Mendengar kata-kata erotis itu, Sarah kembali merasa bergairah. Mereka saling berpangutan penuh gairah sementara tangan Adrian memilin kedua puting Sarah yang kembali menonjol. Fantasinya terwujud sempurna ketika ia melihat tubuh Sarah begitu indah dengan titik-titik peluh di kulitnya yang mulus. Apalagi ujung payudaranya yang menegang seolah meminta perhatiannya yang lebih.Adrian mengecupi gundukan indah istrinya. Mulutnya melumat dan menyesap. Menyapukan lidahnya pada puncaknya dan menarik-narik ujungnya dengan mulut basahnya. Sarah mendesah hebat menikmati sentuhan suaminya di titik-titik sensitif tubuhnya.Adrian tidak pernah puas menyentuh tubuh Sarah. Membuat Sarah makin menekankan tubuhnya pada suaminya. Adrian begitu menikmati sampai ia dengan secepat kilat memutar tubuh Sarah. Sarah membelakanginya. Mengusap pinggulnya lalu meremas kedua bokong sintal milik Sarah. Di bawah cengkraman tangannya, Adrian merendahkan posisi tubuh istrinya sehingga tubuh Sarah melekuk dengan sek
Adrian membangunkan Sarah di pagi hari mereka dengan serangan lidahnya di antara kedua paha Sarah. Lidah Adrian melesak begitu dalam, menjelajahi seluruh permukaan licin itu. Ia lalu keluar dengan lincahnya dan menggoda seluruh bibir bawah Sarah yang ternyata sudah sangat basah karena decakan lidah Adrian dan juga hasrat Sarah. Sarah mengerang begitu kencang, menahan kepala Adrian agar tetap berada di posisinya. Memberinya kenikmatan terindah di pagi itu. Usai mencicipi kemanisan istrinya di bawah sana. Adrian yang sudah sejak tadi terbakar gairah segera menarik tubuh telanjang Sarah ke pangkuannya. Dengan satu kali hentakan Adrian sudah terbenam di tubuh Sarah. Mengguncang-guncang tubuhnya dan menyatukan dirinya dengan hujaman-hujaman kuat. Tubuh Sarah yang berguncang di atasnya membuat gairah Adrian semakin mendesak. Sepasang payudara yang berguncang dengan kedua lingkaran cokelat terang yang menantang membuat Adrian tidak sabar untuk melumatnya bergantian. Adrian membiarkan posi
Sarah terbangun di ranjang yang kosong, ia meraih bed sheet putih yang sudah acak-acakan untuk menutupi tubuh polosnya. Selesai merenggangkan tubuhnya yang penat akibat pergumulan panas tadi malam, Sarah turun dari tempat tidur dan mencari keberadaan Adrian. Saat langkahnya terhenti di cermin, ia melihat di bahunya terdapat bekas merah keunguan bekas sesapan dan ciuman suaminya. Sarah membuka sedikit bed sheet itu dan mendapati bekas merah keunguan itu juga di payudaranya. Sarah menyentuh bekas merah keunguan itu sambil memejamkan matanya. Ia kembali membayangkan percintaan mereka tadi malam. Bagaimana Adrian tidak pernah gagal untuk memuaskannya. Bahkan setelah berkali-kali mengosongkan cairannya, suaminya itu tetap bergairah untuk menyetubuhinya. Sambil memejamkan matanya, Sarah membayangkan bagaimana Adrian tadi malam menyentuhnya dengan maskulin di seluruh tubuhnya. Rasa terangsang mulai menghinggapinya sehingga ia segera menggelengkan kepalanya cepat-cepat dan segera mencari keb
Sarah terbangun sendiri lagi keesokan harinya, ia melihat di sebelahnya dan tidak mendapati Adrian berada di sisinya. "Adrian... apa kamu di kamar mandi?" Sarah merenggangkan tubuhnya melihat ke arah pintu kamar ketika Adrian masuk sudah berpakaian rapi dengan jas dan setelan kantornya."Kamu sudah bangun babe?" Adrian masuk dengan membawa nampan berisi sarapan pagi. Sarah mengangguk dan membantu Adrian menaruh nampan sarapan itu di antara sisi tubuhnya.Adrian mengecup puncak kepala Sarah dan mencium pipi kanannya."Kamu sudah mau berangkat?" tanya Sarah dengan tatapan sedikit kecewa. Adrian mengangguk perlahan dan mengucapkan kata-kata maafnya."Maaf ya tapi aku janji akan pulang lebih awal malam ini. Please forgive me babe!" Adrian mengenggam tangan Sarah dengan lembut."Ya, tapi aku baru saja bertemu dengan kamu. Aku saja nggak tahu kapan kamu pulang tadi malam!" Sarah mengerucutkan bibirnya kesal persis seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan es krim."Aku tidak mau m
Selesai menata rambutnya di salon yang merogoh jutaan rupiah, Sarah berkeliling pusat perbelanjaan. Ia memasuki beberapa high couture boutique sampai ke outlet store milik brand-brand terkenal. Setiap store yang Sarah masuki semua pegawai di sana menyambutnya dengan ramah. Pertama karena ia adalah aktris terkenal kedua karena ia adalah istri Adrian, Miliarder yang memiliki pusat perbelanjaan yang sedang ia kelilingi itu. “Silahkan Nyonya Adrian... Ini adalah keluaran terbaru dan tas-tas limited edition yang hanya kami jual kepada selebriti dan sosialita yang datang ke store kami.” Pegawai perempuan yang bernama May memperlihatkan koleksi tas-tas dan pakaian yang harganya mencapai ratusan juta bahkan Milyaran. Dengan teliti Sarah melihat-lihat beberapa pakaian yang sedang mengikuti mode terkini, sebagai public figure tentu dia tidak boleh salah berpakaian apalagi ia juga mewakili beberapa brand ternama tentu saja ia tidak boleh mengecewakan brand yang ia wakili itu. "Aku ambil baju
Sementara di kantor pusat Adrian, laki-laki berpakaian jas itu sedang duduk dengan dikelilingi banyak orang legalnya dan juga penasehat keuangan di perusahannya."Kita memiliki sedikit masalah Pak dengan dewan Komisaris, berita tentang Mike yang telah menyabotase anda dan membuat anda terpaksa menikahi istri anda telah tersebar luas menjadi skandal. Dan itu membuat Dewan Komisaris meminta anda untuk diturunkan sebagai CEO dari grup kita.""Terpaksa? Saya tidak pernah merasa terpaksa untuk menikahi siapapun, apalagi Sarah. Memang saya sendiri yang memilih menikahinya karena saya sudah jatuh cinta pada istrinya di pandangan pertama. Dan apa kata kalian Dewan Komisaris meminta saya turun? Tidak akan, ini adalah perusahaan ayahku lalu diwariskan padaku. Satu kata untuk mereka jika mereka ingin saya turun dari posisi ini, Never!!!" kata Adrian dengan kesal. Pagi ini ia sudah dibuat jengkel dengan deretan orang legal dan juga penasehat keuangan perusahan yang berbondong-bondong menunggunya
Di tempat lain, di malam hari setelah ia bertemu dengan Sarah, Antonio segera mencari tahu semua tentang Sarah. Ia tahu Sarah adalah aktris terkenal dan beberapa kali menjadi brand ambassador brand-brand terkenal. Di setiap slide foto Sarah yang berhasil dikumpulkan asisten Antonio, terlihat wajah cantik yang sedang tersenyum. "Cantik sekali dia." gumam Antonio sambil melihat slide itu dengan kagum. Melihat slide-slide foto dan juga menonton film yang dibintang Sarah di ruang kerjanya membuat Antonio menjadi bergairah. Suatu hal yang tidak pernah terjadi seumur hidupnya, Antonio sangat berhasrat untuk memiliki seorang perempuan. Apalagi ia kini tahu kalau Sarah sudah memiliki suami seorang Milliarder. Meski itu bukanlah halangan bagi Antonio untuk merebut Sarah dari suaminya. Ia akan dengan sekuat tenaga akan memiliki Sarah. Bukanlah hal yang sulit untuk Antonio Derilio mafia kuat berkedok pengusaha terkenal di negara ini untuk memiliki seorang aktris cantik. Pertama ia akan mendekat
Sarah melihat pesan di ponselnya. Ia tidak tahu harus merespons apa dengan pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Ia tahu maksud laki-laki itu baik. Ia merasa tidak enak karena telah merusak baju mahalnya. Namun entah mengapa Sarah merasa ada perasaan tidak enak atas kebaikan laki-laki itu. Ada perasaan waspada yang berlebihan. Apa itu hanya pikirannya saja atau memang ada sesuatu yang salah dengan laki-laki itu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Sarah menjawab dengan singkat. "Boleh anda titipkan saja ke resepsionis perusahaan suami saya?"Belum lama ia menjawab, sudah terdengar suara dering telepon dari sang penabraknya. Sarah mengangkatnya setelah dering ketiga."Ya hallo....""Hallo, maaf jika saya menganggu...." terdengar balasan dari laki-laki itu.Sarah menjawab kalau ia tidak menganggu lalu laki-laki itu menyatakan rasa tidak enaknya jika harus menitipkan begitu saja pakaian untuk Sarah tanpa bertemu dengannya. Ia bahkan meminta dengan sangat agar Sarah mau bertemu seben
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa