Sarah melihat pesan di ponselnya. Ia tidak tahu harus merespons apa dengan pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Ia tahu maksud laki-laki itu baik. Ia merasa tidak enak karena telah merusak baju mahalnya. Namun entah mengapa Sarah merasa ada perasaan tidak enak atas kebaikan laki-laki itu. Ada perasaan waspada yang berlebihan. Apa itu hanya pikirannya saja atau memang ada sesuatu yang salah dengan laki-laki itu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Sarah menjawab dengan singkat. "Boleh anda titipkan saja ke resepsionis perusahaan suami saya?"Belum lama ia menjawab, sudah terdengar suara dering telepon dari sang penabraknya. Sarah mengangkatnya setelah dering ketiga."Ya hallo....""Hallo, maaf jika saya menganggu...." terdengar balasan dari laki-laki itu.Sarah menjawab kalau ia tidak menganggu lalu laki-laki itu menyatakan rasa tidak enaknya jika harus menitipkan begitu saja pakaian untuk Sarah tanpa bertemu dengannya. Ia bahkan meminta dengan sangat agar Sarah mau bertemu seben
Antonio menempuh perjalanan selama 3 jam untuk membawa Sarah ke villanya di atas gunung. Seorang bodyguard membuka gerbang besi Villa dengan remote lalu langsung menutupnya kembali ketika dengan kecepatan kuda Antonio melajukan mobilnya masuk ke halaman besar villa. Anak buah Antonio sudah mengamankan mobil Sarah, ia menyimpan mobil Sarah di salah satu kontainer besar milik Antonio di pelabuhan. Anak buah Antonio bahkan membeli kafe Bringham dan menghapus semua jejak kalau Sarah dan Antonio pernah berada di sana. Antonio ternyata menyuap barista tadi untuk menaruh obat penenang dan obat tidur di kopi Sarah. Dan kini barista itu mungkin sedang menikmati uang milyaran nya di luar negeri. Detik ia dan Sarah keluar dari kafe itu barista itu segera diterbangkan ke luar negeri dan dilarang untuk kembali selamanya. Dengan uang suap milyaran tentu saja dengan cepat barista itu setuju membantu Antonio mendapatkan Sarah.Di villa nya, setelah Sarah sadar, Antonio akan bertanya baik-baik pada S
Sementara di tempat lain, di belahan dunia yang lain Adrian masih berkutat dengan lab perusahaan farmasinya yang terbakar. Begitu banyak kerusakan yang ditimbulkan sehingga banyak tuntutan hukum yang dilayangkan ke perusahaannya untuk bertanggung jawab. Tentu saja Adrian sebagai pemimpin tertinggi akan bertanggung jawab kalau tidak untuk apa ia terbang jauh-jauh ke sini meninggalkan istrinya berhari-hari sendirian di rumah. "Pak Adrian, ada salah satu media nasional yang ingin mewawancarai anda mengenai kebakaran yang terjadi." salah satu staff penerjemah datang memberitahu. Adrian menggeleng keras lalu ia memberi pernyataan yang cukup tegas. "Saya tidak akan memberikan pernyataan apapun sampai polisi setempat menyelesaikan penyelidikannya. Saya juga penasaran apa penyebab musibah ini terjadi, karena dengan sistem yang kita punya sekarang seharusnya insiden besar seperti ini bisa kita minimalisir." kata Adrian sambil meminta penerjemah itu untuk menerjamahkan kata-katanya pada para wa
Sarah berdiri dengan tiba-tiba, membuat Antonio sedikit bereaksi. Laki-laki jangkung itu ikut berdiri dan bergeser sedikit menghalangi antara Sarah dan pintu kamar. Mata Sarah mendelik marah, tangannya ia tolakkan keduanya di pinggangnya. Dengan suaranya yang lantang ia memberi perintah."Minggir, aku mau pergi dari sini!" Menanggapi sikap marah Sarah, Antonio bergeming. Ia tetap melipat kedua tangannya di depan dadanya. Demgan tersenyum samar, ia berkata."Percuma Sarah, pintu itu akan tetap terkunci kecuali aku yang memerintahkannya untuk membukanya." Sarah menerobos Antonio, berusaha berlari ke arah pintu dan membuka gagangnya. Namun setelah berkali-kali ia berusaha membuka gagang pintu itu namun tetap tidak bisa terbuka. Ternyata ucapan Antonio bukan hanya sekedar gertakan semata. Ia benar menguasai tempat ini dan hanya ia lah yang bisa membukakan pintu itu untuk Sarah.Aktris cantik itu berbalik, ia menurunkan sorot mata tajamnya dan mencoba untuk meraih belas kasih Antonio pa
"Tidak jangan sentuh aku, tidak! Menjauhlah!" Sarah berteriak sambil memukuli bahu Antonio yang tegap meski sudah dipukuli Sarah berulang kali."Sudah aku bilang percuma saja kamu melakukan itu, aku sudah pernah menahan seribu pukulan dari musuh-musuhku cantik!" Antonio membiarkan Sarah melampiaskan kemarahannya dengan memukulinya. Nanti jika wanitanya itu sudah tenang maka ia akan membujuknya untuk melakukan apapun yang ingin ia lakukan pada Sarah. "Please, don't do this! For God sake i have a husband whose waiting for me at home!" sikap histeris Sarah sudah berubah menjadi sikap memelas meminta belas kasihan pada laki-laki yang menawannya."Suami yang menelantarkanmu berhari-hari? Ia bahkan masih berada di luar negeri dan tidak sadar kalau kami berada di sini bersamaku! Dia tidak pantas untukmu, lupakan dia! Kita memiliki masa depan yang cerah sayang!"Mata berkilat Antonio membuat Sarah yang melihatnya menjadi ketakutan. Sekarang Sarah benar-benar yakin kalau Antonio tidak waras d
Sarah tidak berani memandang Antonio dari balik cermin. Tangannya dingin, jantungnya berdetak kencang ketika tangan Antonio mengambil satu kumpulan rambut panjangnya dan menghirup aromanya dengan nikmat. Sarah menahan nafasnya, ia tidak berani bergerak, namun pria itu lah yang bergerak lebih dulu darinya. Ia membalikkan tubuh Sarah dengan cepat, lalu ia menunduk menghadap ke arah Sarah."Apa kamu sudah memikirkan penawaranku?" tanyanya dengan tangan yang mulai kurang ajar. Membelai dengan halus wajah Sarah sampai Sarah terkesiap. Terkejut dan jengah akan sentuhan asing laki-laki itu."Kenapa? Kamu harus memilihnya sekarang atau aku akan membantu memilihkannya untukmu!" Antonio menangkup wajah Sarah dengan kedua tangannya. Menahan wajah Sarah di kedua sisi.Antonio melumat bibir Sarah, memaksa bibirnya untuk membuka. Menyelipkan lidahnya ke dalam kehangatan mulut Sarah. Sarah mencoba tidak merespon belaian lidah pria itu yang semakin rakus merasai. Ia bahkan mencoba menjauhkan diriny
Sarah bahkan tidak memiliki waktu untuk bereaksi. Pria itu langsung menangkup wajahnya, membungkam teriakan kecilnya ketika ia berusaha menolak ciumannya. Bahkan kali ini ia tidak bisa menggigit lidahnya. Pria itu tidak memberikan kesempatan untuknya. Bahkan untuk sekedar bernafas. Sarah kewalahan sementara Antonio dengan ahli menyentak pakaian tidur Sarah dan membuat dirinya polos tanpa sehelai benang pun. "Apakah mereka akan bercinta?"Bercinta tidak ini lebih tepatnya seperti sebuah pemaksaan, pemerkosaan. Pria ini ingin hanya ingin menyetubuhinya seperti binatang. Tanpa cinta dan dengan paksa. Sarah tidak lagi sanggup berpikir ketika dengan kurang ajar, menyentuh tubuh terbuka Sarah. Menelusuri sepanjang kehalusan tubuhnya. Lalu sentuhan panas itu tiba di payudaranya dan mulai meremasnya.Tanpa sadar Sarah melengkungkan tubuhnya. Ia menahan diri untuk tidak mengerang ketika Antonio memeluntir kedua putingnya yang membengkak."Aku yakin kamu menginginkan mulutku di dadamu!" Ucapa
Sarah terus berjalan menembus hutan, ia tidak peduli kakinya yang sudah luka-luka karena tergores ranting dan akar pohon yang melintang di atas jalan yang ia lalui sepanjang hutan itu. Sudah hampir dua jam rasanya ia berlari masuk ke dalam hutan dan menjauhi jalan yang dilalui mobil. Ia juga yakin kalau ia sudah menjauhi villa milik penculiknya. Dengan menabahkan hati dan menguatkan diri kini Sarah terus menembus hutan mencari tempat untuk meminta tolong namun semakin ia berjalan menembus hutan semakin ia tidak menemui satu orang manusia pun. Pepohonan yang semakin rapat dan lebat pun membuat suasana di sekitar Sarah pun menjadi lebih gelap dan lembab. Tidak ada suara manusia hanya ada suara burung dan juga binatang hutan lainnya yang bersahut-sahutan ketika ia semakin dalam memasuki hutan yang lebat itu. Saat matahari semakin tidak terlihat di hutan itu, Sarah mencoba mencari tempat untuk berlindung ketika malam datang. Ia khawatir jika malam dan ia belum menemukan pertolongan maka