1. EvanAllen Burke membanting tubuhnya keras ke atas sofa milik ayahnya. Ia duduk dengan menyilangkan kakinya di sebelah adiknya tercinta, Abigail Burke. "Sepertinya ada yang mengacaukan harimu? Siapa wanita itu, apa aku mengenalnya?" Abigail tersenyum lebar melihat kelakuan kakak laki-laki satu-satunya itu. Abigail tahu kakaknya sedang membutuhkan sesuatu atau sedang membutuhkan bantuan seseorang di keluarganya ini. Karena jika tidak maka Abigail tahu Allen tidak akan pernah mau mengunjunginya apalagi mengunjungi kedua orang tuanya di sini. Namun melihat Allen Burke sedang duduk di sebelahnya sekarang, Abigail tahu kalau kakaknya ini sedang membutuhkan sesuatu."Sebenarnya seorang pria yang sudah mengacaukan hari ku, Abigail yang paling cantik!" Allen tersenyum masam menjawab pertanyaan adik perempuannya.Abigail tertawa sangat keras, seperti tidak percaya kalau ada pria yang mampu membuat seorang Allen Burke kesulitan seperti hari ini."Kenapa kau tertawa Abi? apa begitu lucu kesu
Leo terbangun pagi-pagi sekali di kamarnya. Ya seperti biasa setelah percintaan panasnya dengan Rebecca ia tidak pernah tinggal lama di kamar gadis itu. Usai menumpahkan gairahnya, Leo selalu bergegas merapikan dirinya dan pergi ke kamar mandinya untuk membersihkan dirinya. Leo melakukan itu karena ia tidak ingin dirinya memiliki hubungan emosional dengan Rebecca. Ia tidak ingin merasa kasihan apalagi sampai jatuh cinta dengan gadis itu. Namun meski ia melakukan semua hal untuk melindungi dirinya untuk tidak merasakan apapun, Leo tetap merasakan sesuatu. Ada sesuatu yang pelan-pelan membuat dirinya terusik dengan keberadaan Rebecca. Ketika ia melihat Allen Burke berada di tempat tinggalnya sedang bercengkrama akrab bersama Rebecca, Leo merasa sanggup membunuh Allen saat itu. Ada perasaan benci melihat Rebecca bersama dengan Allen. Dan ini merupakan hal baru baginya. Dengan wanita lain yang dulu ia kencani, ia tidak pernah merasakan hal ini. Bahkan ketika ia tahu beberapa wanita yang i
"Itu dia, Adik perempuan ku mr. Davis! Dia lah tuan rumah acara ini yang sesungguhnya!" Allen menunjuk ke wanita berambut pirang paling cantik di pesta itu.Rebecca bisa melihat suaminya berubah ekspresi meski hanya beberapa detik saja.Siapa wanita cantik itu mengapa, Leo seperti enggan bertemu dengan dia. Apa ada sesuatu di antara mereka sehingga Leo terlihat tidak nyaman seperti sekarang ini. kepala Rebecca sibuk terus menduga."My beautiful sister, kenalkan ini Rebecca. Istri cantik dari tuan Davis." Allen memperkenalkan kedua wanita cantik yang saling menatap dan menilai, lalu keduanya tersenyum hormat lalu berjabat tangan sesudahnya."Rebecca Davis." Rebecca menjabat tangan sambil menyebutkan nama suaminya di belakang.Wajah Abigail terlihat masam sebentar lalu dengan sigap ia memasang senyuman tulus ala bidadari di wajahnya."How nice to meet you, mrs Davis. I'm Abigail. Very nice to meet you." Kembali Abigail tersenyum lalu melihat sekilas ke arah Leo. "Mungkin kamu sering mend
"Apa kamu masih lelah Becca? Jika ya kamu bisa selalu menyandarkan kepalamu ke bahuku. Biar aku yang membimbing langkahmu berdansa?" ucap Allen Burke mempererat pelukannya.Rebecca sedikit menjauhkan dirinya, secara tidak sengaja tubuhnya menolak dengan halus sentuhan Allen Burke."What's wrong?" Allen Burke bertanya dengan penasaran mengapa Rebecca menolak sentuhannya."I-i'm so sorry Allen tapi sepertinya aku akan duduk saja. Aku terlalu lelah untuk berdansa!" Rebecca melepaskan tangannya dari dagu Allen namun pria itu tidak menginginkan penolakan sehingga ia menarik lagi tubuh Rebecca mendekat ke arahnya."Stay with me a liitle bit. Apa kamu tidak ingin membuat Leo cemburu, kamu berdansa denganku di sini!" ucapan Leo membuat Rebecca berpikir dua kali. Ia tergelitik melakukan hal ini karena ia ingin suaminya merasakan perasaan yang sama dengannya. Ia ingin Leo merasa cemburu melihat istrinya berdansa dengan pria lain, sama dengan dirinya cemburu melihat Leo berdansa dengan sangat me
Rebecca menatap wajah Leo yang masam di sepanjang perjalanan kembali ke Penthouse. Sejak meninggalkan pesta Leo sudah tidak lagi banyak bicara, ia pamit dengan sekedarnya kepada keluarga senator Burke dan pada beberapa tamu yang ditemuinya di pintu keluar.Kini di dalam mobil Rebecca melihat Leo dengan wajah menekuk dan mendengus kesal beberapa kali.Saat telepon Rebecca berbunyi dan menampilkan nama papanya, Leo bereaksi kejam."Angkat telepon itu atau aku lempar telepon itu keluar mobil ini!" Leo menunjuk telepon Rebecca yang terus berbunyi dengan ringtone khusus keluarganya."Tunggu, tunggu dulu! Bilang sama si miliarder bajingan kau akan kembali lusa bersamaku!" Leo menahan Rebecca ketika ia hendak mengangkat telepon itu."Lusa? Apa itu benar?" tanya Rebecca dengan wajah tidak percaya. "Apa kamu tuli! Aku bilang kita akan kembali lusa! Bilang sama keluargamu yang busuk itu!" Leo mendengus jijik lalu memalingkan wajahnya ketika Rebecca mulai menyapa papanya dengan nada paling hang
Leo membimbing Abigail keluar dari Penthouse nya."Kita mau ke mana Leo? Apa kau akan pergi bersamaku?"Abigail memeluk Leo erat, ia bahkan kini bergelayut mesra ke leher Leo."Ayo Abi supir ku akam mengantarmu pulang dengan selamat!" Leo berucap pelan dengan ketenangan yang luar biasa."Nop aku tidak mau, aku ingin bersamamu!" Abigail mulai merengek, ia mogok untuk jalan sehingga Leo terpaksa untuk menggendongnya. Dari balik kaca lobi Leo bisa melihat kalau driver nya belum tiba sehingga ia membawa Abigail untuk duduk di lobi tempat biasa orang menunggu. Namun saat Leo hendak menaruh Abigail ke sofa, gadis itu turut menariknya duduk. Abigail duduk di atas pangkuan Leo, kakinya erat mencengkram pinggangnya. Tangan Abigal menangkup wajah Leo dan mulutnya melumat habis bibir Leo.Leo berusaha melepaskan diri namun Abogail begitu ketat mencengkramnya sehingga tubuhnya seperti menempel erat dengan gadis itu. Lidah Abigail memaksa Leo untuk membalas ciumannya namun pria itu diam bergeming de
Rebecca menurunkan dirinya, menduduki Leo dan menekan dengan lambat."Ride me hard Becca!" suara Leo parau memerintah. Rebecca mengangkat bokongnya dan melepaskan penyatuan mereka lalu melekatkan lagi kedua bagian intim mereka dengan lambat.Namun kali ini Leo menekan paha Rebecca dan nyaris mencengkramnya dengan kuat. Ia hampir menyakiti Rebecca. Kejantanannya berdenyut begitu kuat, ia begitu ingin membenamkan dirinya ke tubuh Rebecca dengan kuat dan cepat. Namun sepertinya gadis itu ingin menyiksanya dengan bergerak sangat pelan dan perlahan. Membuat kesabaran Leo semakin menipis. Leo mendengus kasar, memerintah Rebecca sekali lagi untuk menungganginya dengan kuat dan cepat. "I think you are going to kill me! Ride me faster Becca!" Dengan kekuatannya, Leo mengguncang-guncang tubuh Rebecca ke atas dan bawah memasuki kejantanannya dengan cepat dan keras. Kedua payudara Rebecca berguncang hebat mengikuti ritme hentakan dan hujaman Leo, membuat pemandangan yang sangat indah. Tidak
Leo menyukai rasanya menguasai tubuh Rebecca, membuat gadis itu kepayahan melayaninya. Berada di belakang Rebecca, Leo menggapai kedua payudara Rebecca. Ia memainkan payudaranya, meremas dan memeluntir kedua puting Rebecca. Ia berusaha untuk membangkitkan gairah Rebecca lagi. Remasannya yang lembut dan lama kelamaan menjadi remasan yang kuat, membuat Rebecca kembali mengerang nikmat. Leo kembali merasa gairahnya bangkit dua kali lipat. Ia meraih wajah Rebecca dari belakang dan mencium Rebecca dengan penuh gairah. "I want to ride you from behind Rebecca, aku sudah tidak sanggup lagi! Aku sangat terangsang!" Leo menggesekkan kejantanannya yang mengacung tegak berdiri ke bokong indah Rebecca.Kejantanan Leo mengacung begitu keras sehingga Leo merasakan nyeri berdenyut di kedua pahanya. Ia ingin segera menghujam masuk dan menaklukkan Rebecca. Leo memegang batang kokoh yang berurat itu dan mulai membawanya ke arah kewanitaan istrinya.Leo mulai menungganginya dari belakang. Ia mulai me