***
Riyan kembali ke bawah, menemui teman-temannya yang ternyata masih anteng main game. Dia pun menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan memilih mengotak-atik handphone. "Ngomong-ngomong, lo kelarin apa Bos di atas?" tanya Jani penasaran. "Kelarin nyamuk betina," jawab Riyan seadanya. Lantas jawaban Riyan barusan mendapat perhatian teman-temannya hingga langsung membuat mereka tertawa. Terkecuali Alvin. Wakil Ketua geng itu memilih bersikap santai kembali. Dia tidak terlalu suka candaan. Selalu serius dalam segala hal. Cuek tapi tetap terlihat kece badai di mata kaum hawa. "Busettt, segitunya lo Bos kelarin nyamuk betina sampe-sampe harus lama di atas," ujar Babam seraya menahan diri untuk tidak tertawa lepas lagi. "Tau nih, gue kirain si Bos lagi kelarin cewek. Ternyata cuma nyamuk betina doang." canda Kevin. "Si nyamuk betinanya termasuk spesies langka. Sayang kalo gue biarin tuh nyamuk mati," sahut Riyan sesekali tersenyum smirk kala mengingat cara dirinya ingin menjatuhkan Kania ke bawah balkon. "Jadi lo biarin tuh nyamuk keliaran di kamar lo?" tanya Gilang. Riyan menjawab dengan sekali anggukan. "Lo gak takut digigit apa ama tuh nyamuk betina? Kalo lo sampe DBD gimana?" tanya Kevin, yang kemudian disahut senyum evil dari bibir Riyan. "Ck, ngapain gue harus repot-repot takut ama tuh nyamuk. Yang ada tuh nyamuk yang bakal takut sama gue," jawab Riyan mulai merubah senyumnya menjadi senyum seringai kala di pikirannya terlintas sosok gadis menyebalkan yang baru saja Riyan temukan di lantai atas. "Widihh, sangar lo Bos. Gue suka gaya lo. Lo emang panutan gue banget. Makhluk kecil kayak nyamuk aja bakal lo singkirin," ujar Jani sekilas menepuk bahu Riyan dengan bangga. Riyan hanya tersenyum smirk. Merasa tak aneh dengan dirinya yang mempunyai sifat badboy dari dulu. "Si kribo belum balik juga dari dapur?" tanya Riyan setelah sadar sosok Bastian si rambut kribo tidak ada di tengah-tengah mereka. "Tadi sih balik, cuma sekarang dia lagi di kamar mandi. Katanya mau ML-an di sana," timpal Babam. Riyan hanya bergumam 'Oh'. Setelah itu dia membuka w******p untuk mengirim pesan pada Indira - sang Mama agar cepat pulang karena dia ingin memastikan sesuatu pada Indira. *** Hari mulai menjelang malam. Sobat-sobat Riyan satu persatu mulai undur diri pulang ke rumah. Dan tepat setelah itu, Indira juga pulang sambil menenteng tas bingkisan yang jumlahnya lumayan banyak. "Riyan, Mama pulang!" teriak Indira ketika melintasi ruang tengah. "Gak perlu teriak Mah." Indira menoleh pada sofa. Ia lantas tersenyum. Ternyata sedari tadi putranya ada di sana. "Ehh Riyan, kirain Mama kamu ada di atas. Ternyata---" "Stop Mah! Riyan pengen bicara hal penting sama Mama detik ini juga," potong Riyan menatap Indira cukup serius. "Emangnya kamu mau bicara apa hm?" tanya Indira, sejenak menaruh tas bingkisan di atas meja berukuran besar. "CEWEK GEMB*L! Turun lo sekarang!" teriak Riyan tanpa basa-basi menyuruh gadis yang ada di kamarnya untuk turun. Indira memasang raut wajah heran. Cewek gemb*l? Siapa yang dimaksud putranya itu. Tak lama, seorang gadis muda memakai kacamata dengan rambut dikepang dua perlahan mulai menuruni anak tangga sambil menundukan kepala. "Loh Kania," sebut Indira. "Mama kenal cewek gemb*l itu?" tunjuk Riyan pada Kania yang kini sedang berdiri di samping Indira. "Hushh, Riyan. Gak boleh ngomong gitu ah. Dia ini Kania, pembantu baru di rumah ini." Sekilas Indira menegur Riyan. Setelah itu, Indira memperkenalkan Kania pada Riyan. "Bohong! Cewek di samping Mama pasti maling 'kan?" tanya Riyan tak percaya pada ucapan Indira. "Loh, kamu ini gimana sih Yan. Kalo Kania itu Maling, gak mungkin lah Mama biarin dia di sini dan gak mungkin juga Mama tau nama dia," bantah Indira. "Tapi Mah, cewek gemb*l itu---" "Stop! Mama gak mau kamu menyebut Kania cewek gemb*l lagi," tegur Indira. "Tapi Mah---" "Kania bakal tidur di kamar Kakak kamu." "Apa?" Riyan terkejut mendengarnya. Jika Kania tidur di kamar Kakaknya, itu berarti Kania bakal tinggal satu atap dengannya. Karena di lantas atas hanya ada dua kamar yang tersedia. Kamar dirinya dan juga kamar sang Kakak yang kini sudah menikah. "Dan Mama juga sudah putuskan akan nyekolahin Kania. Dia nanti bakal satu sekolah sama kamu karena Mama sudah daftarin dia di sekolah kamu," ucap Indira cukup lantas. "Apa Mah? Satu sekolah sama Riyan?" Kali ini Riyan syok mendengar ucapan Indira. "Ada kemungkinan Kania juga bakal satu kelas sama kamu." "HAH?!" Kali ini bukan hanya Riyan yang syok, tapi Kania juga ikut syok. Pasalnya Kania cuma seorang pembantu di rumah Indira, tapi Indira malah memperlakukan dirinya begitu istimewa. "Mah, Mah, Mah. Mama gak bercanda 'kan. Masa si cewek gemb*l satu sekolah sama Riyan. Satu kelas lagi," ucap Riyan tak terima. "Mama serius Yan. Tadi siang Mama mampir ke sekolah kamu buat daftarin Kania," timpal Indira. "Tapi Mah, dia bukan siapa-siapa kita. Dia cuma pembantu di rumah ini. Kenapa Mama segitunya ngeistimewain si cewek gemb*l sih?" tanya Riyan sekilas menatap tajam ke arah Kania. Melihat tatapan mengerikan itu, Kania langsung menunduk. Cepat-cepat Kania pun angkat bicara sebelum Indira menjawab pertanyaan Riyan. "Maaf Nyonya, Kania gak bisa. Sebaiknya Nyonya batalin aja pendaftarannya," lirih Kania. Mendengar hal itu, Riyan langsung tersenyum evil. "Tuh, Mama denger sendiri 'kan? Si cewek gemb*lnya aja gak mau, jadi stop gak usah pakek acara sekolahin segala," ujar Riyan ketus. "Nggak Kania, kamu harus sekolah. Saya punya alasan kenapa saya sampai sekolahin kamu. Tapi saya gak mau ceritain itu sekarang," ucap Indira tetap pada pendiriannya dan menghiraukan permintaan putranya. "Tapi Nyonya---" "Maaf Kania, keputusan saya tidak bisa diganggu gugat. Saya tetap akan sekolahin kamu." final Indira. "Mah, pokoknya Riyan gak pernah setuju kalo si cewek gemb*l ini masuk ke sekolahannya Riyan. Apalagi kalo sampe satu atap," tekan Riyan di akhiri dengan menatap Kania kian tajam. Hingga sukses membuat yang ditatap semakin menundukan kepala. Setelah mengatakan itu, Riyan langsung bergegas memasuki kamarnya yang berada di lantai atas. Saat ini Riyan benar-benar tersulut emosi gara-gara kehadiran Kania yang secara tiba-tiba ada di rumahnya. Untungnya Kania itu cewek, jadi Riyan masih bisa menguasai emosinya. Kalau saja cowok, mungkin dari awal Riyan bakal bikin kekacauan yang fatal. Tapi ... karena Kania yang terlebih dulu masuk ke lingkaran harimau dan membangunkan sang harimau yang sedang tidur, maka hidupnya sudah dipastikan tidak akan pernah tenang. 'Lo lihat aja nanti cewek gemb*l, gue bakal bikin perhitungan yang lebih sama lo. Lo udah ngusik hidup Riyan Marvel Alvaro. Kita liat, berapa lama lo bakal tahan hidup satu atap sama gue.' batin Riyan seraya memandangi Kania dengan senyum menyeringai dari lantai atas. "Nyonya, Kania bener-bener merasa gak enak sama Tuan muda. Mendingan Nyonya batalin aja pendaftarannya," pinta Kania dengan lirih. Sejenak Indira tersenyum. Lalu tangan kanannya mulai terangkat memegangi pipi Kania dengan lembut. "Kamu gak perlu dengerin apa kata Riyan tadi. Dia memang begitu anaknya. Tapi lambat laun Riyan pasti bakal berubah asal kamu selalu sabar ngadepin sikapnya yang nakal." Kania tersenyum canggung. Ia benar-benar ragu bisa sabar menghadapi sikap Riyan. Mengingat tadi siang saja Riyan hampir ingin menjatuhkan dirinya ke bawah balkon. 'Ya Tuhan, baru beberapa jam aja udah bikin jantung melayang ngadepin sikapnya yang brutal. Gimana kalo setiap hari. Bisa tahan gak ya?' pikir Kania mulai mencemaskan dirinya. "Sekarang kamu ke dapur, lalu masak buat makan malam nanti. Kebetulan saya sudah beli bahan-bahannya tadi sore!" titah Indira. "Oke?" Indira sekilas membelai lembut rambut Kania. "Baik Nyonya." Indira kemudian pergi meninggalkan Kania yang masih dilanda kecemasan. "Kania, tenang. Kamu pasti bisa ngelewatin ini semua. Iya, pasti bisa," ucap Kania sambil mengatur napasnya yang tidak beraturan karena saking cemasnya. "Semangat." #Bersambung***Jam menunjukan pukul 20.00, tampak di meja makan Indira dan Kania sudah menghabiskan makan malam mereka dengan tenang."Nyonya, apa gak masalah kita makan tanpa Tuan muda?" tanya Kania merasa was-was."Enggak kok Kania. Tadi saya sudah ke kamarnya Riyan, katanya Mama duluan aja Riyan belum laper. Hah, anak itu kalo belum laper pasti lagi asik main game," jawab Indira.Kania mengangguk-angguk mengerti. Ia pun segera mengambil piring kotor untuk dibawa ke dapur dan dicuci."Oya Kania, setelah kamu cuci piring nanti, kamu jangan lupa ya anterin makanan ke kamar Riyan," ucap Indira memperingati."Baik Nyonya."***Tok! Tok! Tok!"Tuan muda, makan malamnya!" seru Kania seraya mengetuk pintu berulang kali. Namun, tak ada sahutan dari si pemilik kamar."Tuan muda." Kania kembali mengetuk pintu kamar Riyan. Tapi lagi-lagi tidak ada respon.Akhirnya Kania memberanikan diri membuka pintu kamar Riyan. Tapi sayang, pintunya malah terkunci.'Apa Tuan muda lagi tidur?' pikir Kania."Tu---""Ber
*** Pagi telah tiba. Kania mulai mengucek matanya ketika cahaya matahari masuk lewat sela-sela jendela dan mengusik tidurnya. Bola mata Kania lantas membulat. Ia langsung terbangun ketika sadar dirinya berada di dalam kamar, bahkan di atas kasur. "Kenapa aku bisa di sini? Bukannya kemarin malam aku ...." Kania menghentikan ucapannya. Ia teringat akan Riyan yang belum menyentuh masakan buatannya tadi malam. "Ya ampun Tuan muda! Ahh, bodoh kamu Kania. Kenapa bisa lupa tentang Tuan muda. Pasti dia belum nyentuh makanannya tadi malam." Buru-buru Kania turun dari kasur dan berlari keluar kamar untuk memastikan apakah masakan buatannya masih tergeletak di depan pintu kamar Riyan atau tidak. Setelah tiba di sana, Kania tidak menemukan apa-apa. 'Apa mungkin Tuan muda memakannya?' pikir Kania. Sesegera mungkin Kania mengetuk pintu kamar Riyan karena ingin bertanya langsung tentang tadi malam. "Tuan muda, boleh aku masuk?" "Mau ngapain?" tanya Riyan dari dalam. "Aku mau tanya sesuatu
*** Acha menghentikan langkahnya di dekat kantin. Saat ini ia sedang mencari sosok Riyan. Karena mengingat Acha adalah siswai baru, tentu saja area sekolahan sangat asing bagi Acha. "Tuan Muda kemana ya?" Tak lama setelah kedua matanya melakukan pencarian, akhirnya Acha menemukan Tuan Muda-nya sedang nongkrong di meja paling ujung bersama beberapa lelaki yang pernah Acha lihat kemarin. "Tuan Muda ..." Acha menghampiri Riyan dengan raut wajah yang berseri-seri. Sontak kehadiran Acha membuat teman-teman Riyan tercengang. Termasuk Bastian - Cowok berambut kribo tanpa sadar melepehkan pisang yang dimakannya hingga mulutnya agak terbuka lebar. "Bos, lo kenal cewek ini?" tanya Jani agak sedikit terbata. Suasana menjadi hening. Detik ini pandangan serius anak-anak yang ada di kantin sedang tertuju ke arah Riyan dan Acha secara bergantian. "Aku cari-cari Tuan Muda dari tadi, ternyata Tuan Muda di sini," ucap Acha. "Mau apa lo nyari gue?" tanya Riyan seraya menatap tajam ke
*** Selesai pelajaran kedua, tibalah waktu istirahat. Tampak Acha masih duduk di kursi, ia tidak tau harus melakukan apa ketika jam istirahat, pasalnya Acha tidak ada teman untuk pergi ke kantin. "Acha." Teman sebangku Acha yaitu Clara tiba-tiba menyapa Acha. "Iya, ada apa ya?" "Kamu mau ke kantin? Bareng aku yuk. Kebetulan aku gak ada temen buat makan di kantin!" ajak Clara. Dengan penuh semangat Acha mengangguk. "Ayo-ayo." Acha menghela napas lega. Karena akhirnya Acha tidak jadi sendirian pergi ke kantinnya. *** "Ini dia pesenan bakso kita." Acha menghampiri Clara yang sedang duduk di meja kantin sambil membawa nampan berisi dua mangkok bakso. "Akhirnya dateng juga." Clara tersenyum girang. "Yuk makan Cla!" ajak Acha, kemudian menuangkan saus sambal ke dalam mangkok. Sepintas pandangan Acha tak sengaja mengarah pada sosok yang sangat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan Riyan yang kala itu sedang makan bersama teman-temannya. Tak dipungkiri, Riyan juga men
*** Ketika pulang sekolah tiba, Acha tidak melihat sosok Riyan dimana-mana. Gadis itu sudah mencari, namun pencariannya tidak berhasil. "Apa Tuan Muda udah pulang duluan ya?" pikir Acha. Tak ingin membuang waktu, Acha segera pulang ke rumah dengan menaiki angkutan umum. Acha hanya ingin memastikan kalau Tuan Muda-nya sudah pulang ke rumah. * Setelah sampai, Acha buru-buru masuk ke dalam dan langkahnya terhenti usai melihat ada motor Riyan terparkir di sana. Itu berarti Tuan Mudanya sudah pulang. Ada perasaan lega dalam hati Acha, pasalnya semenjak kejadian di kantin sekolah tadi, Riyan mendiaminya. Acha sempat khawatir Riyan tidak pulang gara-gara kejadian itu. "Tuan Muda ... Tuan ...." panggil Acha sambil berjalan cepat menaiki tangga. "Tuan Muda." Acha mengetuk pintu kamar Riyan berulang kali. Namun, tidak ada sahutan dari si pemilik kamar. Entah kenapa feeling Acha merasa khawatir. Apalagi saat ini Ny. Indira belum pulang ke rumah karena ada pekerjaan penting, jadi Acha m
SADB 9 *** "Mah, aku izin keluar sebentar," ucap Riyan usai menyelesaikan ritual makannya. "Emangnya kamu mau kemana malam-malam begini, Riyan?" tanya Ny. Indira sambil mengelap bibirnya yang kotor menggunakan tisu. "Mau main Mah sama temen-temen," jawab Riyan. "Enggak. Mamah gak ngizinin. Pasti kamu mau balap-balapan lagi kan." "Enggak kok Mah, cuma nongkrong aja. Please ya izinin Mah." Mohon Riyan. Ny. Indira menarik napas panjang. Setelah itu ia memandang ke arah Acha yang sedang membereskan piring-piring. "Mamah bakal izinin kalo kamu perginya sama Acha," final Ny. Indira. "Apa Mah? Sama babu jelek itu? Enggak.. Enggak, Riyan pengen keluar sendiri Mah," keukeuh Riyan. "Pilih aja, kamu mau diem di rumah atau keluar sama Acha?" tanya Ny. Indira dimana keputusannya tidak bisa diganggu gugat. Melihat perdebatan itu, Acha hanya menundukkan kepala. Sejujurnya Acha tidak ingin ikut bersama Tuan Mudanya. Riyan menghela napas kasar. Ia tidak punya pilihan selain keluar dengan Ac
*** "Bau-baunya ada yang macarin pembantu sendiri nih." Andra, lawan balap Riyan tiba-tiba saja mengompori Keadaan. Mendengar hal itu, Riyan langsung menatap tajam ke arah Andra. "Seorang Riyan Marvel Alvaro, ketua geng BlackMars yang digilai para cewek sexy, baru kali ini suka sama modelan cewek kampungan kayak gitu!" ledek Andra. "Bangs4t!" Riyan turun dari motor kemudian menarik kas4r kerah jaket Andra. "Jangan sok nyebar isu palsu, brengs3k. Gue gak pernah pacaran sama pembantu kampungan kayak gitu," pekik Riyan. Acha hanya menundukkan kepala dengan posisi masih berlutut di dekat motor Riyan. "Ck, mana ada orang yang udah ketahuan mau ngaku," ucap Andra sambil tersenyum menyeringai. Karena tersulut emosi, Riyan hendak melayangkan pukulan keras pada pipi Andra. Untungnya Kevin beserta Bastian langsung memegang tangan Riyan agar tidak terjadi pertengkaran. "Udah Bos udah, gak ada gunanya lo nonjok si bangs4t Andra. Mending sekarang lo fokus balapan. Kalahin dia Bos," ucap
*** Hati Acha merasa sedih dan bersalah ketika menyaksikan Riyan mulai bersujud di kaki orang lain. Acha tentunya tidak ingin diam saja, ia harus membantu Tuan Mudanya. Namun, saat Acha ingin melangkah, Alvin menahan lengannya. "Mau kemana?" tanya Alvin. "Mau bantu Tuan Muda, Al. Tuan Muda gak boleh ngelakuin itu," jawab Acha. "Saat ini lo lagi disalahin semua orang, Cha. Kalo lo maju belain Riyan lagi, lo bakal dapat masalah yang lebih besar dari ini." "Terus aku harus apa?" tanya Acha, semakin gelisah. "Diem. Lo cukup diem," timpal Alvin sedikit menekan katanya. Dari jarak satu meter, Acha hanya bisa menatap Riyan dengan tatapan sendu. Acha ingin sekali merengkuh badan tegap yang sedang bersujud itu, namun apalah daya Acha tidak ingin menambah masalah. Usai menuruti keinginan Andra, Riyan segera menaiki motornya dan pergi dari sana tanpa berbicara sepatah kata lagi. "Tuan Muda," lirih Acha. Bukan firasat lagi, Acha sudah yakin jika saat ini Riyan sangat marah padanya. **
***"Ra, ini cara pakainya gimana?" Acha memperlihatkan handphone pemberian Riyan pada Clara.Tadi pagi Acha sangat penasaran dengan isi kotak box dari Riyan. Setelah dibuka ternyata barang-barang di dalam tidak kalah bagus juga mewah. Handphone, jam tangan, gaun dress selutut berwarna denim serta high heels. Tentu saja hati Acha merasa tersentuh melihat barang-barang mewah karena Acha merasa ia tidak layak untuk memiliki semua itu."Cie, yang sekarang ada handphone baru. Dikasih siapa nih?" goda Clara sesekali menyenggol lengan Acha."Hihi, dikasih Tuan Muda," jawab Acha malu-malu."Tumben Riyan baik sama kamu? Pasti ada maunya itu."Acha berpikir sejenak, ada benarnya juga perkataan Clara. Karena dari kemarin malam sikap Riyan berubah padanya, dari sinis menjadi romantis. Acha berharap Riyan memang tulus melakukan semua itu."Aku percaya kalo Tuan Muda baik, Ra.""Iya deh, emang dalam rangka apa Riyan ngasih ini ke kamu?" tanya Clara penasaran."Enggak tau, Ra.""Sini, aku ajarin."
***Selesai mengganti seragam, Acha segera bergegas ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Namun, setelah tiba di sana, Acha dikejutkan dengan kehadiran seorang wanita paruh baya tengah memotong bawang."Maaf, ibu siapa ya?"Wanita baya itu tersenyum melihat Acha. "Eh, Neng, Neng pasti Neng Acha, ya. Kenalin nama saya teh Suamiati, Neng bisa panggil saya Bik Sum, saya pekerja di sini juga.""Ohh gitu ya, Bik. Bik Sum udah kerja lama di sini? Soalnya Acha baru liat Bik Sum.""Iya Neng, Bik Sum udah lama kerja di sini waktu Mas Riyan masih bayi. Minggu kemarin Bik Sum sama Mang Agus pulang kampung, jadi Neng baru liat Bik Sum."Acha mengerutkan dahi. "Mang Agus itu siapa Bik?""Satpam di rumah ini, Neng."Acha manggut-manggut mengerti. Pantas saja saat Acha pertama kali melamar kerja, suasana rumah saat itu sepi ternyata para pekerja Indira pulang ke halaman kampung."Sore ini Neng duduk manis aja ya biar Bik Sum yang masak.""Enggak bisa Bik." Acha mengambil alih pisau dari tangan B
***Acha berjalan kaki melewati jalanan sepi menuju pangkalan angkot. Seharusnya sesuai pesan Indira, Acha harus pulang bersama Riyan. Namun, cewek itu tidak ingin mengganggu Tuan Mudanya.Jangankan mengusik, Acha tidak ingin mencari masalah baru lagi, yang ada nanti hukumannya semakin bertambah.Di tengah sedang melangkah, Acha dikejutkan dengan suara deruman motor yang sangat berisik dari arah barat."Ya Tuhan." Acha mulai panik sendiri. Kenapa sore-sore begini ada segerombolan geng motor?Suara deruman itu semakin dekat seolah akan menghampiri Acha. Acha yang semakin panik segera melarikan diri. Namun, belum sempat melakukan itu, sekelompok geng motor muncul lalu mengelilingi Acha dengan bentuk lingkaran sehingga tidak ada celah bagi Acha untuk kabur."Ya Tuhan, bagaimana ini?" gumam Acha ketakutan.Acha menutup telinganya karena suara knalpot yang sangat berisik, belum lagi kepala Acha merasa pusing melihat sekelompok geng motor memutari tubuhnya."Astagfirullah ... Astagfirullah
*** Byur. Entah dari mana sumbernya, guyuran air tiba-tiba saja mendarat tepat di atas kepala Acha, membuat sekujur tubuh gadis itu basah kuyup. "Hahaha, rasain lo." Acha langsung menoleh pada suara tawa tersebut. Beberapa siswi memakai jaket denim dengan rambut berwarna hitam ke-pink-an adalah pelakunya Acha menyipitkan mata sebenar, ia seperti tidak asing dengan mereka. Ya, Acha baru ingat jika mereka adalah teman-teman sekelasnya. "Gimana nih gembel, seru gak disiram pake air comberan?" tanya salah satu dari mereka dengan name tag Ana Tasya Corina. Acha membulatkan mata. Ia baru menyadari jika air yang menimpanya tadi adalah air comberan. Pantas saja Acha merasakan bau busuk. "Kenapa kalian begitu jahat? A--ku ada salah apa sama kalian?" lirih Acha, matanya berkaca-kaca ingin menangis. Niat Acha ke sekolah padahal ingin mencari ilmu, bukan mencari masalah. "Lo punya salah banyak, cupu. Lo udah bikin Prince gue kalah," pekik Tasya sembari melangkah maju mencengkram
*** Hati Acha merasa sedih dan bersalah ketika menyaksikan Riyan mulai bersujud di kaki orang lain. Acha tentunya tidak ingin diam saja, ia harus membantu Tuan Mudanya. Namun, saat Acha ingin melangkah, Alvin menahan lengannya. "Mau kemana?" tanya Alvin. "Mau bantu Tuan Muda, Al. Tuan Muda gak boleh ngelakuin itu," jawab Acha. "Saat ini lo lagi disalahin semua orang, Cha. Kalo lo maju belain Riyan lagi, lo bakal dapat masalah yang lebih besar dari ini." "Terus aku harus apa?" tanya Acha, semakin gelisah. "Diem. Lo cukup diem," timpal Alvin sedikit menekan katanya. Dari jarak satu meter, Acha hanya bisa menatap Riyan dengan tatapan sendu. Acha ingin sekali merengkuh badan tegap yang sedang bersujud itu, namun apalah daya Acha tidak ingin menambah masalah. Usai menuruti keinginan Andra, Riyan segera menaiki motornya dan pergi dari sana tanpa berbicara sepatah kata lagi. "Tuan Muda," lirih Acha. Bukan firasat lagi, Acha sudah yakin jika saat ini Riyan sangat marah padanya. **
*** "Bau-baunya ada yang macarin pembantu sendiri nih." Andra, lawan balap Riyan tiba-tiba saja mengompori Keadaan. Mendengar hal itu, Riyan langsung menatap tajam ke arah Andra. "Seorang Riyan Marvel Alvaro, ketua geng BlackMars yang digilai para cewek sexy, baru kali ini suka sama modelan cewek kampungan kayak gitu!" ledek Andra. "Bangs4t!" Riyan turun dari motor kemudian menarik kas4r kerah jaket Andra. "Jangan sok nyebar isu palsu, brengs3k. Gue gak pernah pacaran sama pembantu kampungan kayak gitu," pekik Riyan. Acha hanya menundukkan kepala dengan posisi masih berlutut di dekat motor Riyan. "Ck, mana ada orang yang udah ketahuan mau ngaku," ucap Andra sambil tersenyum menyeringai. Karena tersulut emosi, Riyan hendak melayangkan pukulan keras pada pipi Andra. Untungnya Kevin beserta Bastian langsung memegang tangan Riyan agar tidak terjadi pertengkaran. "Udah Bos udah, gak ada gunanya lo nonjok si bangs4t Andra. Mending sekarang lo fokus balapan. Kalahin dia Bos," ucap
SADB 9 *** "Mah, aku izin keluar sebentar," ucap Riyan usai menyelesaikan ritual makannya. "Emangnya kamu mau kemana malam-malam begini, Riyan?" tanya Ny. Indira sambil mengelap bibirnya yang kotor menggunakan tisu. "Mau main Mah sama temen-temen," jawab Riyan. "Enggak. Mamah gak ngizinin. Pasti kamu mau balap-balapan lagi kan." "Enggak kok Mah, cuma nongkrong aja. Please ya izinin Mah." Mohon Riyan. Ny. Indira menarik napas panjang. Setelah itu ia memandang ke arah Acha yang sedang membereskan piring-piring. "Mamah bakal izinin kalo kamu perginya sama Acha," final Ny. Indira. "Apa Mah? Sama babu jelek itu? Enggak.. Enggak, Riyan pengen keluar sendiri Mah," keukeuh Riyan. "Pilih aja, kamu mau diem di rumah atau keluar sama Acha?" tanya Ny. Indira dimana keputusannya tidak bisa diganggu gugat. Melihat perdebatan itu, Acha hanya menundukkan kepala. Sejujurnya Acha tidak ingin ikut bersama Tuan Mudanya. Riyan menghela napas kasar. Ia tidak punya pilihan selain keluar dengan Ac
*** Ketika pulang sekolah tiba, Acha tidak melihat sosok Riyan dimana-mana. Gadis itu sudah mencari, namun pencariannya tidak berhasil. "Apa Tuan Muda udah pulang duluan ya?" pikir Acha. Tak ingin membuang waktu, Acha segera pulang ke rumah dengan menaiki angkutan umum. Acha hanya ingin memastikan kalau Tuan Muda-nya sudah pulang ke rumah. * Setelah sampai, Acha buru-buru masuk ke dalam dan langkahnya terhenti usai melihat ada motor Riyan terparkir di sana. Itu berarti Tuan Mudanya sudah pulang. Ada perasaan lega dalam hati Acha, pasalnya semenjak kejadian di kantin sekolah tadi, Riyan mendiaminya. Acha sempat khawatir Riyan tidak pulang gara-gara kejadian itu. "Tuan Muda ... Tuan ...." panggil Acha sambil berjalan cepat menaiki tangga. "Tuan Muda." Acha mengetuk pintu kamar Riyan berulang kali. Namun, tidak ada sahutan dari si pemilik kamar. Entah kenapa feeling Acha merasa khawatir. Apalagi saat ini Ny. Indira belum pulang ke rumah karena ada pekerjaan penting, jadi Acha m
*** Selesai pelajaran kedua, tibalah waktu istirahat. Tampak Acha masih duduk di kursi, ia tidak tau harus melakukan apa ketika jam istirahat, pasalnya Acha tidak ada teman untuk pergi ke kantin. "Acha." Teman sebangku Acha yaitu Clara tiba-tiba menyapa Acha. "Iya, ada apa ya?" "Kamu mau ke kantin? Bareng aku yuk. Kebetulan aku gak ada temen buat makan di kantin!" ajak Clara. Dengan penuh semangat Acha mengangguk. "Ayo-ayo." Acha menghela napas lega. Karena akhirnya Acha tidak jadi sendirian pergi ke kantinnya. *** "Ini dia pesenan bakso kita." Acha menghampiri Clara yang sedang duduk di meja kantin sambil membawa nampan berisi dua mangkok bakso. "Akhirnya dateng juga." Clara tersenyum girang. "Yuk makan Cla!" ajak Acha, kemudian menuangkan saus sambal ke dalam mangkok. Sepintas pandangan Acha tak sengaja mengarah pada sosok yang sangat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan Riyan yang kala itu sedang makan bersama teman-temannya. Tak dipungkiri, Riyan juga men