Share

15. KELAKUAN GEMA DIRGANTARA

last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 13:00:42

SEPULUH MENIT KEMUDIAN.

Pria yang akrab dipanggil Pak Wishnu itu, akhirnya datang. Ia membawa langkah pasti, memasuki ruangan yang sedang memanas itu

Gema memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana sambil berjalan santai. Ia yang lebih dulu menyambut Pak Wishnu.

"Assalamualaikum, Mas Gema." Pria empat puluh lima tahun itu, mengucap salam lebih dulu. Mengulurkan tangan kanan.

"Waalaikumsalam, Pak Wishnu. Maaf karena sudah merepotkan Anda, untuk datang ke sini," jawab Gema, sembari menjabat tangan pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.

"Tidak repot sama sekali. Sudah sepatutnya saya membantu keluarga ini sebagaimana mestinya."

Gema pun tersenyum simpul mendengar kalimat tersebut. Sementara itu, Angga Wijaya berdiri di sana tanpa bergeser sedikitpun dari posisinya. Sedangkan Anita yang semula duduk di sofa, sambil harap-harap cemas, kini berdiri dan perasaannya semakin tidak karuan.

"Tuan Angga," sapa Pak Wish
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   16. KEMELUT KELUARGA WIJAYA

    "Bagaimana kondisi Mas Angga, Dokter?" Anita menatap melas pria di hadapannya."Kondisi, Pak Wijaya baik-baik saja. Dia hanya stres saja, yang membuatnya kelelahan," kata pria itu, sedikit menjabarkan tentang kondisi Angga Wijaya yang saat ini terbaring tak sadarkan diri di tempat tidurnya."Kapan Mas Angga sadar, Dok?" Anita masih belum tenang, meskipun sudah diberitahu tahu, bahwasanya sang suami baik-baik saja."Tidak lama lagi dia Pak Wijaya akan sadar. Namun, harus tetap diingat. Beliau harus banyak-banyak istirahat dan jangan sampai stress berlebihan seperti tadi," pesan pria yang mengenakan setelan jas putih kebesaran seorang dokter."Baik, Dok. Saya akan ingat pesan dokter dengan baik." Anita meremas ujung hijabnya. Mendekap seerat mungkin. Mencoba untuk menguatkan diri sendiri.Dia tidak menduga sebelumnya, akan terjadi hal seperti ini. Kondisi suaminya sangat drop, sampai tidak sadarkan diri. "Kalau begitu, saya permis

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   17. SIASAT GEMA

    Beberapa hari telah berlalu. Kehidupan seolah kembali berjalan normal. Tidak ada drama yang menguras emosi dan tenaga. Semuanya tampak baik-baik saja. Melakukan aktivitas masing-masing, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Diketahui, setelah kejadian hari itu, Gema tidak pulang ke rumah. Padahal ia begitu ngotot, bahwasanya itu adalah miliknya, sampai dihadirkan pengacara untuk membantunya mengklaim rumah tersebut.Selama itu juga, Angga Wijaya tidak dapat menghubungi sang putra. Ponsel Gema selalu saja tidak aktif. Entah ia sudah mengganti nomornya atau sengaja mematikan ponselnya, supaya tidak ada yang bisa menghubunginya? Entahlah. Angga Wijaya pun tidak tahu, jalan pikiran putranya itu.Bahkan, ketika Angga Wijaya menghubungi Juna pun, pemuda itu mengatakan tidakbada komunikasi dengan Gema dalam beberapa hari terakhir. Juna juga tidak bisa menghubungi Gema, yang saat ini entah di mana keberadaannya?Angga Wijaya, sebenarnya percaya dan tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   18. AWAL KEINGINAN ANGGA WIJAYA

    Angga Wijaya pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Pikirannya begitu kacau saat ini. Pekerjaan pun ikut terbengkalai. Semua agenda dibatalkan hanya demi mencari sang putra yang saat ini entah di mana rimbanya."Assalamualaikum, Dek," ucap Angga Wijaya, uruk salam sambil memasuki ruangan. Namun, tidak ada satu orang pun yang menjawab. "Dek!" panggilnya kemudian, mengedarkan pandangannya sebab Anita tidak kunjung terlihat."Mas Angga." Penggilan lembut itu, seketika membuat pria lima puluhan tahun itu, langsung berbalik badan, lalu melebarkan senyuman. Mood yang semula tidak baik-baik saja, seolah berganti keceriaan."Mas Angga udah pulang?" tanya Anita, menghampiri sang suami. Mengikis jarak yang hanya beberapa meter itu."Iya, Dek. Mas kangen banget sama kamu," jawabnya disertai senyuman menggoda. "Dih, apaan si, Mas. Kayak ABG aja," celetuk Anita, melayangkan protes."Memangnya kenapa kalau Mas berbicara sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   19. MEMINTA NAFKAH BATIN

    Pukul 21.00 WIB.Anita keluar dari kamar mandi. Malam ini, dia sengaja menggerai rambutnya yang hitam legam itu. Entah setan mana yang telah merasukinya? Anita mengenakan setelan baju tidur yang cukup ketat, sehingga terlihat lekuk tubuhnya. Memiliki pinggang ramping, dua buah dada cukup besar. Tidak biasanya ia berpenampilan demikian. Anita berjalan menghampiri sang suami yang asyik bermain ponsel di atas tempat tidur itu."Mas Angga," panggilnya sangat lembut, seperti desahan pelan, sembari menyentuh punggung tangan sang suami. Tatapannya begitu berbeda malam ini. Angga Wijaya melirik, melepaskan fokusnya pada benda pintar itu. "Iya, Dek. Ada apa?" Bukannya dia tidak paham atau mengerti? Dilihat dari penampilan Anita dan riasan wajah itu, Angga Wijaya sudah bisa menebak. Pasti ada apa-apa ini.Anita sedikit tertunduk sejenak. Sebelum akhirnya, ia kembali menatap sang suami. "Mas, boleh aku katakan sesuatu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   20. PAGI YANG TAK TERDUGA

    Pukul 04.45 WIB.Adzan subuh pun sudah berkumandang sejak beberapa menit lalu. Anita dan Angga Wijaya telah bersiap untuk sholat subuh berjamaah. Angga Wijaya sebagai imam dan Anita menjadi makmumnya. Baik Anita maupun Angga Wijaya, sudah sama-sama sepakat untuk melupakan kejadian semalam. Saling memaafkan satu sama lain.Sholat subuh kali ini, begitu khusyuk dan tenang. Sampai di sujud terakhir. Angga Wijaya tak kunjung menggerakkan tubuhnya.Posisinya tetap sujud hingga beberapa menit. Mendapati adanya kejanggalan di sini, Anita pun menyudahi sholatnya."Mas Angga." Dia mendekat dengan perasaan was-was, kemudian digerakkan tubuh sang suami pelan. "Mas Angga!" Suaranya cukup histeris, lantaran suaminya memejamkan mata dan ketika didorong, ia pun telentang kaku."Mas bangun." Sebisa mungkin ia tetap tenang. Mencoba mengendalikan isi kepalanya supaya tidak berpikir yang aneh-aneh.Anita mencoba menggerakkan tub

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   21. APA INI?

    27 TAHUN YANG LALU.*** Pernikahan yang dibina Angga Wijaya bersama Calista, baru menginjak usia satu tahun. Kalau kata orang, sedang hangat-hangatnya, seperti masih pacaran. Begitulah kira-kira yang lain menilai."Kapan kita punya anak? Mamaku terus saja menanyakan soal, kapan kita bisa berikan keturunan bagi keluarga Buana!"Calista meninggikan suaranya, memecah keheningan di ruangan itu. Angga Wijaya melepaskan pulpen yang sedang digenggamnya, lalu mengangkat kepalanya. Menatap lurus sang istri.Calista yang tiba-tiba datang ke ruangan itu, seketika meluapkan emosinya. Melontarkan pertanyaan yang sebenarnya bisa dibicarakan baik-baik tanpa harus meninggikan suara."Setiap hari, mama selalu bertanya. Kapan aku hamil? Kapan kita memiliki anak? Mama sudah sangat ingin, kita memberi keturunan bagi keluarga Buana!" tambahnya yang tidak mampu meredam emosi, sehingga intonasi suaranya semakin tinggi. Calista mengatakan apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   22. SATU RAHASIA TERUNGKAP

    Satu bulan setelahnya. Angga Wijaya tampak begitu terburu-buru katika menuruni anak-anak itu, seolah ada hal yang sangat penting, yang tidak bisa ia lewatkan.Selama satu bulan terakhir ia tidak lagi tinggal satu atap dengan Calista. Ya, lebih tepatnya dia mengusir Calista dari rumah tersebut, tepat di malam itu bersama dengan pria yang menjadi selanjutnya tersebut. Hatinya begitu hancur, ketika tahu sang istri berselingkuh. Bahkan melakukan hubungan badan di kamar mereka. Tempat yang seharusnya, hanya boleh ditempati ia dan sang istri saja.Per detik itu juga, Angga Wijaya sudah menggugat cerai Calista. Menjatuhkan talak kepada wanita, yang sudah ia nikahi selama satu tahun tersebut.'Mengapa kamu melakukan ini di belakang saya, Dek? Kamu menghancurkan kepercayaan yang selama ini saya berikan ke kamu!''Aku sudah lelah, Mas. Aku capek, ditanya kapan punya anak! Batinku sakit, Mas! Mama terus memaksaku untuk cepat-cepat memiliki anak! Ak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-16
  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   23. KAPAN INI MEREDA?

    Gema mengatur pernapasannya dari waktu ke waktu. Sungguh, ia dibuat emosional setelah membaca sebagian kisah yang dituliskan sang ayah sebelum dirinya tiada.Baru sepenggal kisah yang ia ketahui, tetapi sudah mampu memporak-porandakan hati serta pikirannya. Dari kisah ini, siapakah yang bersalah? Ayahnya atau Bundanya? Ataukah dirinya yang ikut ambil bagian dalam kisah ini?Sejak kecil ia tidak pernah mengenal sosok sang Bunda. Selama ini, ia tahu hanya melalu kisah yang kerap kali Angga Wijaya ceritakan.Dalam setiap perjalanannya. Gema mengenal sosok sang bunda, adalah wanita yang baik, mandiri dan cantik. Namun, siapa sangka. Ada topeng hitam, yang sengaja disembunyikan oleh ayahnya. Di balik kisah luar biasa itu, ternyata tersimpan kenangan kelam, yang siapa pun akan kecewa dan marah besar bilamana menjadi sosok di dalamnya.Gema mengambil lembaran kertas lainnya. Kali ini ia menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan-lahan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17

Bab terbaru

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   49. EKSTRA PART 2 (TAMAT)

    SEMBILAN TAHUN KEMUDIAN!•"Dirga! Jangan kencang-kencang larinya, Nak!" teriak Anita, sembari mengejar bocah laki-laki yang berlari sambil membawa pesawat mainan di tangannya."Hap! Ayah berhasil menangkap sang pilot kecil yang nakal ini." Gema Dirgantara, langsung menggendong sang putra, setibanya di rumah. Bocah kecil itu, sedang bermain kejar-kejaran dengan Bundanya. Anita."Ah, Ayah! Tidak lucu. Kenapa Ayah menangkapku?! Aku sedang terbang tinggi sekali dengan pesawat ini!" ucap bocah kecil itu mengomel, saat sang Ayah menyudahi imajinasi yang sedang tinggi-tingginya itu.Gema menurunkan bocah kecil kesayangannya, yang diberi nama Dirga Mahendra Wijaya."Baiklah, sang pilot kecil. Sekarang, saatnya pesawat itu mendarat." Gema menggoda sang putra seraya menarik hidung mungil itu."Heum ..." Dirga menunjukkan kesan tidak suka. Gema pun tersenyum dan mengacak-acak pucuk kepala bocah kecilnya. Permata paling berharga bagi keluarga ini."Ayah tumben sudah pulang? Biasanya Ayah pulang

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   48. EKSTRA PART (kabar bahagia)

    "Gimana perjalan tadi, Sayang? Kamu merasa nyaman kan?" "Heum, iya. Aku merasa nyaman banget." Sepasang suami istri itu, berjalan sambil bergandengan tangan. Belum ada tiga puluh menit, pesawat dari yang dari dari Swees baru saja mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta, Anita dan Gema berjalan meninggalkan area kedatangan. Senyuman indah terukir di wajah sepasang suami istri yang baru saja pulang dari berbulan madu. Cerah dan penuh kebahagiaan. Sekitar lima belas hari, keduanya menghabiskan waktu berduaan, menikmati keindahan kota Swees dan sekitarnya. "Cepat tangkap dia!" "Tolong siapa pun! Tangkap pencuri itu!" "Jangan biarkan dia lolos!" Seorang pria, mengenakan kaos lengan pendek berwarna hitam dan celana yang panjangnya sebatas menutupi lutut, serta topi hitam menutupi kepalanya itu, berlari kencang, membuat para pengunjung bandara kocar-kacir. Dia membawa sebuah senjata api di tangan kanannya. Hal tersebutlah yang membuat orang-orang di bandara meras

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   47. TAMAT (END)

    "Kamu sudah pulang, Sayang?" ucap Anita, menyambut kedatang Gema, seraya mencium punggung tangannya, sebagai tanda bakti seorang istri kepada suami. "Iya. Hari ini aku sangat lelah sekali," keluh Gema, terlihat memijat-mijat lehernya yang terasa kaku dan pegal. "Kamu mandi dulu, habis itu aku pijitin," tawar Anita, tersenyum menggoda seraya melingkarkan tangannya di leher Gema. "Heum, pijit lehernya aja atau yang lainnya juga?" Anita sontak melotot, "apaan si kamu? Nakal deh. Ya, aku pijit lehernya aja lah." Sebagai bentuk kekesalannya, Anita mencubit pinggang Gema, tapi bukannya merasa bersalah, Gema malah keenakan. "Udah, ih. Sana mandi dulu. Entar aku pijitin. Semuanya," pisiknya pelan dan memberi penekanan pada kata terakhir. Gema tersenyum sumringah. Angan-angannya langsung membayangkan sesuatu yang nikmat dalam pelukan hangat. "Ok deh, Sayang." Muach ... Dia mencium pipi istirnya, baru setelah itu mempercepat langkahnya menujunya kamar. Anita geleng-gelen

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   46. TELAH SELESAI

    [Lu lagi di mana?][Lagi di rumah sakit. Ada apa?] Gema tersenyum lembut, saat menyuapi Anita dan mengobrol dengan seseorang di telpon.[Siapa yang sakit? Anita?][Iya. Ceritanya panjang pokoknya. Itu mah bahas nanti aja. Lu sendiri, kenapa telpon?][Gue udah berhasil nangkap ni tikus.]Gema beranjak bangun, matanya melebar sempurna. Sendok yang digenggam pun sampai lepas. [Seriusan? Jadi, tuh tikus berhasil lu tangkap?][Iya, seriusan lah. Gue mana pernah bohong soal kerjaan. Udah, dijelasinnya belakangan aja. Sekarang harus gue bawa kemana ni tikus? Gue si belum apa-apain dia, tapi anak buah gue, udah bikin dia babak belur. Hahaha.]Gema memijat keningnya, sudah menduga hal ini akan terjadi. Dia menoleh ke belakang, lalu tersenyum kepada Anita.Melihat adanya perubahan sikap Gema yang mendadak, membuat Anita bertanya-tanya, siapakah yang menelpon?[Kasih tahu aja lokasinya di mana? Biar gue langsung ke sana.][Di Kalimantan.][Apa?] Gema sangat terkejut sampai-sampai napasnya sepert

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   45. ADA YANG DITANGKAP

    Gema langsung membawa Anita ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan, begitu juga dengan Sari dan satpam yang berjaga di rumahnya. Dikarenakan mengalami luka berat akibat dipukuli berulang kali sampai tidak sadarkan diri, Pamannya juga harus dilarikan ke rumah sakit. Namun, diawasi oleh pihak yang berwajib. Gema ingin, pria keparat itu langsung dijebloskan ke penjara, setelah sadar nanti. Gema telah memastikan, pria itu akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Pelecehan terhadap wanita berstatus istri, adalah kejahatan besar. . Di salah satu ruang perawatan. Anita masih terbaring lemas di ranjang. Tangannya dipasangi selang infus. "Maafkan aku, Sayang. Seandainya aku tidak terlambat sampai rumah, mungkin kejadian ini tidak akan terjadi," ungkap Gema penuh dengan penyesalan. Dia menggenggam erat-erat tangan Anita. Mengecupnya berulang kali. Bahkan kepalanya terus tertunduk. Rasa bersalahnya tidak bisa hilang begitu saja. Bayangan bagaimana tangan-tan

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   44. PELECEHAN

    Anita yang hendak ke dapur pun, tiba-tiba berlari, langkahnya berbalik, tidak jadi ke dapur ketika mendengar suara pintu terbuka. Dia sangat yakin kalau Gema yang datang.Langkahnya berhenti. Tubuhnya mematung dan mantanya membola, saat mendapati yang membuka pintu bukanlah Gema, melainkan pria lain, yang sosoknya tidak terlalu asing."Paman." Satu kata lolos dari bibirnya. Anita tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. "Halo, Sayangku. Bagaimana kabarmu hari ini? Kamu baik-baik saja kan di rumah ini? Maafkan Mas yang baru datang," racau pria itu setengah mabuk.Satu hal yang membuat Anita terkejut, tidak lain adalah kondisi pria itu dalam keadaan mabuk. Setengah kesadarannya hilang karena pengaruh alkohol. Bahkan botol minuman keras masih ada digenggamnya."Gema belum pulang! Dia masih di kantor!" Anita meninggikan suaranya sambil berjalan mundur. Dia sangat ketakutan. Takut pria itu melakukan hal yang bukan-bukan."Mas datang bukan untuk menanyakan anak brengsek itu, tapi kedata

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   43. HANYA SEORANG OB

    Hari yang baru telah datang menyapa. Pagi-pagi sekali, Gema sudah berangkat bekerja. Tidak dapat dipungkiri, masalah yang terjadi di perusahaan tidak bisa dianggap enteng."Apa tim keamanan sudah mengecek rekaman CCTV?" tanya Gema sangat serius, sambil berjalan melewati lobby."Tim keamanan sudah selesai ngecek semua rekaman CCTV dan pelakunya sudah diketahui identitasnya," jawab Roy tidak kalah seriusnya dengan Gema."Baiklah. Coba kita lihat. Siapa tikus kecil itu, yang telah membuat kekacauan di Wijaya Group?" Gema menyeringai kecil. Dia mempercepat langkahnya menujunya lift di sana. Sementara Roy, mengekor di belakang. ***RUANG PENGAWASAN CCTV PERUSAHAAN."Apa kalian menemukan pelakunya?" Pertanyaan Gema langsung membuat seluruh orang yang ada di ruangan itu, bangun dari tempat masing-masing."Apa kapan benar-benar sudah menemukan pelakunya?" Gema ngulang pertanyaan lagi."Sudah, Pak. Dia lah pelakunya. Dia menyusup ke ruang data keuangan saat malam hari," beber salah orang st

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   42. PAMAN DATANG

    "Gema Dirgantara!" Seseorang berseru dengan lantai. Gema lantas menurunkan Anita dari gendongannya. Semula berniat untuk melepas lelah di dalam kamar pun, pupus sudah. Sepasang pengantin itu, menatap lurus pria dewasa yang nyelonong masuk tanpa mengucap salah. "Gema Dirgantara! Di kamar kamu?" Dia kembali berteriak, seolah rumah ini adalah miliknya, sehingga tidak perlu pakai tatak rama untuk masuk."Aku di sini, Paman?" Gema menyahut, lalu berjalan menuruni anak-anak tangga dan Anita mengekor di belakangnya."Siapa dia?" Anita berbisik."Dia adalah Pamanku. Lebih tepatnya, adik dari almarhum Bunda," jawab Gema sedikit menjelaskan. Anita mengangguk dan membuka mulutnya membentuk huruf O kecil."Ada urusan apa, malam-malam gini datang ke sini?" Gema langsung menjatuhkan pertanyaan yang masuk ke intinya. "Memangnya kenapa, jika aku datang malam-malam begini? Apakah ada peraturan tertulis untuk datang berkunjung ke rumah keponakan sendiri?" Gema menghela napas panjang. Sudah menjad

  • SATU ATAP DUA CINTA: Kunikahi Ibu Tiriku   41. AKHIRNYA PULANG

    Malam telah menyapa. Anita mondar-mandir seperti setrikaan di ruang tengah. Cemas menunggu kepulangan Gema. Sejak siang tadi, Anita belum mendapat kabar apapun tentang Gema. Suaminya sempat mengirim pesan singkat, yang mengatakan. Dirinya baik-baik saja. Tidak perlu khawatir."Sudah jam sembilan, tapi dia belum pulang juga. Semoga tidak terjadi apa-apa kepadanya," harap Anita tak tenang. Entah sudah yang keberapa kali, Anita melihat jam yang terpampang di dinding. Duduk tak tenang dan makan pun tak enak. "Bu. Mau saat buatkan sesuatu? Sejak siang, Ibu belum makan apa-apa," tawar Sari, yang datang dari arah dapur.Sedari tadi, Sari terus memperhatikan Anita yang mondar-mandir. Sesama wanita, Sari pun dapat merasakan kecemasan yang sedang Anita rasakan saat ini. "Nanti saja, Bi Sari. Saya masih cemas menunggu Gema pulang. Lagi pun, untuk saat ini saya tidak memiliki nafsu untuk makan." Anita mengepalkan tangannya di dada. Beberapa kali dia menelan ludahnya sendiri, demi menyamarkan

DMCA.com Protection Status