Antonio menempuh perjalanan selama 3 jam untuk membawa Sarah ke villanya di atas gunung. Seorang bodyguard membuka gerbang besi Villa dengan remote lalu langsung menutupnya kembali ketika dengan kecepatan kuda Antonio melajukan mobilnya masuk ke halaman besar villa. Anak buah Antonio sudah mengamankan mobil Sarah, ia menyimpan mobil Sarah di salah satu kontainer besar milik Antonio di pelabuhan. Anak buah Antonio bahkan membeli kafe Bringham dan menghapus semua jejak kalau Sarah dan Antonio pernah berada di sana. Antonio ternyata menyuap barista tadi untuk menaruh obat penenang dan obat tidur di kopi Sarah. Dan kini barista itu mungkin sedang menikmati uang milyaran nya di luar negeri. Detik ia dan Sarah keluar dari kafe itu barista itu segera diterbangkan ke luar negeri dan dilarang untuk kembali selamanya. Dengan uang suap milyaran tentu saja dengan cepat barista itu setuju membantu Antonio mendapatkan Sarah.Di villa nya, setelah Sarah sadar, Antonio akan bertanya baik-baik pada S
Sementara di tempat lain, di belahan dunia yang lain Adrian masih berkutat dengan lab perusahaan farmasinya yang terbakar. Begitu banyak kerusakan yang ditimbulkan sehingga banyak tuntutan hukum yang dilayangkan ke perusahaannya untuk bertanggung jawab. Tentu saja Adrian sebagai pemimpin tertinggi akan bertanggung jawab kalau tidak untuk apa ia terbang jauh-jauh ke sini meninggalkan istrinya berhari-hari sendirian di rumah. "Pak Adrian, ada salah satu media nasional yang ingin mewawancarai anda mengenai kebakaran yang terjadi." salah satu staff penerjemah datang memberitahu. Adrian menggeleng keras lalu ia memberi pernyataan yang cukup tegas. "Saya tidak akan memberikan pernyataan apapun sampai polisi setempat menyelesaikan penyelidikannya. Saya juga penasaran apa penyebab musibah ini terjadi, karena dengan sistem yang kita punya sekarang seharusnya insiden besar seperti ini bisa kita minimalisir." kata Adrian sambil meminta penerjemah itu untuk menerjamahkan kata-katanya pada para wa
Sarah berdiri dengan tiba-tiba, membuat Antonio sedikit bereaksi. Laki-laki jangkung itu ikut berdiri dan bergeser sedikit menghalangi antara Sarah dan pintu kamar. Mata Sarah mendelik marah, tangannya ia tolakkan keduanya di pinggangnya. Dengan suaranya yang lantang ia memberi perintah."Minggir, aku mau pergi dari sini!" Menanggapi sikap marah Sarah, Antonio bergeming. Ia tetap melipat kedua tangannya di depan dadanya. Demgan tersenyum samar, ia berkata."Percuma Sarah, pintu itu akan tetap terkunci kecuali aku yang memerintahkannya untuk membukanya." Sarah menerobos Antonio, berusaha berlari ke arah pintu dan membuka gagangnya. Namun setelah berkali-kali ia berusaha membuka gagang pintu itu namun tetap tidak bisa terbuka. Ternyata ucapan Antonio bukan hanya sekedar gertakan semata. Ia benar menguasai tempat ini dan hanya ia lah yang bisa membukakan pintu itu untuk Sarah.Aktris cantik itu berbalik, ia menurunkan sorot mata tajamnya dan mencoba untuk meraih belas kasih Antonio pa
"Tidak jangan sentuh aku, tidak! Menjauhlah!" Sarah berteriak sambil memukuli bahu Antonio yang tegap meski sudah dipukuli Sarah berulang kali."Sudah aku bilang percuma saja kamu melakukan itu, aku sudah pernah menahan seribu pukulan dari musuh-musuhku cantik!" Antonio membiarkan Sarah melampiaskan kemarahannya dengan memukulinya. Nanti jika wanitanya itu sudah tenang maka ia akan membujuknya untuk melakukan apapun yang ingin ia lakukan pada Sarah. "Please, don't do this! For God sake i have a husband whose waiting for me at home!" sikap histeris Sarah sudah berubah menjadi sikap memelas meminta belas kasihan pada laki-laki yang menawannya."Suami yang menelantarkanmu berhari-hari? Ia bahkan masih berada di luar negeri dan tidak sadar kalau kami berada di sini bersamaku! Dia tidak pantas untukmu, lupakan dia! Kita memiliki masa depan yang cerah sayang!"Mata berkilat Antonio membuat Sarah yang melihatnya menjadi ketakutan. Sekarang Sarah benar-benar yakin kalau Antonio tidak waras d
Sarah tidak berani memandang Antonio dari balik cermin. Tangannya dingin, jantungnya berdetak kencang ketika tangan Antonio mengambil satu kumpulan rambut panjangnya dan menghirup aromanya dengan nikmat. Sarah menahan nafasnya, ia tidak berani bergerak, namun pria itu lah yang bergerak lebih dulu darinya. Ia membalikkan tubuh Sarah dengan cepat, lalu ia menunduk menghadap ke arah Sarah."Apa kamu sudah memikirkan penawaranku?" tanyanya dengan tangan yang mulai kurang ajar. Membelai dengan halus wajah Sarah sampai Sarah terkesiap. Terkejut dan jengah akan sentuhan asing laki-laki itu."Kenapa? Kamu harus memilihnya sekarang atau aku akan membantu memilihkannya untukmu!" Antonio menangkup wajah Sarah dengan kedua tangannya. Menahan wajah Sarah di kedua sisi.Antonio melumat bibir Sarah, memaksa bibirnya untuk membuka. Menyelipkan lidahnya ke dalam kehangatan mulut Sarah. Sarah mencoba tidak merespon belaian lidah pria itu yang semakin rakus merasai. Ia bahkan mencoba menjauhkan diriny
Sarah bahkan tidak memiliki waktu untuk bereaksi. Pria itu langsung menangkup wajahnya, membungkam teriakan kecilnya ketika ia berusaha menolak ciumannya. Bahkan kali ini ia tidak bisa menggigit lidahnya. Pria itu tidak memberikan kesempatan untuknya. Bahkan untuk sekedar bernafas. Sarah kewalahan sementara Antonio dengan ahli menyentak pakaian tidur Sarah dan membuat dirinya polos tanpa sehelai benang pun. "Apakah mereka akan bercinta?"Bercinta tidak ini lebih tepatnya seperti sebuah pemaksaan, pemerkosaan. Pria ini ingin hanya ingin menyetubuhinya seperti binatang. Tanpa cinta dan dengan paksa. Sarah tidak lagi sanggup berpikir ketika dengan kurang ajar, menyentuh tubuh terbuka Sarah. Menelusuri sepanjang kehalusan tubuhnya. Lalu sentuhan panas itu tiba di payudaranya dan mulai meremasnya.Tanpa sadar Sarah melengkungkan tubuhnya. Ia menahan diri untuk tidak mengerang ketika Antonio memeluntir kedua putingnya yang membengkak."Aku yakin kamu menginginkan mulutku di dadamu!" Ucapa
Sarah terus berjalan menembus hutan, ia tidak peduli kakinya yang sudah luka-luka karena tergores ranting dan akar pohon yang melintang di atas jalan yang ia lalui sepanjang hutan itu. Sudah hampir dua jam rasanya ia berlari masuk ke dalam hutan dan menjauhi jalan yang dilalui mobil. Ia juga yakin kalau ia sudah menjauhi villa milik penculiknya. Dengan menabahkan hati dan menguatkan diri kini Sarah terus menembus hutan mencari tempat untuk meminta tolong namun semakin ia berjalan menembus hutan semakin ia tidak menemui satu orang manusia pun. Pepohonan yang semakin rapat dan lebat pun membuat suasana di sekitar Sarah pun menjadi lebih gelap dan lembab. Tidak ada suara manusia hanya ada suara burung dan juga binatang hutan lainnya yang bersahut-sahutan ketika ia semakin dalam memasuki hutan yang lebat itu. Saat matahari semakin tidak terlihat di hutan itu, Sarah mencoba mencari tempat untuk berlindung ketika malam datang. Ia khawatir jika malam dan ia belum menemukan pertolongan maka
Antonio terbangun dengan terengah-engah, keringatnya mengucur deras. Ia bermimpi buruk. Sarah mati tenggelam dan ia sedang memeluk jasadnya. Rupa-rupanya ia tertidur karena kelelahan. Antonio menatap wanita telanjang yang sedang berada dalam pelukannya itu. Dengkur nafasnya yang halus menunjukkan Sarah sudah baik-baik saja. Antonio bernafas lega. Ia sangat ketakutan tadi saat menyangka Sarah mungkin tidak bisa diselamatkan.Melihat Sarah dalam keadaan baik-baik saja, Antonio mencoba membetulkan posisi ia tidur. Ia menggerakkan tubuhnya sedikit, bergeser sedikit agar tubuhnya tidak menimpa tubuh Sarah yang langsing. Saat ia bergeser tubuhnya, dadanya bergesekkan dengan puncak payudara Sarah yang mencuat naik. Membuat tonjolan di antara paha Antonio terus berkedut. Antonio berusaha merendam gairahnya karena ia bukanlah binatang. Ia tidak mungkin meniduri Sarah yang baru saja hampir mati karena tenggelam di sungai. Meskipun ia orang yang jahat, tapi ia tidak sebejat itu. Namun ketika ta
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa