tidak makan, tidak bicara dan tidak menganggap orang lain ada! Apa yang sebenarnya kau mau Becca!" Leo mengguncang tubuh Rebecca yang duduk di kursi di depan jendela kamarya. Padangannya kosong menatap ke luar jendela. Guncangan dan teriakan Leo tidak ia gubris. Pandangannya tetap ke luar jendela, entah apa yang ia pandangi."Sekarang kau tahu bagaimana rasanya membenci seseorang, kau mengira aku menghancurkan keluargamu, tapi yang sebenarnya orang tuamu yang menghancurkan keluargaku!" Leo kembali mengguncang tubuh Rebecca karena gadis itu masih terus terdiam meski ia telah memarahinya."Sampai kapan pun kamu bersikap seperti ini, tetap keluargamu tidak akan kembali seperti juga halnya dengan keluargaku." Leo menghempaskan Rebecca kembali ke tempat duduknya."Pelayan akan membawakanmu makanan, aku hanya akan pergi sementara waktu. Makan lah, aku tidak ingin kau menjadi mayat di rumahku!" Leo mendengus keras, l
Rebecca pergi bersama Allen Burke, tanpa membawa apapun juga. Allen Burke memaksa Rebecca untuk tinggal di suite-nya sementara ia akan memesan satu kamar lagi untuknya.Di tengah kamarnya suite-nya Rebecca menangis, tidak tahu harus berbuat apa. Tapi ia sudah memutuskan untuk bercerai dari Leo. Ia tidak ingin anak yang dikandungnya tumbuh dalam kebencian antara Leo dan keluarganya atau kebencian Rebecca pada Leo.Dalam kekalutan Rebecca telah memutuskan akan membesarkan anak ini sendirian. Tanpa perlu Leo tahu kalau ia sedang mengandung anaknya.Rebecca akan menutupi ini semua demi anaknya. Besok pagi ia akan berbicara pada Allen Burke dan menerima bantuannya untuk bebas dari Leo.***Leo sudah menghancurkan sebagian ruang tamunya ketika Rebecca pergi dari rumah itu. Ia menenggak whiskey dari botolnya dan melemparkan botol itu ketika isinya hanya tinggal separuh."Wanita jalang! Pengkhianat persis seperti orang tuanya!" Leo memaki Rebecca di udara kosong.Leo baru saja kembali dari ka
Leo masuk ke dalam kamar tidurnya. Ia mendengar Abigail pergi dari rumahnya."Ah...." pangkal pahanya terus berdenyut meminta untuk dilepaskan."Damn Abigail! Lihat efek obat itu padaku!" Leo frustasi dengan kejantanannya yang terasa semakin membesar tanpa ada lawan untuk melepaskannya Leo akhirnya masuk ke dalam kamar mandi dan menyiram tubuhnya dengan air dingin.Kejantanannya sudah teracung tegak dan berdenyut minta dilepaskan.Tangan Leo turun memegang pusat tubuhnya yang panas dan berdenyut.Matanya terpejam membayangkan tangan Rebecca lah yang mengenggamnya dengan erat. Membelai dengan tangannya yang lembut dan meremasnya dengan nikmat.Leo menggunakan fantasi terliarnya bersama Rebecca di kamar mandi ini untuk menuntaskan gairahnya.Rebecca berlutut di depan Leo, wajahnya yang cantik terlihat sangat menginginkannya. Membuat Leo mengerang membayangkannya.Rebecca memegang kejantanannya yang besar dan keras dan mulut Rebecca yang panas mulai melumatnya. Tangan Leo mulai membant
Lima tahun kemudian. Bandara kedatangan Internasional. Bandara sudah terlihat sibuk dengan aktivitas penerbangan sejak pukul 6 pagi. Para penumpang terlihat mengantri dengan teratur di bagian imigrasi. Para petugasnya melayani para penumpang dengan sigap. Di antara keramaian para penumpang yang sedang berlalu lalang, seorang anak kecil laki-laki sedang menggandeng ibunya menuju bagian imigrasi. Wanita itu mengenakan pakaian kasual namun terlihat kecantikannya yang alami dan elegan. Dengan hanya memakai kemeja putih dan celana denim biru serta kacamata hitam berlogo Dior membuat wanita beranak satu itu seperti seorang model papan atas. Anak laki-lakinya pun seperti model muda yang keluar dari sampul majalah. Usianya baru lima tahun namun ketamapannya begitu memukau sehingga membuat orang-orang yang melihatnya terpana.Orang-orang di bandara terus memandang ke arah mereka, seolah keduanya adalah model ibu dan anak dari majalah fashion. Anak kecil itu sepertinya telah terbiasa dengan
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa